Antara Investor Asing, Tenaga Kerja Indonesia dan Ekonomi Negeri

Kamis, 31 Desember 2020 07:31 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Puluhan tahun lamanya, Indonesia menjadi pengekspor bahan mentah ke mancanegara sampai akhirnya pemerintah Indonesia melarang adanya kegiatan ekspor bahan-bahan mentah sejak 1 Januari 2020 lalu. Larangan tersebut berdampak buruk atau justru baik untuk perekonomian Indonesia?

Puluhan tahun lamanya, Indonesia berperan sebagai pengekspor bahan-bahan mentah ke mancanegara, termasuk negara-negara besar dunia. Namun, jika kita terus menjual bahan mentah, di masa mendatang perekonomian Indonesia hanya berjalan di tempat. 

Pada 1 Januari 2020 lalu, Pemerintah Indonesia menerbitkan larangan ekspor bahan mentah. Indonesia dituntut dapat menghasilkan nilai tambah dari bahan mentah sehingga pendapatan negara meningkat dan komoditas dalam negeri lebih dikenal dunia.

Pengawasan larangan ekspor dan hilirisasi merupakan fokus utama negara ini. Pemerintah menarik investor lokal maupun asing sebanyak mungkin agar mereka mau berinvestasi di Indonesia. Tiongkok misalnya. Melihat kekayaan nikel di Indonesia, investor Tiongkok tancap gas untuk berinvestasi dan membangun pabrik smelter di Morowali. Pabrik tersebut berteknologi tinggi, menjadikan para pekerja Indonesia memperoleh keahlian teknologi tersebut dari tenaga kerja Tiongkok. Hal inilah yang dimaksud dari transfer of technology, skill, & knowledge. Pengalihan teknologi, keahlian, dan pengetahuan baru bagi Indonesia.

Seperti contoh kejadian puluhan tahun lalu di PT Freeport Indonesia. Seperti yang diketahui bersama, Freeport hanya mengekspor bahan mentah, tanpa ada nilai tambah pada bahan ekspor tersebut. Pemerintah Indonesia berkomitmen setiap komoditas ekspor wajib bernilai tambah. Negara-negara maju yang biasanya hanya mengambil bahan mentah, kini merasa terancam dengan beleid pemerintah Indonesia serta keberanian para investor Tiongkok dalam melakukan percepatan hilirisasi di Tanah Air.

Yang lalu biarlah berlalu, saat ini menjadi momentum untuk memperbaiki dan menatap masa depan Indonesia yang lebih maju. Presiden RI Joko Widodo belum lama ini berhasil menggandeng Tesla, Inc. perusahaan otomotif dan penyimpanan energi dari Amerika Serikat, untuk menanamkan modalnya di industri kendaraan listrik Indonesia pada Januari 2021 mendatang. 

Maraknya kehadiran investor asing yang masuk ke Indonesia harus disambut baik oleh publik. Kehadiran pabrik smelter di Morowali menjadi salah satu harapan baru terwujudnya pemerataan pembangunan di luar Jawa. Harapannya, terjadi peningkatan ekonomi dan memperlebar peluang pencari kerja.

Jika publik masih antipati dengan menolak keberadaan investor asing dan para tenaga kerja asing, serta menganggap kehadiran mereka menutup peluang bekerja, lalu cara apa lagi yang harus dilakukan agar cita-cita Indonesia menempati peringkat 8 dalam perekonomian global dapat terwujud?

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler