x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Senin, 22 Februari 2021 13:27 WIB

Jangan Kejar Gengsi, Karena Gengsi Bukan Harga Diri

Jangan kejar gengsi. Bisa bikin gila pemiliknya. Hiduplah apa adanya. Karena gengsi bukan harga diri, kenapa?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kampanye Literasu #24 – LITERASI GENGSI

 

GENGSI, kata banyak orang, lagi sering dicari. Karena gengsi dianggap identik dengan kehormatan, dengan martabat seseorang. Bermodalkan gengsi, seseorang dianggap keren banget. Tanpa gengsi, katanya tidak punya eksistensi. Maka wajar, gengsi diuber banyak orang. Gengsi bikin orang cetar membahana.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertanyaannya, apa iya orang yang punya gengsi lalu terhormat?

Tentu jawabnya, tidak. Gengsi itu bukan harga diri. Beda dong, Gengsi itu basisnya gila kehormatan atau mabuk popularitas. Sementara harga diri itu basisnya kesadaran, selalu bersahaat dengan realitas.

 

Jadi, ketika harga diri seseorang kokoh maka gengsi akan melekat dengan sendirinya. Tapi jangan dibalik, menjual harga diri demi gengsi. Apalagi sampai berani mengorbankan harga diri hanya ingin dianggap punya gengsi. Celaka itu, hanya buat gengsi korbankan harga diri.

 

Untuk apa gengsi? Bila umur sudah tua kok masih bilang muda. Bila tidak punya uang berlagak seperti banyak uang. Tidak pernah amal tapi teriak rajin amal. Bahkan tidak pernah membaca buku pun mengaku suka baca buku. Itu semua karena gengsi. Biar dibilang keren, biar dibilang terhormat.

 

Ketahuilah, uang sekecil apa pun pasti cukup bila digunakan untuk hidup. Tapi uang sebanyak apa pun tidak akan pernah cukup, bila dipaksa untuk memenuhi gaya hidup.

 

Gengsi itu justru identik dengan gaya hidup. Gaya hidup selangit akhirnya butuh gengsi. Lalu memaksa diri, di luar kemampuannya. Maka terpuruklah, hidup orang-orang yang mengejar gengsi. Seperti Ibu Anu, yang tidak bekerja. Tapi memaksa diri beli HP yang mahal pakai kartu kredit. Akhirnya, tidak mampu bayar. Uang sekolah anaknya pun belum dibayar sudah 4 bulan. Padahal gaji suaminya tidak seberapa. Tapi cukup untuk makan sebulan. Nah si Ibu Anu itulah contoh orang yang mengejar gengsi. Biar dibilang keren padahal sebaliknya.

 

Banyak orang lupa. Gengsi itu tidak enak dimakan. Lagi pula menyeramkan.

Tapi sayang, masih saja ada orang yang mati-matian memburu gengsi. Berani melakukan apa saja, demi gengsi. Akhirnya, banyak orang bertikai karena soal beda gengsi. Korupsi akibat gaya hidup untuk membiayai gengsi. Gengsi memang gila.

 

Gengsi itu aneh. Berjuang agar dianggap keren oleh manusia. Bekerja keras untuk dihargai manusia. Sangat aneh. Justru bila mau dianggap keren, berbuatkan yang baik dan mintalah kepada Allah SWT. Bekerja keraslah atas nama Allah SWT. Itu namanya, gengsi karena Allah SWT.

 

Maka berhati-hatilah dengan gengsi. Karena gengsi itu penyakit moral. Terlalu gede gengsi itu membahayakan pemiliknya. Hiduplah apa adanya, tidak usah banyak gengsi. Tidak perlu bergaya dalam hidup. Ingat, siapa pun selagi masih manusia, Mereka tidka hdup dar gengsi. Tapi hidup dari Allah SWT.

 

Jangan kejar gengsi. Gengsi itu bukan hatga diri.

Dan ketahuilah, hidup itu MURAH. tapi merek yang bikin MAHAL. Hidup itu SEDERHANA tapi gengsi yang bikin RUMIT. Salam literasi #KampanyeLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu