x

sumber foto: cafebiz.vn

Iklan

Chika Lestari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 31 Juli 2020

Selasa, 9 Maret 2021 17:06 WIB

Tesla Pilih Nikel Kaledonia Baru untuk Produksi Baterai Listrik

Lagi-lagi Tesla mengejutkan publik. Setelah perusahaan otomotif tersebut memilih India, kini Tesla memilih nikel Kaledonia Baru ketimbang nikel Indonesia. Apa alasan perusahaan besutan Elon Musk tersebut memilih nikel Kaledonia Baru?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tesla Inc. memilih India sebagai destinasi untuk membuat pabrik mobil listrik atau electric vehicle (EV). Dilaporkan Reuters, Kamis, 4 Maret 2021, lalu perusahaan pimpinan Elon Musk tersebut bekerja sama dengan tambang nikel di Kaledonia Baru. Bentuk kerja sama tersebut merupakan ikjhtiuar Tesla mengamankan sumber daya nikel dalam jumlah yang lebih banyak.

Kaledonia Baru menjadi produsen nikel terbesar nomor empat di dunia. Selain Indonesia dan Kaledonia Baru, beberapa negara lain yang menjadi produsen dari kunci bahan baku pembuat baterai kendaraan listrik adalah Kanada dan Rusia. 

Tesla dan pemerintah Kaledonia Baru telah membuat perjanjian. Tesla siap membantu dengan produk dan standar keberlanjutan dan membeli nikel untuk produksi baterai. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Elon Musk lewat akun Twitter pada 25 Februari lalu, mengatakan bahwa perhatian utama perusahaan tersebut adalah untuk meningkatkan produksi sel lithium-ion. Sebelumnya, di bulan Juli Elon Musk juga mengungkapkan bahwa nikel menjadi tantangan terbesar untuk baterai jarak jauh volume tinggi. 

Produksi kendaraan listrik saat ini mengalami percepatan, hal tersebut mengakibatkan permintaan nikel yang meningkat. Adanya percepatan produksi tersebut mengakibatkan pasokan menjadi rendah. 

Menurut Elon Musk, bila dibandingkan produksi nikel di Amerika Serikat yang berat sebelah. Dirinya mengakui bahwa produksi nikel di Indonesia, Kanada, dan Australia.

Tesla dipercayai menjadi penasihat industri di tambang Goro, Pulau Pasifik. Dimana tambang tersebut dipegang oleh Vale (Brazil) dan merupakan wilayah luar negara Prancis. Di Amerika Serikat mengalami kerusuhan sejak Vale dan negara Prancis memutuskan untuk menjual tambang nikel ke pedagang komoditas Swiss Trafigura pada awal Desember. 

Berbagai protes dari kelompok pro-kemerdekaan pun terjadi. Mereka memaksa Vale untuk menutup situs di bulan Desember. Dilansir dari Routers, perjanjian tersebut berisi 51 persen saham dalam operasi Vale dapat dipegang oleh otoritas provinsi Kaledonia Baru dan kepentingan lokal, sedangkan Trafigura memiliki 19 persen saham kurang dari 25 persen yang telah direncanakan dalam perjanjian penjualan awal bersama Vale. 

Dalam hal ini, Tesla disebutkan tidak memiliki saham namun perannya hanya sebagai mitra yang bertugas mengamankan rantai pasokan baterai listrik saat meningkatkan produksi. Pihak Vale menjelaskan bahwa tugasnya kini menyelesaikan setiap dan semua item yang belum terselesaikan untuk memungkinkan transaksi secara resmi diselesaikan.

Indonesia memang bukan menjadi jawaban yang tepat untuk Tesla, namun bukan berarti mimpi kita untuk menjadi pemain di era kendaraan listrik sirna, sudah ada beberapa perusahaan asal Jerman yang kini sedang dilirik oleh pemerintah antara lain Volkswagen dan Badische Anilin-und Soda-Fabrik (BASF). 

Semoga kabar baik akan segera untuk di Indonesia, ya. Benar, kan?

Ikuti tulisan menarik Chika Lestari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler