x

who

Iklan

Redaksi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 21 April 2021 16:03 WIB

WHO Yakin Pandemi Teratasi dalam Hitungan Bulan; Tapi Ada Syaratnya

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berharap sumber daya pengendalian pandemi Covid-19, termasuk vaksin, terdistribusi secara merata dan memiliki kualitas yang terjaga. Jika itu dapat dilakukan, ia yakin, pandemi bisa dikendalikan dalam hitungan bulan ke depan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berharap sumber daya pengendalian pandemi Covid-19, termasuk vaksin, terdistribusi secara merata dan memiliki kualitas yang terjaga. Jika itu dapat dilakukan, ia yakin, pandemi bisa dikendalikan dalam hitungan bulan ke depan.

"Kita punya alat untuk membuat pandemi Covid-19 ini terkendali dalam hitungan bulan. Namun, kita harus menggunakannya secara konsisten dan adil," ujar Ghebreyesus, dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 20 April 2021, dan ditulis Tempo.co.

Namun, dia mengakui bahwa pertumbuhan kasus Covid-19 yang relatif tinggi belakangan ini adalah tantangan. Kasus positif itu terutama menimpa kelompok usia 25-59 tahun. Ghebreyesus menunjuk banyaknya varian baru Covid-19 sebagai penyebab lonjakan kasus itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satu vasian yang dianggap WHO berbahaya adalah varian India, B.1.617. Menurut keterangan WHO, varian B.1.617 dapat menyebabkan peningkatan penularan atau bahkan penurunan netralisasi akibat mutasi spesifik yang dimilikinya.

"Butuh sembilan bulan untuk mencapai 1 juta kematian. Selanjutnya 4 bulan untuk mencapai 2 juta kematian dan sekarang 3 bulan untuk mencapai satu juta kematian," ujar Ghebreyesus.

Kepala ahli epidemi WHO, Maria van Kerkhove, menyatakan tren pandemi saat ini menunjukkan peningkatan kasus pada kelompok usia yang sebelumnya kurang terdampak. Hal itu diyakini karena varian baru Covid-19 yang beragam.

Semua berharap apa yang terjadi di India itu tak meluas. Pemerintah Indonesia saat ini menerapkan strategi baru lewat pemberlakuan pembatasan kegiatan mikro (PPKM) dalam menangani pandemi Covid-19. Hal itu dilakukan setelah pendekatan makro seperti PSBB dinilai tidak mempunyai efek signifikan menekan angka Covid-19.

"Setelah beberapa bulan terakhir ini, pemerintah menggunakan strategi baru karena ternyata pendekatan-pendekatan makro itu tidak punya efek yang cukup signifikan sehingga sekarang menggunakan pendekatan mikro," kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, seperti ditulis Kompas.com, Selasa, 20/4.

Indonesia juga melakukan rekrutmen besar-besaran tenaga tracer, dan saat ini diperkirakan sudah ada sekitar 50-60 ribu orang. Tenaga tracer ini bertugas menelusuri orang-orang yang sudah terkena Covid-19. Tenaga itu terutama direkrut dari unsur-unsur personel TNI dan Polri. Mereka diberi latihan-latihan untuk menjadi tenaga tracer yang baik.  Selain itu peranan babinsa dan babinkamtibmas, tenaga puskesmas setempat, tenaga bidan, tenaga perawat, dan relawan juga dioptimalkan. "Semua dilatih untuk bisa menjadi tenaga tracer," ucap dia.


 

Ikuti tulisan menarik Redaksi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler