Siapa yang Disiplin, Konsisten, dan Tegas di +62?

Jumat, 26 Maret 2021 20:04 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam situasi pandemi corona misalnya, bagaimana sikap disiplin masyarakat dalam mentaati protokol kesehatan (prokes)? Lalu sejauh mana konsistensi menjaga tetap disiplin prokes? Bagaimana dengan sikap ketegasan aparat dan stakeholder terkait, hingga Presiden pun bilang PSBB ketat pun tak efektif? Bagaimana sikap masyarakat dalam disiplin, konsisten, dan tegas di jalan raya, tempat umum, sarana umum, transportasi umum, sekolah, kantor, lingkungan masyarakat, dan sektor-sektor formal lainnya? Di sektor formal dan resmi saja ketiga sikap tersebut terus tercecer.

Meneladani sikap disiplin, konsisten, dan tegas dari yang seharusnya menjadi panutan rakyat. Namun, ketiga sikap tersebut secara spirit, semangatnya, memang bisa diteladani rakyat. Meski apa yang dilakukan tak perlu dijadikan contoh.Karenanya, kekisruhan dan polemik di +62 yang terus dilakukan oleh partai politik yang dinakodai oleh para elite partainya baik yang duduk di parlemen dan pemerintahan maupun yang di luar lingkaran tersebut, hingga ada kisah berkelanjutan tentang oligarki, dinasti, yang memodali, sampai budaya korupsi, sejatinya tetap ada yang patut diteladani oleh rakyat.

Ternyata rakyat dapat meneladani perilaku mereka dari sudut spiritnya, seperti siksp  disiplin, konsisten, dan tegas.

Dari sudut disiplin, mereka sangat tertib dalam menjalankan semua agenda dan program, meski agenda dan programnya bertentangan serta tak amanah untuk rakyat dengan berbagai intrik, taktik, dan politik.

Berikutnya, mereka juga sangat konsisten dalam aksi sesuai program dan agendanya, sesuai skenario dan penutradaraan yang juga sangat kental dengan taktik, intrik, serta politik.

Selanjutnya, mereka juga memiliki sikap tegas. Siapa saja yang coba menghadang, menghalangi, merecoki, mencampuri urusan yang ada dalam skenarionya, tentu akan diberikan konsekuensi sesuai hal yang mengganggu langkah mereka.

Sehingga semua agenda dan program yang mereka lakukan dengan disiplin, konsisten, dan tegas, memang signifikan mendampak pada keuntungan kepentingan-kepentingan mereka.

Mereka tetap disiplin, konsisten, dan tegas demi kepentingan mereka, walau pun rakyat terus menjadi korban dan terus menderita dan selalu jadi alasan atas nama.

Maslahat dan mudarat

Untuk itu, mengapa mereka terus berhasil mencengkeram negeri ini, bak penjajah non kolonialisme, tidak lain karena sekurangnya ada tiga sikap tersebut, yaitu disiplin, konsisten, dan tegas.

Rakyat pun dapat mengambil spirit dari sikap disiplin, konsisten, dan tegas dari mereka, namun untuk kepentingan yang maslahat, sesuatu yang mendatangkan kebaikan (keselamatan dan sebagainya), faedah, dan guna.

Bukan sebaliknya mendatangkan mudarat, sesuatu yang tidak menguntungkan, tidak berhasil, gagal, merugikan, tidak berguna.

Sebab, sikap disiplin itu patuh pada tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dan sebagainya). Disiplin juga adanya ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya). Disiplin juga berarti bidang studi yang memiliki objek, sistem, dan metode tertentu, seperti disiplin ilmiah, yaitu cara pendekatan yang mengikuti ketentuan yang pasti dan konsisten untuk memperoleh pengertian dasar yang menjadi sasaran studi. Dispilin juga merupakan cabang ilmu.

Dalam konteks nasional, disiplin adalah
kondisi yang merupakan perwujudan sikap mental dan perilaku suatu bangsa ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan peraturan dan hukum yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sementara sikap konsisten adalah tetap (tidak berubah-ubah), taat asas,  ajek, selaras, dan sesuai.

Dan. tegas berarti jelas dan terang benar,  nyata, tentu dan pasti (tidak ragu-ragu lagi, tidak samar-samar).

Sesuai definisi KBBI tersebut, maka seharusnya, sikap disiplin, konsisten, dan tegas juga merasuk pada setiap individu rakyat kita.

Sayang, di berbagai lini kehidupan, sebab pendidikan di Indonesia juga terus terpuruk, maka bicara disiplin, rakyat kita masih banyak yang jauh dari harapan. Apalagi bicara konsistensi dan ketegasan.

Dalam situasi pandemi corona misalnya, bagaimana sikap disiplin masyarakat dalam mentaati protokol kesehatan (prokes)? Lalu sejauh mana konsistensi menjaga tetap disiplin prokes? Bagaimana dengan sikap ketegasan aparat dan stakeholder terkait, hingga Presiden pun bilang PSBB ketat pun tak efektif?

Bagaimana sikap masyarakat dalam disiplin, konsisten, dan tegas di jalan raya, tempat umum, sarana umum, transportasi umum, sekolah, kantor, lingkungan masyarakat, dan sektor-sektor formal lainnya? Di sektor formal dan resmi saja ketiga sikap tersebut terus tercecer.

Setali tiga uang, tengok ketiga sikap tersebut saat masyarakat berkegiatan di sektor nonformal. Di sektor formal saja masyarakat mengabaikan, apalagi di sektor nonformal.

Lalu  siapa sejatinya yang dapat membuat individu masyarakat sadar dan menyadari bahwa selama ini sikap disiplin, konsisten, dan ketegasannya sangat memprihatinkan?

Jawabnya, teladanilah spirit sikap displin, konsisten, dan tegas dari mereka yang selama ini terus menjadi berita di Indonesia dengan kisruh dan polemiknya, serta setiap individu masyarakat terus menempa diri dengan belajar, meneladani  sikap disiplin, konsisten, dan  tegas dari hal yang bukan mudarat, tapi maslahat. Lalu  tak bosan merefleksi diri.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler