x

Iklan

Heru Maiza Ibrahim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 Januari 2021

Jumat, 29 Januari 2021 15:11 WIB

Sektor UKM di Indonesia Semakin Kacau akibat Dampak Covid-19

Dampak COVID-19 yang terjadi di indonesia sekarang mengacaukan perekonomian termasuk sektor Usaha kecil menengah (UKM)

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Pandemi virus Covid-19 bukan hanya sekedar berpengaruh terhadap bidang pendidikan kesehatan, tapi juga telah menimbulkan kekacauan di sektor ekonomi. Pandemi telah membuat pelaku industri besar dan UKM di Indonesia mulai gelisah. Terlebih baru-baru ini, sebuah studi menyebut bahwa Covid-19 akan membuat Indonesia mengalami penurunan persentase pertumbuhan ekonomi sebesar 0.1% di tahun 2020.

Secara garis besar, berikut dampak nyata yang disebabkan Covid-19 terhadap sektor UKM di Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama, dampak pada omzet penjualan. Hasil riset BI melaporkan tingkat penurunan yang terjadi pada rata-rata penjualan produk UMKM adalah sebesar 50%. Penyebab terjadinya penurunan ini disampaikan oleh LIPI sebagai dipengaruhi oleh keputusan 58,8% UMKM untuk menurunkan harga produk dan jasanya untuk tujuan mempertahankan usaha sehingga keuntungan turun lebih dari 75%.

Kedua, dampak pada permodalan. Menurut penjelasan Menteri Koperasi dan UKM yang disampaikan di pertengahan Agustus 2020, bahwa 40% UMKM telah gulung tikar sebagai imbas sulit mendapatkan modal kembali akibat Pandemi Covid-19. Angka ini muncul sebagai dipengaruhi 2 faktor, yaitu: a) tutup karena tidak bisa mendistribusikan produk barang atau jasa, dan b) tutup karena alasan mematuhi perintah PSBB dan penjarakan sosial. Hasil riset juga melaporkan bahwa sebanyak 19.93% dari total UKM yang ada, mencoba untuk tetap bertahan di tengah pukulan Pandemi Covid-19 kendati mengalami kesulitan modal. Untuk keperluan efisiensi, mereka terpaksa melakukan PHK terhadap karyawannya sehingga jumlah produksinya juga menurun.

Ketiga, dampak pada distribusi. Riset dari Kemenkop UKM melaporkan bahwa sebanyak 20,01% UMKM mengaku mengalami hambatan distribusi akibat kebijakan PSBB. Penurunan akibat PSBB ini juga terjadi pada permintaan produk dan dialami oleh total 22,90% UMKM. Alhasil, berdasarkan riset terakhir ini total ada kurang lebih 62,84% UMKM sebagai yang terkendala pandemi dengan indikasi keluhan terjadi pada sektor distribusi, penurunan keuntungan penjualan dan kesulitan modal. 40% sisanya (37,16%), merupakan angka yang dilaporkan sebagai telah gulung tikar. Ada beberapa sebab kemungkinan gulung tikar itu. Penyebab yang paling dominan, adalah dipengaruhi ketiadaan permintaan dari pasar.

Inilah data keterpengaruhan UMKM selama berlangsungnya pandemi Covid-19 di Indonesia yang berhasil penulis rangkum dari berbagai sumber instansi terkait. Uniknya, dari kesekian sektor UMKM yang terdampak, UMKM sektor pertanian justru yang paling bertahan dengan catatan keterpengaruhan terhadap pandemi sebesar 41.5% (menurut BI). Namun kuat diduga bahwa hal itu disebabkan karena sektor pertanian tidak banyak bersinggungan secara langsung dengan pandemi Covid-19. Mereka hanya bermasalah saat pemasaran produk saja. Mereka dapat bertani, namun soal harga produk, hal itu dipengaruhi oleh permintaan pasar.

Selain itu, pertanian juga menempati ruang kebutuhan pokok, sehingga menjadi penyokong kebutuhan masyarakat. Masyarakat bisa menghindar dari kebutuhan lain, namun tidak bisa menghindar dari produk pertanian, sebab merupakan kebutuhan pokoknya. Jika dalam rangka memenuhi permintaan ternyata ada hambatan pada wilayah jalur distribusinya, maka secara tidak langsung PSBB merupakan yang paling pertama harus dituduh telah menyebabkan sektor pertanian ini terpengaruh pandemi Covid-19.

Ikuti tulisan menarik Heru Maiza Ibrahim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler