Indonesia Siap menjadi Produsen Kendaraan Listrik

Rabu, 6 Januari 2021 06:19 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia akan memproduksi kendaraan listrik 14 juta unit di Tahun 2035. Kehadiran Kendaraan listrik disambut antusiasme berbagai pihak. Pemerintah optimis 80 persen bahan baku kendaraan listrik sudah ada di Tanah Air. Namun selalu ada aspek negatif dari setiap industri. Apakah sisi negatif itu dan siapkah pemerintah mengantisipasinya?

Mimpi Indonesia untuk memproduksi 14 juta unit kendaraan listrik di tahun 2035 tak main-main. Pemerintah optimis bahwa 80 persen bahan baku kendaraan listrik sudah ada di Tanah Air. Hadirnya kendaraan listrik di dalam negeri juga menjadi usaha pemerintah Indonesia mengurangi emisi gas karbon.

Bahlil Lahadalia selaku Kepala BKPM pada akhir Desember 2020 lalu, menerangkan bahwa Indonesia makmur akan mineral nikel. Tidak heran, pemerintah berfokus untuk memproduksi baterai lithium kendaraan listrik dengan menarik banyak investor lokal dan asing untuk bahu-membahu menanamkan modalnya pada industri nikel.

Industri baterai global berkontribusi besar, karena 40 sampai 50 persen komponen mobil listrik adalah baterai. "Baterai listrik ini kompenen utama mobil listrik, mencakup 40-50 persen dari total biaya mobil," ujar Bahlil.

Selain Bahlil, Menteri BUMN, Erick Thohir juga antusias dengan kehadiran kendaraan listrik. Sebagai bukti, awal tahun 2021 dirinya melakukan kunjungan ke Bali untuk melakukan pengecekan pada stasiun pengisian mobil listrik. 

Hari ini saya mencoba mengendarai mobil listrik dan mengecek kesiapan stasiun pengisian kendaraan listrik (charging station) di Bali. Mobil listrik ini sudah dicoba oleh tim PLN dari Jakarta ke Bali, yang apabila dengan BBM ongkosnya adalah Rp1,1 juta, maka dengan mobil listrik hanya Rp200.000. Hal ini tentunya sangat menghemat terutama di saat pandemi seperti ini," ujar Menteri BUMN, Erick Thohir, dalam rilisnya.

Kendaraan listrik juga mengeluarkan emisi yang rendah jika dibandingkan kendaraan BBM sehingga ramah untuk lingkungan. Erick menambahkan mobil listrik menjadi solusi untuk mengurangi pindahnya devisa ke luar negeri karena impor BBM. Saat ini nilainya mencapai 1,5 juta barel per hari atau setara Rp200 triliun per tahun. 

Di balik keunggulannya, resiko kendaraan listrik pun ada. Hal ini diungkapkan CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Alexander Barus. Dalam memproduksi satu baterai mobil listrik, tailing yang dihasilkan sebesar 1,8 ton. 

Prinsip hilirisasi wajib selalu dilakukan karena etos yang pertama adalah berkelanjutan serta dapat mengatur cadangan nikel. Semua itu karena baterai mobil listrik merupakan produk hasil hilirisasi. "Artinya dengan cadangan (nikel) 1 miliar ton yang terbukti, harus hitung berapa per tahun yang bisa dieksplorasi. Kedua, lingkungan juga harus perhatikan, ketiga keekonomian," ujar Alex. 

Rencana Indonesia dalam memproduksi kendaraan listrik berskala besar, membawa pertanyaan kepada negara ini. Apakah kehadiran kendaraan listrik menjadi kabar baik atau sebaliknya? Dan, apakah kita siap untuk menatap peluang besar ini menjadi momentum Indonesia yang lebih maju?

Bagikan Artikel Ini
img-content
Sri Kandhi

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler