Memahami Pentingnya Kehadiran Smelter di Morowali
Selasa, 16 Maret 2021 09:47 WIBPemerintah telah mewajibkan para pengusaha pertambangan untuk membangun pabrik smelter. Apa yang menyebabkan pembangunan smelter ini begitu penting di Tanah Air? Adakah dampaknya bagi perekonomian maupun masyarakat Indonesia?
Apa yang menyebabkan keberadaan smelter di Indonesia sangat penting?
Puluhan tahun lamanya Indonesia mengutamakan kegiatan ekspor SDA mentah ke luar negeri. Dalam jangka waktu yang lama itu pula, kita sebagai pemilik kekayaan tersebut tidak kunjung sejahtera. Sebagaimana yang selama ini kita ketahui bersama tentang kisah kekayaan timur Indonesia, khususnya di tanah Papua, dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) di dalamnya.
51 persen kepemilikan PTFI sudah dikuasai pemerintah Indonesia, namun rasanya belum cukup untuk meningkatkan perekonomian negeri. Oleh karenanya, Pemerintah Indonesia menetapkan Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara atau Minerba.
Lewat undang-undang tersebutlah para pelaku industri tambang diwajibkan membangun fasilitas pemurnian dan peleburan mineral, atau yang dikenal dengan istilah smelter. Lewat adanya smelter, SDA yang dahulu hanya diekspor mentah, kini berbentuk barang jadi yang memiliki nilai berkali-kali lipat jika dibandingkan menjual barang mentah saja.
PTFI sebagai perusahaan pertambangan tentunya memiliki rencana untuk membangun smelter. Dilansir dari CNBC Indonesia, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin menjelaskan sampai saat ini realisasi pembangunan smelter tembaga PTFI baru mencapai 5,86 persen saja dimana targetnya yaitu 10,5 persen.
Dan, pemerintah mendorong PTFI agar smelter tersebut rampung di tahun 2023 setelah sebelumnya perusahaan tersebut mengumumkan adanya keterlambatan dalam proyek pembangunan smelter sekitar satu tahun menjadi tahun 2024 dikarenakan wabah coronavirus.
Indonesia Menggandeng Tiongkok untuk Membangun Smelter
Larangan ekspor bijih nikel di Indonesia bukan menjadi mimpi buruk bagi Tiongkok. Investor dari negeri tirai bambu tersebut justru mengulurkan tangannya. Morowali yang semula masih asing di telinga publik, kini semakin bersinar.
Tidak biasa, teknologi smelter yang dibangun di Morowali ini terbilang mampu mengelola pasir tambang dengan kadar nikel di bawah 1,7 persen. Bila ingin mencairkan pasir alam atau bijih nikel tentunya smelter yang digunakan harus dengan energi listrik yang optimal sekitar 1.000 sampai 4.000 derajat celcius dengan posisi yang stabil.
Pembangunan awal smelter di Morowali dilakukan pada awal 2014 dengan kapasitas 300 ribu nickel pig iron (NPI). Pembangunannya tentu tidak mudah, apalagi di Indonesia sendiri smelter menjadi teknologi baru yang mau tidak mau harus mendatangkan tenaga kerja asing (TKA). Tujuannya agar terjadi transfer knowledge antara TKA ke pekerja lokal agar kelak muda-mudi Indonesia dapat mandiri dan mengembangkan teknologi tersebut tanpa harus mengandalkan TKA lagi.
Hadirnya TKA dan investor asing yang dinilai menjadi mimpi buruk, ternyata tidak demikian. Dilansir dari CNBC Indonesia pada Februari 2021 lalu, Deputi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto. Dirinya menyebutkan jumlah pekerja smelter nikel di Morowali, Sulawesi Tengah, dari total pekerja 45 ribu orang, sebanyak 41 ribu adalah tenaga kerja lokal, artinya 4 ribu lainnya dari TKA.
Tidak ada lagi “penjajahan” di Indonesia. Peran pekerja lokal masih mendominasi dibandingkan TKA-nya. Kita jangan sampai terjebak pada jebakan adu domba, bahwa seakan-akan tenaga kerja Indonesia tidak mampu dan merendahkan kemampuan bangsa sendiri. Selain itu, nilai strategis dari industri ini berpengaruh besar bagi roda industri serta kemajuan negara ini
Kekhawatiran inilah yang harus kita hilangkan. Bukankah membanggakan jika muda-mudi Indonesia dapat menguasai teknologi baru ini, bukankah perekonomian negeri dapat meningkat dan membuka peluang baru bagi tenaga kerja lokal?
Indonesia mampu untuk membuat baterai kendaraan listrik yang saat ini sedang menjadi tren di dunia hanya dengan memanfaatkan SDA dan membangun smelter.
Marilah kita menerima uluran tangan dari mereka yang ingin bekerja sama dengan kita. Anti Tiongkok atau anti Amerika sudah seharusnya kita hilangkan karena kita adalah bagian dari masa depan sebagai warga dunia yang tidak mengenal sekat pembatas.
Sampai sini, apakah rasa kekhawatiran masih melekat di dirimu?
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Ekspor Mineral Mentah Indonesia Tak Lagi Boleh Dibiarkan
Rabu, 2 Maret 2022 17:50 WIBIndustri Nikel Morowali Bisa Dongkrak Pendapatan Fiskal Daerah Jika Lakukan Hal Ini
Jumat, 4 Februari 2022 07:55 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler