x

Iklan

FRANSISKA ANGELIA ARDELIA

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Februari 2021

Senin, 8 Februari 2021 20:59 WIB

Pengaruh Pandemi Covid -19 pada Ketegangan Amerika Serikat versus Tiongkok

Pandemi Covid-19 bisa saja mempengaruhi peta politik internasional, terutama dalam perebutan posisi sebagai negara hegemon antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Apalagi sebelumnya kedfua negara terlibat perang dagang yang sengit. Juga ada perbedaan antisipasi kedua negara saat awal-awal Covid-19 merebak. Tiongkok sangat sigap, dan Presiden Trunp tampak meremehkan sehingga 150 ribu warga AS meninggal dunia. Apakah peta kekuatan benar-benar bakal berubah?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Selain merupakan masalah kesehatan global, coronavirus atau yang lebih akrab dikenal dengan Covid-19 juga merupakan masalah politik tidak kalah penting. Cara untuk menghadapi krisis ini bergantung sepenuhnya dari tindakan yang diambil dalam skala politik internasional. Keputusan politik yang diambil dapat memperburuk atau meningkatkan penangan pada pandemi. [1]

Hubungan antara pandemi ini dan politik sangatlah erat, semua perubahan dan keputusan dalam sistem politik internasional akan mempengaruhi penyebaran virus ini. [2] Secara singkat, politik internasional dapat menentukan bagaimana Covid–19 menyebar dan apakah orang akan hidup atau mati. Covid–19 memiliki potensi untuk berdampak besar pada politik dunia dan akan dapat menjadi momentum terjadinya titik belok peta politik internasional. Sebab, berbagai faktor fundamental yang merupakah konsep dasar politik internasional seperti distribusi kekuasaan, perhitungan kepentingan atau sosial akan berubah menyesuaikan dengan keadaan sekarang.

Pandemi ini tentu saja akan mempengaruhi politik internasional terutama dalam perebutan istilah negara hegemon antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Ketika Covid–19 muncul dan dikabarkan berasal dari Tiongkok, negeri itu menarik diri dari pasar internasional. Namun pada Maret 2020 Beijing sudah bisa menangani virus dan sekaligus mengirimkan alat pelindung diri (APD) dan segala jenis alat alat kesehatan yang dibutuhkan saat pandemi ini ke negara negara di Eropa. Tiongkokjuga memberikan jutaan dolar kepada WHO untuk membiayai pendanaan pencarian vaksin untuk virus ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sedangkan di Amerika saat awal masuknya pandemi, Presiden Doland Trump mengambil langkah pencegahan yang sangat minim. Ini menyebabkan lebih dari 150 ribu kematian di Amerika Serikat. Mira Rapp-Hooper pernah berkata, “Jika Amerika Serikat terus menerus menutup diri sementara Tiongkok menawarkan pengobatan dan lain-lain, maka di mata internasional secara alamiah akan menganggap bahwa kepemimpinan Tiongkok telah menjadi lebih kuat.” [3]

Satu tahun sebelum pandemi, Tiongkok dan Amerika Serikat berada di situasi perang dagang. Kedua negara menaikkan tarif mereka terhadap beberapa barang menjadi sekitar 25 persen. Kedua negara juga meningkatkan kontrol ekspor dan langkah langkah kemanan nasional karena takut terjadi saling ketergantungan senjata diantara keduanya.

Di awal tahun, Tiongkok menekan produksi APD dan peralatan kesehatan. Amerika Serikat menanggapinya sebagai sesuatu keprihatinan tentang bagaimana Tiongkok menyediakan pasokan medisnya. Dengan ini, departemen luar negeri mengumumkan rencana dibuatnya Economic Prosperity Network bagi negara negara dengan pemikiran yang sama.

Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa efek berkepanjangan dari Covid–19 dapat diabaikan namun tidak ada aktor negara, opini publik ataupun kepentingan ekonomi yang dipercepat akibat pandemi ini. Meskipun keadaan semakin memburuk, Presiden Trumpp memprioritaskan perdangangan fase pertama dengan Tiongkok untuk meminta informasi dari Beijing terkait etiologi SARS-CoV-2.[4]

Namun sampai saat ini masih belum ada bukti bahwa pandemi ini memperburuk hubungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Meskipun kondisi di Amerika Serikat sendiri semakin memburuk, hal ini tidak mengubah opini dan pandangan publik terhadap Tiongkok. Dalam survei yang dilakukan Morning Consult, tidak ditemukan peningkatan responden AS yang menyalahkan Tiongkok atas pandemi. Alih-alih banyak orang yang menginginkan kerjasama dibandingkan konfrontasi dengan Tiongkok untuk mencari cara mengatasi pandemi ini.[5]

Bahkan setelah pandemi, perusahaan multinasional seperti Apple saja tidak mengubah rantai pasokan mereka. Diadakan survei bersama American Chamber of Commerce in China’s March 2020, membuktikan bahwa 80 persen anggotanya tidak memiliki rencana untuk merelokasi tempat produksi mereka jauh dari Tiongkok. [6] Namun ada beberapa perusahaan Amerika Serikat yang masih enggan untuk berinvestasi dalam pembuatan APD skala besar karena menurut mereka, permintaan yang tinggi ini hanyalah sesuatu yang sifatnya sementara. Ketergantungan kompleks antara Amerika Serikat dan Tiongkok juga terus berlanjut.

Pada zaman dahulu, pandemi dapat mengubah politik internasional secara signifikan. Namun saat ini, efek yang ditimbulkan pandemi jauh lebih kecil daripada zaman dahulu. Amerika Serikat sebagai negara hegemon saat ini, ada potensi tergantikan oleh Tiongkok atau Rusia. Nnamun hal ini tidak akan terjadi dalam jangka waktu dekat, karena kedua negara sama-sama sedang terpukul oleh pandemi Covid–19. Dan saat ini keduanya belum memiliki alat multidimensi yang cukup kuat untuk menggantikan kekuatan Amerika Serikat. Walaupun pandemi tidak merubah posisi hegemon, namun berhasil memperkuat sedikit status quo, mengungkapkan sumber kekuatan Tiongkok dan Amerika Serikat tanpa saling menjatuhkan satu sama lain.

 

 

Daftar Pustaka

Davies, S. E., & Wenham, C. (2020). Why the COVID-19 response needs International Relations. International Affairs96(5), 1227.

 

Drezner, D. W. (2020). The Song Remains the Same: International Relations After COVID-19. International Organization, 4.

 

Bowman, Karlyn. 2020. China, Coronavirus, and Public Opinion. Forbes.

 

Lardy, Nicholas, and Tianlei Huang. 2020. Despite the Rhetoric, US-China Financial Decoupling is not Happening. Peterson Institute for International Economics, https://www.piie.com/blogs/china-economic-watch/despite-rhetoric-us-china-financial-decoupling-not-happening

 

 

[1] Davies, S. E., & Wenham, C. (2020). Why the COVID-19 response needs International Relations. International Affairs96(5), 1227.

[2] Drezner, D. W. (2020). The Song Remains the Same: International Relations After COVID-19. International Organization, 4.

[3] Ibid, 10-11.

[4] Ibid, 12.

[5] Bowman, Karlyn. 2020. China, Coronavirus, and Public Opinion. Forbes.

[6] Lardy, Nicholas, and Tianlei Huang. 2020. Despite the Rhetoric, US-China Financial Decoupling is not Happening. Peterson Institute for International Economics, https://www.piie.com/blogs/china-economic-watch/despite-rhetoric-us-china-financial-decoupling-not-happening

Ikuti tulisan menarik FRANSISKA ANGELIA ARDELIA lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler