x

Jokowi

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 17 Maret 2021 07:49 WIB

Sikap Presiden tentang Masa Jabatan Tiga Periode, Berbanding Terbalik dengan Masalah yang Terus Ada di +62

Ironisn, bila Jokowi langsung bereaksi menyoal menjadi Presiden tiga periode, namun hingga kini, Jokowi sama sekali tak menyinggung aksi anak buahnya, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko yang telah mengkudeta Partai Demokrat yang sepak terjangnya juga dikaitkan dengan isu jabatan presiden tiga periode. Sikap Presiden terkait Moeldoko memang terus menyisakan prasangka buruk di tengah masyarakat, saat Indonesia terus dibombardir oleh berbagai masalah yang sepertinya memang sengaja diproduksi oleh yang memiliki kepentingan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"Saya tegaskan, saya tidak ada niat. Tidak ada juga berminat menjadi presiden tiga periode," kata Jokowi melalui tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (15/3/2021).

Itulah pernyataan resmi Presiden Jokowi menanggapi isu masa jabatan presiden menjadi tiga periode yang kini terus mengemuka.

Jokowi mengatakan ia tak berminat menjabat presiden selama tiga periode. Ia pun meyakinkan masyarakat bahwa ia tunduk patuh kepada amanat UUD 1945 yang mengatakan masa jabatan presiden dibatasi hanya dua periode.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sikap ini, kata dia, tidak akan pernah berubah. Sebagaimana bunyi konstitusi atau Undang-Undang Dasar 1945, masa jabatan presiden dibatasi sebanyak dua periode dan meminta agar tak ada yang membuat kegaduhan baru atas isu ini. Sebab, ia menuturkan, pemerintah tengah fokus pada penanganan pandemi virus corona.

Ironisnya, bila Jokowi langsung bereaksi menyoal menjadi Presiden tiga periode, namun hingga kini, Jokowi sama sekali tak menyinggung aksi anak buahnya, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko yang telah mengkudeta Partai Demokrat yang sepak terjangnya juga dikaitkan dengan isu jabatan presiden tiga periode.

Sikap Presiden terkait Moeldoko memang terus menyisakan prasangka buruk di tengah masyarakat, saat Indonesia terus dibombardir oleh berbagai masalah yang sepertinya memang sengaja diproduksi oleh yang memiliki kepentingan.

Berkubang masalah

Setiap waktu, kini hari-hari di +62 penuh berkubang masalah yang pemicunya justru para pemimpin bangsa yang duduk di pemerintahan, parlemen, dan partai politik dan sewajibnya menjadi teladan bagi masyarakat dengan cara-cara halus dan menggunakan pihak lain.

Mereka pun terus tak peduli, tak ada lagi rasa malu, rasa empati, rasa simpati kepada masyarakat yang terpuruk, terus bertindak demi ambisi pribadi, kelompok, golongan, dinasti, oligarki, demi mewujudkan mimpi serta berkolaborasi dengan para pemodal, taipan, cukong yang hanya mementingkan kepentingan dan keuntungannya sendiri.

Tak cukup diri mereka menjadi aktor dan pelaku keriuhan dan kisruh, demi mewujudkan ambisinya, terbitlah para influenser dan buzzer yang bertugas sebagai tameng, sebagai pemecah suasana dan situasi, serta sebagai penggiring opini publik.

Pada akhirnya, influenser dan buzzer yang hingga kini masih dipelihara dan dibiayai dari uang rakyat, tak ubahnya sebagai tukang kentut yang menebar bau busuk dalam bentuk masalah ke berbagai tempat, situasi, dan kondisi, namun samar siapa pelakunya, meski masyarakat tetap dapat membaca, bau kentut itu, ulah siapa.

Si tukang kentut pun, tak ubahnya sebagai tukang adu domba yang senantiasa menebar masalah permusuhan dan perseteruan tak berujung, dan tak peduli sangat mengancam disintegrasi bangsa, hingga banyak pihak dan masyarakat yang sangat kawatir, di negeri ini bom waktu akan meledak, rakyat benar-benar marah.

Bila kini bau kentut masalah terus semerbak, ditumpuk dari masalah satu ke masalah lainnya yang sekadar hanya untuk kepentingan ini, itu, dan berkutat pada hal yang sama tujuannya, para aktor penyebar bau kentut itu, sejatinya tak beda dengan aktor tukang kentut profesional di manca negara.

Di sisi lain, sekarang lihat bagaimana perilaku dan sikap masyarakat? Sebab meneladani sikap para pemimpin yang terus rajin mencipta kisruh, masyarakat pun ikut-ikutan. Netizen Indonesia menjadi warganet terburuk di Asia Tenggara dalam hal sopan santun. Masyarakat juga tetap banyak yang abai dan antipati pada protokol kesehatan di tengah pandemi corona yang terus belum dapat dikendalikan.

Masyarakat juga semakin banyak bersikap tak ramah dalam kehidupan bermasyatakat hingga sampai terjadi dan berulang kasus rumah warga terisolir gara-gara akses ke luar masuk ke rumahnya ditutup tembok oleh tetangganya di berbagai tempat di Indonesia.

Namun, yang hingga kini masih sangat membikin resah adalah aktor-aktor tukang kentut yang terus menghembuskan polusi masalah dan masalah.

Tapi aktor penyebar bau kentut masalah di Indonesia bukan tukang kentut betulan, swdangkan aktor tukang kentut profesional di luar negeri memang memanfaatkan keahlian kentutnya secara profesional sebagai mata pencaharian nyata. Bukan menjadi tukang kentut masalah seperti di +62.

Tukang kentut profesional

Bagaimana bisa, ada orang yang menjadikan kentut sebagai pekerjaan profesional? Padahal kentut umumnya terjadi secara spontan. Namun, ternyata di dunia ini ada orang yang mampu mengendalikan kapan kentutnya bisa keluar dan kapan tidak. Dia adalah Paul Oldfield. 

Dikutip dari sebuah artikel di situs Wikipedia, dikisahkan bahwa Paul menemukan kemampuan itu secara tak sengaja di saat usianya masih 15 tahun. Saat itu pria yang dulunya seorang masinis ini sedang berlatih yoga. Dari situ ia belajar caranya menangkap udara lewat lubang duburnya kemudian menahan udara tersebut untuk kemudian dikeluarkan kapanpun ia mau.

Paul pun tampil di hadapan teman-temannya, dengan kentut sebanyak 20 kali dalam kurun 5 menit dan menjadikannya populer. Sebab, Paul berhasil menemukan cara agar kentut-kentut yang dikeluarkannya terdengar seperti musik. Bahkan ia mengklaim kemampuannya bermusik itu tidak akan membuat pendengarnya jijik, tetapi justru sebaliknya.

Bakat Paul ternyata telah terpublikasi sejak tahun 1991. Bahkan, Paul menyiapkan kostum khusus untuk keperluan penampilannya. Kostumnya mirip kostum superhero dengan warna dominan ungu dan hijau dan menasbihkan dirinya sebagai flatulist alias tukang kentut profesional dan berhenti dari pekerjaannya sebagai masinis. 

Apa yang dilakukan Paul, inspirasinya adalah Joseph Pujol atau yang lebih dikenal sebagai Le Petomane, tukang kentut profesional dari Prancis yang terkenal di tahun 1980-an.

Saat tampil dalam dua ajang pencarian bakat, yaitu Britain's Got Talent dan Das Supertalent di Jerman tahun 1990 demi orang melihat kentut sebagai karya seni,  sayang, baik juri maupun penonton memberikan respons negatif terhadap penampilannya. Tak berkecil hati, Paul pun membuat promosi melalui situs resmi sendiri yang bernama mrmethane.com. 

Malah Paul mengklaim sebagai satu-satunya tukang kentut profesional yang ada di dunia, di laman itu juga dicantumkan alamat Myspace, YouTube, Twitter dan Facebook miliknya, serta memperlihatkan sejumlah aksinya 'bermusik' dengan kentut. Salah satunya saat ia membawakan lagu Happy Birthday versi kentut dan penampilan live-nya yang lain. Paul pun hasilkan karya karyanya, mengeluarkan album berisi lagu-lagu yang dibawakannya lewat kentut. Beberapa di antaranya juga bisa dibeli lewat iTunes.

Kisah Paul yang profesional dengan kentutnya, sungguh berbanding terbalik dengan kentut-kentut masalah yang terus dihembuskan di bumi Pertiwi.

Bila kentut Paul yang jadi pekerjaan profesional, meski terkesan menjijikkan, namun sejatinya lebih menjijikkan kentut-kentut masalah yang terus membanjiri dan membikin Indonesia polusi kisruh dan perseteruan tak berujung yang sangat rentan mengancam disintegrasi bangsa.

Jadi, bila ada orang yang mau menjadikan kentut sebagai pekerjaan profesional dan menghasilkan uang banyak, mau pilih menjadi tukang kentut semacam Paul? Atau tukang kentut masalah di negeri ini?

Sepertinya, untuk menjadi tukang kentut seperti Paul, mustahil, ya? Mungkin tetap lebih mudah jadi tukang kentut masalah di +62 tapi tetap dapat bayaran. 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB