Kenakalan Remaja adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh individu atau sekelompok remaja yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Kenakalan remaja memiliki ragam bentuk seperti tawuran, perpeloncohan (bullying), pornografi, penggunaan miras dan obat-obatan terlarang, dan sebagainya. Suatu tindakan dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja apabila tindakan tersebut bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku serta dilakukan oleh remaja. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 25 tahun 2014 menegaskan bahwa, remaja adalah penduduk dengan umur berkisar 10-18 tahun. Lebih lanjut, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menetapkan umur 10-24 tahun serta belum menikah sebagai katergori umur seorang remaja.
Kenakalan remaja umumnya terjadi karena ragam alasan seperti Pergaulan bebas yang menyimpang, kemudahan mengakses informasi negatif, lemahnya kontrol keluarga, serta kondisi psikologis yang labil. Dengan demikian, kenakalan remaja dapat terjadi karena ada faktor internal dan eksternal dibaliknya. Saat ini, kurva kenakalan remaja di Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Tindak tawuran, bullying, serta konsumsi miras dan obat-obatan terlarang masih mendominasi kurva kenakalan remaja.
Dilihat dari sisi komunikasi intrapersonal, Kenakalan remaja terjadi karena adanya proses transformasi stimulus yang melahirkan respons dalam bentuk tindakan menyimpang. Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri yang meliputi proses Sensasi, Persepsi, Memori dan Berpikir. Dalam sudut pandang komunikasi intrapersonal, setiap tindakan atau ekspresi yang dilakukan oleh manusia merupakan hasil akhir dari proses komunikasi.
Dalam kasus kenakalan remaja, diawali dengan tahap sensasi dimana pelaku (remaja) mulai menerima ragam stimulus yang ada di sekitarnya. Namun, tidak semua stimulus diserap oleh reseptor pelaku, semua ini ditentukan oleh dorongan personal maupun situasional saat itu. Dalam hal ini, stimulus seperti ajakan teman, Informasi menyimpang, kondisi keluarga serta kondisi psikologis yang labil kemudian ditangkap lalu diproses pada tahap persepsi.
Dalam tahap persepsi, pelaku mulai menyortir stimuli yang ada disekitarnya dengan melakukan persepsi selektif. Stimulus dengan frekuensi terbesar saja yang diterima sedangkan stimuli yang berfrekuensi rendah akan dikesampingkan. Stimulus ini kemudian dikirim ke sistem saraf pusat melalui sistem saraf Peripheral. Stimulus tersebut kemudian disimpan dalam memori otak kita yang dapat dipanggil jika dibutuhkan pada masa mendatang. Tahapan ini dinamakan tahap memori. Memori sendiri terbagi atas 4 jenis yaitu Pengingatan, pengenalan, belajar lagi dan redintegrasi (sumber : Rakhmat, 2007).
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa setiap tindakan lahir karena ada komunikasi intrapersonal sebelumnya termasuk Kenakalan remaja. Kenakalan remaja terjadi karena stimulus negatif yang berfrekuensi besar dan telah tersimpan di dalam memori kita, dipanggil kembali untuk dijadikan sebuah tindakan atau ekspresi dalam kegiatan kita. Informasi negatif dan pengaruh menyimpang dari kawan sepermainan kemudian dihadirkan kembali untuk melahirkan tindakan menyimpang yang dikenal sebagai kenakalan remaja. Inilah tahapan terakhir dari proses komunikasi intrapersonal yaitu tahap Berpikir kemudian melahirkan suatu tindakan.
Berdasarkan perspektif komunikasi intrapersonal terhadap tindak kenakalan remaja, dapat disimpulkan kenakalan remaja terjadi karena ada proses pengolahan informasi dan stimulus di sekitarnya yang berimplikasi pada tindakan remaja tersebut. Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa penting setiap remaja mendapat stimulus positif di sekitarnya. Dengan stimulus positif tersebut, remaja akan dapat terhindar dari tindakan kenakalan remaja yang berawal dari stimulus negatif di sekitarnya.
Tentu hal ini menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat mulai dari keluarga hingga pemerintah. Untuk dapat menciptakan stimulus yang positif di lingkungan remaja, perlu adanya keseriusan dan konsistensi dari setiap elemen masyarakat. Tidak hanya mengawasi aktivitas remaja saja, melainkan turut serta menciptakan lingkungan yang positif guna memengaruhi pola tindakan dan perilaku remaja tersebut. Hal ini karena, masa depan suatu bangsa ada di pundak para remaja sehingga penting untuk melahirkan dan membentuk pribadi remaja yang Produktif, Inovatif serta berbudi pekerti yang baik.
Ikuti tulisan menarik yulia adrian lainnya di sini.