x

Iklan

Intan Cesar Fitriyani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 Januari 2021

Minggu, 17 Januari 2021 12:58 WIB

Mengenal Obyek Wisata Situ Sangiang Sebagai Ecomuseum Lokal

membahas mengenai berbagai potensi dari obyek wisata situ sangiang untuk dijadikan sebagai ecomuseum.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Lokasi dan Potensi Daerah

Kabupaten Majalengka memiliki banyak destinasi atau tempat wisata yang masih sangat asri. Salah satu obyek wisata yang sudah cukup terkenal di kalangan masyarakat Majalengka adalah Situ Sangiang.

Situ Sangiang merupakan obyek wisata telaga atau danau alami yang berada di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), letaknya disebelah selatan Kabupaten Majalengka yang tepatnya berlokasi di Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran. Jaraknya kurang lebih 27 kilometer dari pusat kota Majalengka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat ini Situ Sangiang dikelola oleh Mitra Pengelola Wisata Gunung Ciremai (MPGC) Sunan Parung yang merupakan kelompok masyarakat setempat. Luas keseluruhan mencapai 105 hektar sedangkan Situ Sangiang sendiri memiliki Luas kurang lebih sekitar 14 hektar.

Situ Sangiang ini berada dikawasan hutan lindung yang masih sangat asri. Obyek wisata Situ Sangiang dijadikan tempat outbond atau flying fox, menjadi tempat penelitian, family gathering, dan tracking untuk melihat koleksi tanaman anggrek dan tanaman obat serta bunga bangkai. Pengunjung dikenakan retribusi sebesar Rp 10.000. Untuk masuk ke lokasi situ terdapat beberapa gerbang. Di tiap pintu gerbang, ada kotak amal yang bisa diisi suka rela oleh pengunjung. Biasanya diperuntukkan bagi para juru kunci.

Selain memiliki keindahan yang istimewa, obyek wisata ini memiliki sarat akan nuansa mistis. Situ Sangiang ini merupakan tempat yang dikramatkan karena nilai sejarahnya oleh penduduk setempat karena terdapat danau yang dipercayai menyimpan sejarah Kerajaan Talaga Manggung yang berdiri sekitar abad ke – 15. Sebelum pengunjung memasuki area danau, terdapat  sebuah makam sunan yang dikenal dengan “Sunan Parung”. Sunan Parung dipercaya sebagai Raja ternama dari Kerajaan Talaga Manggung, keberadaan makam tersebut melengkapi aura mistis dari tempat ini. Oleh karena itu, selain untuk menikmati pemandangan alam sekitar yang tenang dan indah, pengunjung dapat sekaligus berwisata religi dan berziarah.

 Konsep Ecomuseum

  • Daya tarik daerah

Situ Sangiang memiliki potensi sebagai ecomuseum karena danau ini menyimpan sejarah Kerajaan Talaga Manggung. Lingkungan yang masih sangat asri, udara yang masih segar, serta keindahan panorama pegunungan menyisakan keindahan alam yang menjadi salah satu daya tarik daerah Situ Sangiang di Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai ini. Hutan yang rimbun masih terjaga mengelilingi area situ, riak air mengalir serta didalamnya hidup berbagai satwa liar seperti ular, elang, berbagai hewan primata, kijang yang masih berkeliaran dan berbagai jenis ikan yang hidup di danau menciptakan hutan hujan tropis yang kaya akan potensi sumber daya alam. Keanekaragaman hayati di Situ Sangiang ini masih sangat terjaga berkat kearifan local yang masyarakatnya masih dipegang teguh. Hal ini menjadikan wisata sangiang memiliki daya tarik yang dapat dibedakan menjadi daya tarik alam dan daya tarik khusus (budaya).

  • Potensi yang dimaksud

Situ Sangiang menyimpan banyak mitos dan hal – hal berbau mistis yang masih dipercayai dan dihormati oleh penduduk setempat. Masyarakat di sekitar Situ Sangiang masih mempercayai mitos seperti keberadaan pohon Nunuk dan Ikan yang berada di Situ Sangiang harus dijaga. Pohon Nunuk tidak boleh diambil kulit pohonnya karena dipercaya sebagai gerbang dari Kerajaan Talaga Manggung. Sedangkan ikan yang berada di dalam danau merupakan jelmaan dari prajurit kerajan, sehingga tidak boleh ada yang menangkapnya dan apabila ada ikan yang mati maka harus dikuburkan layaknya manusia. Selain itu terdapat pantangan – pantangan lainnya yang dianggap pamali dan tidak boleh dilanggar karena dianggap akan mengakibatkan malapetaka atau menimbulkan bencana.

Di jalan setapak terdapat tulisan peringatan berupa larangan untuk memetik atau mengambil bagian dari pohon besar, dan larangan untuk tidak masuk ke sembarangan tempat tanpa seizin/didampingi kuncen. Didalam Situ juga terdapat sebuah papan pengumuman bahwa pengunjung dilarang berenang, membuang sampah sembarangan, memancing, menyalakan api unggun (bagi mereka yang melakukan camping), ataupun mencorat-coret segala fasilitas yang ada. Jika pengunjung ingin mandi maka harus mengikuti tata cara mandi di Situ Sangiang yang mengharuskan memakai kain putih dan batas mandi dalamnya hanya boleh sepinggang. 

Terdapat pula ritual “nyapu” atau pelaksanaan kebersihan oleh tujuh kuncen yang dilakukan setiap satu minggu sekali tepatnya pada hari Senin. Pada saat ritual itu semua kuncen melakukan tugasnya yaitu mulai dari masuk jalan keramat sampai di pertigaan, kemudian tiga orang membersihkan makam keramat berikut didalam keramatnya dan empat orang membersihkan jalan yang menuju situ sangiang. Banyak pengunjung atau peziarah mengunjungi makam Sunan Parung pada 1 Syura dan waktu tertentu lainnya. Mereka melakukan serangkaian ritual, dan setiap rombongan peziarah biasanya dipandu oleh seorang Kuncen. Kemudian diakhiri dengan memberi makan ikan dan mandi di bibir situ.

 

sumber : majalengka-web.blogspot.com

Situ Sangiang juga menjadi "alat" prakiraan musim oleh masyarakat setempat. Permukaan airnya sering dijadikan tanda datangnya musim kemarau dan penghujan. Menjelang kemarau, ketinggian air akan bertambah hingga memenuhi situ. Sementara jelang penghujan tiba, permukaaan air justru surut. Walaupun mistis dan memiliki kesan diluar nalar,namun kearifan lokal masyarakat setempat turut melestarikan Situ Sangiang sehingga terhindar dari orang – orang yang tidak bertanggung jawab.

Konsep yang dapat dikembangkan dari wisata Situ Sangiang untuk ecomuseum ini yaitu melakukan pelestarian pusaka alam, budaya, dan industri tradisi local. Konsep ini melibatkan peran penting masyarakat dalam pelestarian dan pengelolaan Pusaka Alam maupun Budaya. masyarakat setempat juga mempelajari nilai-nilai yang dimiliki aset pusaka tersebut. Situ Sangiang mempunyai potensi wisata yang bisa dikembangkan.

  • Keadaan fasilitas, sarana, dan prasarana pendukung

Beberapa fasilitas yang ada di obyek wisata alam Situ Sangiang Majalengka :

  • Tempat parkir kendaraan
  • Toilet
  • Mushola
  • Warung Wisata
  • Gazebo
  • Spot Foto

Namun pengunjung disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi, karena tidak adanya angkutan umum sampai ke lokasi.

Simpulan dan Rekomendasi

Dengan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Majalengka, Jawa Barat memiliki banyak tempat dan destinasi yang masih sangat asri, salah satunya adalah Situ Sangiang yang berkaitan erat dengan sejarah Kerajaan Talaga Manggung. Walaupun masyarakat masih mempercayai hal – hal yang berkaitan mistis namun dengan kearifan lokal serta tradisi yang dipegang teguh oleh penduduk setempatnya, secara langsung masyarakat setempat turut melestarikan Situ Sangiang. Dengan menjadikan Situ Sangiang ini menjadi ecomuseum diharapkan dapat mengembangkan segala potensi yang ada dengan melibatkan peran penting masyarakat dalam pelestarian dan pengelolaan Pusaka Alam, Budaya maupun tradisi. Situ Sangiang diharapkan dapat menjadi tempat wisata yang terus berkembang dan maju serta lebih dikenal oleh banyak orang.

Bagaimana tertarik untuk mengunjungi Situ Sangiang?

 

-----

Nama             : Intan Cesar Fitriyani

Email              : intancsrf@gmail.com

Program Studi : Perpustakaan dan Sains Informasi

Fakultas         : Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas    : Universitas Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah     : Manajemen Museum

Dosen pembimbing                        

  1. Dr. Erlina Wiyanarti, M.Pd.
  2. Angga Hadiapurwa, M.I.Kom

Fasilitator : Hafsah Nugraha, S.S.I.

Ikuti tulisan menarik Intan Cesar Fitriyani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler