x

Mahfud

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 12 Maret 2021 15:06 WIB

Benarkah Presiden Happy-happy Saja Tahu Moeldoko Kudetor?

Ada kudeta partai dan kudetornya orang Istana, masa Presiden happy-happy saja? Masa tidak ada empati dan simpati? Yang benar saja.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Belum reda polemik menyoal ajakan Presiden agar masyarakat membenci produk asing, kini muncul lagi pernyataan yang membikin masyarakat mengelus dada.

Memang apa pun pernyataan pejabat negara, biasanya akan menjadi makanan empuk media massa. Apalagi pernyataan tersebut terkait dengan masalah yang kini juga mengharu biru Indonesia. Pernyataan yang kurang tepat, bahkan tak etis tersebut tak pelak menjadi judul berita di berbagai media massa dengan judul seragam seperti pernyataannya.

Siapa yang membikin pernyataan hingga jadi judul berita yang seragam? Dia adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD yang mengungkapkan kesannya tentang sikap Presiden Jokowi yang happy-happy saja menyikapi kisruh kudeta Partai Demokrat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kalau saya lihat kesan presiden, happy-happy saja tuh. Dia (Presiden Jokowi) memang kaget betul ketika tahu Pak Moeldoko terlibat (kudeta), tetapi beliau tidak (uring-uringan soal itu)," ujar Mahfud.

"Pak Jokowi sekarang sudah tahu. Tapi ketika (Moeldoko) akan berangkat (ke Deli Serdang) itu betul-betul tidak mengetahui," kata Mahfud dikutip dari tayangan Youtube Najwa Shibab, pada Kamis (11/3/2021).

Mengapa Pak Mahmud sampai membuat kesan tentang sikap Presiden yang happy-happy saja? Apakah Pak Mahfud tak memikirkan dulu apa efek dari pernyataan subyektifnya tentang kesan pribadinya terhadap Presiden Jokowi?

Arti happy itu, senang. Berarti Pak Presiden senang-senang saja setelah tahu kisah Kudeta Moeldoko? Masa sih, Bapak Presiden senang ada masalah yang tak etis dan melibatkan orang Istana Negara dan menjadikan masyarakat prihatin atas kejadian ini.

Kendati masalah kudeta adalah masalahnya Partai Demokrat, namun karena para pelakunya adalah tokoh yang seharusnya menjadi panutan rakyat, maka mau tak mau, ini sudah menjadi masalah bangsa dan negara.

Apakah pernyataan Mahfud yang memberi kesan Presiden senang atas peristiwa kudeta partai yang dilakukan oleh orang yang ada di lingkaran Istana memang benar sesuai fakta karena Presiden memang senang?

Bila benar Presiden senang Moeldoko melakukan kudeta, jangan-jangan dugaan masyarakat benar bahwa Presiden dan partai yang ada di belakang Presiden memang menjadi bagian dari skenario kudeta ini. Sebab, dengan cara kudeta ini, maka Partai Demokrat bisa diredam karena menjadi ancaman mereka dalam berbagai kepentingan sepanjang rezim berkuasa hingga Pemilu mendatang.

Namun, bila benar, Presiden memang benar-benar tidak tahu masalah Moeldoko mengkudeta AHY, maka sebagai manusia biasa Bapak Presiden mustahil akan senang melihat rakyatnya berseteru dan mengkudeta partai.

Lebih dari itu, sebenarnya ada maksud apa di balik Mahfud memberikan kesan Jokowi happy-happy saja begitu tahu Moeldoko menjadi kudetor?

Apa Mahfud dengan jabatannya juga sebagai bagian dari rencana kudeta itu? Hingga peristiwa kudeta, ada masyarakat yang dirugikan atau menjadi korban dihadapi dengan senang-senang saja. Di mana logikanya?

Masa, ibaratnya ada musibah melanda, tetap happy-happy tak ada perasaan simpati, empati, dan peduli?

Saya pikir Pak Mahfud terlalu berani menyimpylkan sikap Presiden, lalu memberikan kesan subyektif. Dan, kesan subyektif Mahfud benar-benar malah memancing di air keruh. Menambah masalah baru. Tidak membuat nyaman pihak yang merasa dirugikan dan dikorbankan. Pun pernyataannya benar-benar tak pas di saat dan waktu yang juga tidak tepat.

Mengapa para pejabat negara kita, bahasa komunikasinya sering blunder dan malah membuat masalah menjadi keruh? Ke mana para ahli yang seharusnya menjadi pengarah pejabat negara dalam berkomunikasi?

Yang benar saja Pak Mahfud, masa Pak Jokowi happy-happy saja? Apa betul Pak Presiden happy, Pak Moeldoko jadi kudetor? Sebab, pastinya Pak Moeldoko memang happy berhasil jadi ketua partai meski dengan cara kudeta.

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler