x

https://images.app.goo.gl/zLwP4rksUZz76ejQ6

Iklan

Meri Ana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 31 Juli 2020

Kamis, 7 Januari 2021 06:31 WIB

Industri Baterai Lithium Alami Peningkatan di Era Kendaraan Listrik

Kendaraan listrik waktu demi waktu akan berkembang. Seiring dengan munculnya kendaraan listrik, rupanya membawa keuntungan bagi industri baterai listrik. Tiongkok bahkan Indonesia diprediksi memimpin industri tersebut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mulai saat ini, kendaraan listrik sudah mulai bermunculan di beberapa negara.Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia pada hari Rabu (30/12) mengungkapkan industri baterai listrik akan tumbuh pesat dalam beberapa tahun ke depan, bahkan permintaan bisa naik empat kali lipat. Banyak negara di dunia yang sudah mengurangi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk mengurangi emisi karbon.

Lewat laporan Industries in 2020 yang ditulis oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) dan McKinsey Research pada bulan September lalu, keduanya menyebutkan Tiongkok sebagai negara penggerak utama pasar kendaraan listrik atau EV (electric vehicle) global. Bahkan prediksi EIU menjelaskan bahwa kelak Tiongkok akan menyalip Amerika Serikat dengan total penjualan 1,39 juta unit mobil listrik. 

Indonesia pun juga ingin maju dan terlibat dalam pembangunan industri baterai listrik. Kekayaan cadangan nikel Tanah Air yang menjadi komponen utama baterai lithium berpotensi menggarap industri baterai lithium.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdiri dari PLN, Pertamina, dan MIND ID (Inalum) berencana membentuk bisnis baterai dari hulu ke hilir bernama Indonesia Holding Battery. Selain lokal, Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL), produsen baterai terbesar dunia asal Tiongkok siap memberikan investasi kepada Indonesia sebesar US$5 miliar atau sekitar Rp71 triliun untuk membangun pabrik baterai lithium-ion

CATL bekerja sama dengan PT Aneka Tambang. Dalam perjanjiannya, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengatakan 60 persen proses pemurnian nikel, bahan baku baterai dikerjakan di Indonesia. 

Selain CATL, LG Energy Solution dan Hyundai juga terlibat dalam proyek pembangunan pabrik baterai lithium-ion. Tidak tanggung-tanggung, LG Energy Solution akan berinvestasi sebesar US$9,8 miliar atau sekitar Rp138 triliun rupiah. Kedepannya, target pembangunan pabrik baterai lithium-ion bisa terintegrasi dari hulu ke hilir. Bahlil menjelaskan lokasi terbagi menjadi dua, untuk hulu yaitu tambang dan smelter di Maluku Utara, sedangkan hilir yaitu pabrik baterai dan recycle berada di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah.

Sementara Hyundai sendiri sudah membangun pabrik mobil listrik di Kawasan Industri Cikarang, Jawa Barat. Tidak heran bila awal tahun 2021 ini Kementrian Perhubungan dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah beralih menggunakan mobil listrik termasuk Ridwan Kamil selaku Gubernur Jawa Barat ikut antusias menggunakan mobil listrik sebagai kendaraan dinas di tahun baru.

Demi mewujudkan target Indonesia menjadi raja produsen baterai lithium, investor lokal dan asing kini saling bergandengan tangan satu sama lain untuk membangun pabrik baterai lithium. Melihat potensi besar untuk Indonesia lebih maju, apakah pikiranmu masih tertutup untuk menerima bantuan dari investor asing?



Ikuti tulisan menarik Meri Ana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler