x

sumber foto: cermati.com

Iklan

Meri Ana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 31 Juli 2020

Jumat, 12 Februari 2021 07:19 WIB

Menyikut Teman di Ranah Bisnis adalah Hal yang Lumrah?

Saya teringat kejadian di masa lalu ketika masih menjadi pebisnis. Semuanya berjalan dengan lancar saja sampai ketika teman saya membuat masalah yang membuat trauma berkepanjangan. Inilah cerita hidup saya di masa lalu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sekitar pukul 23.15 WIB, saat itu saya berada di perjalanan menuju rumah. Pekerjaan hari ini terasa lebih berat jika dibandingkan hari-hari lalu, sambil menikmati angin malam dan melamun (mohon untuk tidak ditiru melamun saat berkendara) membuat saya akhirnya mengingat kejadian di masa lalu. Lembaran yang terbuka adalah peristiwa tujuh tahun lalu, dimana saat itu saya masih menjalani sebuah bisnis.

Memiliki sifat ambisius menjadi kebanggaan tersendiri buat saya. Saat menjadi pebisnis, tugas saya sebagai perantara transaksi jual-beli. Bukannya mau sombong, beberapa klien sangat puas dengan pelayanan saya. Semula hanya 8 klien, seiring dengan berjalannya waktu saya dan tim mengurusi ratusan klien.

Bisa dikatakan, saya adalah tipe yang tidak suka berburuk sangka kepada orang lain. Intinya, saya murni untuk berbisnis. Sampai akhirnya ada satu peristiwa yang membuat saya memutuskan untuk berhenti menjadi pebisnis. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berbagai tuduhan, cacian, hingga yang terburuknya pembatalan kerja sama dari klien mulai menimpa bisnis saya. Bahkan, 90 persen dari klien mengatakan bahwa saya tidak adil dalam hal jual-beli. Saya dan tim berusaha semaksimal mungkin untuk kembali mendapatkan kepercayaan dari mereka, namun hasilnya nihil.

Sepi. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi bisnis saya saat itu. Sepanjang waktu, saya mencari tahu kebenarannya, akar dari masalah ini. “Bagaimana bisa saya dibilang tidak adil?”, pertanyaan tersebut selalu memenuhi pikiran saya.

Titik terang akhirnya muncul. Jawabannya sangat mengejutkan. Kawan saya yang juga profesinya sebagai pebisnis yang nekat menyebarkan fitnah kepada klien-klien saya. Kita sebut saja Melati. 

Selama berkawan dengannya, Melati adalah seseorang yang pekerja keras dan peduli dengan lingkungan sekitar. Dirinya membangun usaha kecil hingga namanya besar sampai saat ini tidak main-main. Apa yang membuat Melati nekat untuk menyebarkan berita yang kenyataannya pun tidak benar?

Kami berdua sama-sama pebisnis, tujuannya tentu ingin memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa embel-embel politik di dalamnya. Namun sepertinya, Melati sudah melupakan tujuan utamanya. Dia gelap mata. Tidak ingin melihat bisnis saya berkembang.

Entah apa yang diincar oleh Melati. Apakah saat ini hanya keuntungan saja, kepentingan politik, atau bahkan kekuasaan? Saya tidak tahu. 

Tidak terasa kaki saya sudah berada di depan pintu rumah. Kenangan di masa lalu yang sebenarnya sudah saya maafkan, sayangnya masih sering diingat. Kira-kira, bagaimana dengan kabarnya ya? Apakah Melati juga menyikut pebisnis-pebisnis lainnya? Semoga saja sih sudah berubah. Menjadi yang lebih baik tentunya. 

Ikuti tulisan menarik Meri Ana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB