x

Iklan

Mayra Bellacqua

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 Maret 2021

Senin, 29 Maret 2021 07:32 WIB

Sang Guru Wanita Pertama dalam Islam

Artikel ini termasuk tugas dari mata kuliah "Komunikasi Dakwah"

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Syifa Humairah*

 

“Terpancar dari kilauan cahaya hatimu

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menyentuh jiwa yang rindu

Melepas dahaga

Pencari ilmu

Mutiara ilmu warisan Nabimu

Kau reguk hingga lepas hayatmu”

 

Kiprahnya dalam dunia ilmu telah ia jalani sejak masa Jahiliyah. Ketika itu ia dikenal sebagai guru baca dan tulis di Makkah. Tidak hanya mahir dalam bidang menulis, ia juga menguasai bidang pengobatan maupun ruqyah. Nalurinya sebagai seorang pendidik tidak terhenti sampai disitu. Tatkala ketika cahaya iman menembus relung hatinya, ia berupaya meraih pahala dan ridha Allah subhanahu wata’ala dengan cara mengajarkan ilmunya, sehingga ia digelari sebagai “Guru wanita pertama dalam Islam”.

Ia masuk Islam sebelum hijrahnya Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dan beliau termasuk muhajirin angkatan pertama dan termasuk wanita yang berbaiat kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Dialah termasuk yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan dalam firman-Nya:

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ اِذَا جَاۤءَكَ الْمُؤْمِنٰتُ يُبَايِعْنَكَ عَلٰٓى اَنْ لَّا يُشْرِكْنَ بِاللّٰهِ شَيْـًٔا وَّلَا يَسْرِقْنَ وَلَا يَزْنِيْنَ وَلَا يَقْتُلْنَ اَوْلَادَهُنَّ وَلَا يَأْتِيْنَ بِبُهْتَانٍ يَّفْتَرِيْنَهٗ بَيْنَ اَيْدِيْهِنَّ وَاَرْجُلِهِنَّ وَلَا يَعْصِيْنَكَ فِيْ مَعْرُوْفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Wahai Nabi, apabila datang kepadamu wanita-wanita yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Qur’an Surat Al-Mumtahanah: 12]

Dia adalah Syifa’ binti Abdullah bin Abdu Syams bin Khalaf bin Sadad bin Abdullah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka’ab radhiyallahu ‘anha. Menurut para ahli, Syifa’ binti Abdullah radhiyallahu ‘anha memiliki nama asli yaitu Laila. Karena melalui perantaraan dirinya, Allah subhanahu wata’ala memberikan kesembuhan kepada beberapa orang yang diobatinya.

Syifa’ radhiyallahu ‘anha menikah dengan Abu Hatsman bin Hudzaifah bin ‘Adi radhiyallahu ‘anhu dan menjalani bahtera kehidupan bersamanya. Dari pasangan ini Allah mengaruniai mereka seorang anak yang bernama Sulaiman bin Abu Hatsmah.

Wanita yang cerdas ini memang patut mendapatkan kemuliaan, hatinya bak tanah yang subur dengan ilmu dan iman. Syifa’ radhiyallahu ‘anha, dialah sebagai pelepas dahaga bagi kaum wanita yang haus akan ilmu. Dia mengajarkan ilmu ruqyah kepada para muslimah setelah ia tunjukkan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Di antara wanita yang menjadi muridnya adalah Hafshah binti Umar ibnu Khattab radhiyallahu ‘anhuma, istri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan Nabi sendiri yang meminta kepada Syifa’ radhiyallahu ‘anha untuk mengajarkan Hafshah Ummul Mu’minin radhiyallahu ‘anha.

Telah diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam meminta kepada Syifa’ radhiyallahu ‘anha untuk mengajarkan kepada Hafshah radhiyallahu ‘anha tentang menulis dan sebagian ruqyah. Syifa’ radhiyallahu ‘anha berkata: “Suatu ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam masuk sedangkan saya berada di samping Hafshah Ummul Mu’minin radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mengapa tidak kau ajarkan kepadanya ruqyah sebagaimana engkau ajarkan kepadanya menulis?”[Hadits Riwayat Abu Daud].

Di antara doa yang dibaca ketika meruqyah adalah:

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِهُ وأَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا     

“Ya Allah Rabbnya manusia yang menghilangkan bahaya, sembuhkanlah Engkau adalah Penyembuh, tidak ada penyembuh kecuali Engkau, penyembuhan yang tidak meninggalkan sakit.” (Hadits Riwayat. Bukhari)

Sebagai seorang muslimah, ia pun mencintai Rasullullah shalallahu ‘alaihi wasallam seperti kaum muslimin dan muslimah lainya. Sikapnya terlihat dari semangatnya mempelajari hadits-hadits dalam perkara-perkara agama dan dunia. Dengan berbekal pengetahuan inilah ia mendakwahkan Islam dan memberi nasihat kepada masyarakat.

Selain itu, Syifa’ radhiyallahu ‘anha juga termasuk salah seorang perawi hadits. Dia meriwayatkan beberapa hadits dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, juga dari ‘Umar ibnu Khattab radhiyallahu ‘anhu, yang diambil periwayatanya oleh anaknya, cucunya, yaitu Ishaq radhiyallahu ‘anhu dan bekas budaknya, serta Hafshah binti ‘Umar ibnu Khattab Ummul Mu’minin radhiyallahu ‘anhuma, dan selain mereka. Demikianlah peranya dalam dakwah Islam dan semangatnya dalam menasehati masyarakat.

Syifa’ radhiyallahu ‘anha adalah wanita beruntung karena mendapatkan perlindungan dan perhatian yang banyak dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya berupa pemberian rumah khusus di Madinah yang berdekatan dengan para penderita penyakit gatal. Dia menempati rumah tersebut bersama anaknya, Sulaiman radhiyallahu ‘anhu.

Rasullullah shalallahu ‘alaihi wasallam biasa mengunjunginya dan berbincang denganya, sehingga ia termasuk shahabiyah yang mendapat pengajaran langsung dari beliau. Perhatian istimewa juga ia peroleh dari sahabat jalil (yang mulia) ‘Umar ibnu Khattab radhiyallahu ‘anhu, berupa permintaan dan pengutamaan pendapatnya, perlindungan dan pemuliaan. Terkadang ‘Umar radhiyallahu ‘anhu mewakilkan masalah jual beli kepadanya. Begitu pula sebaliknya, Syifa’ radhiyallahu ‘anha pun memuliakan dan menghormati ‘Umar radhiyallahu ‘anhu. Syifa’ radhiyallahu ‘anha memandangnya dan mengakui bahwa beliau adalah seorang muslim yang shadiq (jujur), memiliki suri teladan yang baik dalam keshalihan, ketakwaan, dan keadilan.

Ketika ia melihat pemuda-pemuda yang berjalan dan berbicara dengan lamban ditegurnya, dan mencontohkan kepribadian ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dengan mengatakan: “Demi Allah, ‘Umar itu bila berbicara, keras; bila berjalan, cepat; dan bila memukul, terasa sakit.”

Syifa’ radhiyallahu ‘anha menjalani sisa hidupnya sepeninggal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan tetap memperhatikan keadaan dan memuliakan kaum muslimin. Ia wafat pada tahun 20 hijriyah pada masa kekhalifahan ‘Umar ibnu Khattab radhiyallahu ‘anhu, setelah banyak pengabdianya demi kepentingan umat dan banyak mengajari musliman dalam membaca dan menulis.

Kawan, di era modern saat ini masih banyak yang bermalas-malasan dalam menuntut ilmu bahkan ada yang enggan untuk menerapkan dalam keseharianya, ia tak peduli dengan keadaan lingkungan sekitar, acuh dan cuek. Entah karena memang dia benar-benar ‘tak peduli atau mungkin dia belum memiliki keberanian untuk berbagi ilmu yang dia punya kepada sekitarnya. Nah dari sini kita dapat mencontoh dan menerapkan perangai shahabiyah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yaitu Syifa’ radhiyallahu ‘anha dalam semangatnya ketika menimba ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain yang haus akan ilmu.

Semoga Allah subhanahu wata’ala merahmati Syifa’ radhiyallahu ‘anha yang telah memberikan semua kebaikan yang ia miliki kepada umatnya berupa ilmu dan agama. Dialah contoh yang baik bagi muslimah, maka janganlah kalian –wahai muslimah— bakhil untuk mendermakan ilmu dan segala yang kalian miliki di jalan Allah, demi mendapatkan ridha-Nya. Wallahu a’lam.

 

Marja’

Majalah Islam Salafy, Edisi XXVIII/1419/1998, hal: 16

Totoharjo, 25 Maret 2021 pukul 14.29

*Mahasiswi Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Semester 4 STIBA Ar Raayah Sukabumi

Ikuti tulisan menarik Mayra Bellacqua lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler