x

Mencuit

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 4 Februari 2021 14:08 WIB

Enaknya, Bercuit Bikin Gaduh tetapi Dapat Duit

Di zaman serba susah, malah ada yang kerjanya cuma bercuit, tapi dapat duit dan dilindungi pula.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Di zaman serba sulit, pandemi corona malah sudah bikin frustasi Presiden karena para petugas negara dianggap tak disiplin dan konsisten dalam implementasi semua kebijakan antisipasi dan pencegehan Covid-19 di +62, hingga kasusnya terus melangit. Bahkan kini Indonesia menjadi jawara kasus corona di Asia.

Bencana alam juga terus terjadi, hingga semakin menambah derita rakyat yang selama ini hidup tak sejahtera, tak mendapat perlakuan yang adil dan hukum yang melindungi.

Mirisnya, kok masih ada media massa dan orang-orang yang mau dibayar untuk bekerja, namun pekerjaannya hanya untuk membikin gaduh, membikin kisruh, mengalihkan isu, mengkabinghitamkan orang/kelompok/pihak/golongan, mengadu domba yang latar belakang dan tujuannya justru masih berputar dalam masalah politis, kepentingan partai politik, dan elite partai, sebab ada pihak yang wajib mereka garansi atas timbal baliknya karea telah membiayai dan sudah disepakati demi keuntungan dan kepentingan mereka, bukan amanah untuk rakyat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Media massa dan orang-orang itu, hingga kini masih terus beredar dan terus bikin resah. Sudah begitu, modal bikin kisruhnya hanya bercuit di medos, lalu, media massa yang di kelompoknya akan menggoreng cuitan, membikin artikel dan pemberitaan yang sama-sama memancing emosi dengan judul yang tendensius.

Lebih dari itu, setelah gorengan cuitan ditayangkan dalam artikel atau berita, di kolom komentar juga sudah menunggu kelompok mereka, untuk lebih membikin kusruh dan gaduh dengan komentar-komentar yang pada intinya juga untuk kepentingan mereka sendiri.

Ditilik dari komentar-komentarnya pun bisa dianalisis, ada yang pura-pura bodoh, ada yang pura-pura cerdas, meski semua dapat dibaca, itu semua sekadar kongkalikong dan sandiwara, meski bahasanya sangat menusuk, nantangin, sampai tidak peduli bila terjadi disintegrasi bangsa.

Maaf, siapa orang-orang yang bercuit sengaja bikin masalah, siapa media massa yang sengaja menayangkan berita cuitan, siapa orang-orang yang memberi komentar, masyarakat paham siapa di baliknya. Siapa yang bikin skenario dan siapa sutradaranya.

Bila mereka adalah para influencer dan buzzer bikinan pemerintah, maka betapa tega pemerintahan sekarang menggelontorkan uang rakyat hanya demi melindungi kepentingan politik mereka sendiri, mengorbankan rakyat dan terus menebar uang kepada influencer dan buzzer untuk membuat gaduh negeri meski taruhannya perpecahan rakyat dan bangsa sekalipun.

Bila benar pemerintah hingga kini masih menjalankan proyek perlindungan dirinya, partai politiknya, perlindungan para cukong, dengan terus menggunakan jasa influencer, buzzer, dan media massa, lalu melindungi mereka pula dari jerat hukum, dan sebaliknya menciduk rakyat yang melawan, pertanyaannya akan sampai kapan mampu menjalankan proyek ini, sementara rakyat pun sudah tahu sandiwaranya.

Ingat, sepandai-pandai tupai melompat, akan jatuh juga. Sepandai menyimpan bangkai pasti tercium juga.

Apa yang kini terus terjadi, cuitan digoreng menjadi berita, berita digoreng dengan komentar, berikutnya ada pihak yang melaporkan. Lalu, polisi bertindak, ada yang dijebloskan ke penjara, ada yang bebas. Siapa yang akhirnya masuk jeruji besi dan siapa yang bebas, juga sudah dapat dikalkulasi.

Terpenting tujuan mengalihkan isu, memancing, memanasi, bikin gaduh, kisruh, sudah tercapai. Dan, siapa yang terpancing, karena memang sedang dijebak, maka jadi santapan empuk.

Inilah orkestra yang terus manggung di negeri ini, tak peduli rakyat menderita, corona terus merajalela, dan bencana silih berganti melanda. Ironinya, semua skenario ini ada yang mencipta. Siapa dia? Rakyat pun tahu dan bisa membacanya.

Di zaman serba susah, malah ada yang kerjanya cuma bercuit, tapi dapat duit dan dilindungi pula.

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu