x

Game Online

Iklan

sapar doang

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 April 2020

Jumat, 30 April 2021 07:36 WIB

Mencari Keberkahan Ngabuburit

Perbedaan tradisi Ngabuburit antara dulu pada masyarakat pedesaan dan sekarang pada sebagian masyarakat perkotaan, sangat mencolok.Perbedaan nyata itu terletak pada nilai-nilai yang terkandung pada aktivitas Ngabuburit. Kalau dulu, tradisi Ngabuburit berisi nilai manfaat. Dalam hal ini, nilai manfaat pada proses selanjutnya menumbuhkan nilai yang lain, yaitu pendidikan. Misal seperti kualitas pendidikan yang dihasilkan pada aktivitas Ngabuburit dulu adalah menyehatkan dan menginspirasi. Bandingkan dengan sekarang, tradisi Ngabuburit benar-benar hanya menghabiskan waktu saja. Bahkan cenderung bernilai sia-sia. Salah-satu contohnya adalah jalan-jalan bergerombol mengendarai mobil atau motor, tidak ada nilai manfaat di situ malah justru tidak menyehatkan badan. Pertama, badan pengendara motor atau mobil kurang bergerak, cenderung membuat badan kaku. Kedua, hidung pengendara sering menghisap asap gas buang kendaraan bermotor.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 “Salah satu aktivitas yang familiar di bulan puasa sering kita dengar Ngabuburit, lazimnya, kegiatan ngabuburit dilakukan sore hari seraya menunggu waktu berbuka. Ngabuburit umum dipahami sebagai menghabiskan waktu senggang sembari menunggu berbuka puasa”

Oleh: SAPARUDDIN

KAHMI Kabupaten Pasaman

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ngabuburit adalah suatu istilah tradisi yang saat ini terkenal di Indonesia ketika  Ramadhan  tiba. Kepopuleran tradisi ini terutama berada di kota-kota besar. Media cetak dan elektronik sering memperkenalkan istilah ngabuburit ini sehingga menjadi populer di kalangan masyarakat. Pada proses selanjutnya, sebagian masyarakat perkotaan mau menerima arti ngabuburit sebagai aktivitas menghabiskan waktu sebelum jam berbuka puasa tiba.

Tujuan dari aktivitas ngabuburit tadi sudah jelas, yaitu menghabiskan waktu. Macam-macam cara untuk menghabiskan waktu sebelum maghrib tiba. Bagi sebagian masyarakat perkotaan, caranya ada yang berkunjung ke taman kota dan ruang terbuka hijau ada yang berkunjung ke mall, sekedar jalan-jalan dengan mengendarai mobil atau motor, ada yang hanya duduk di depan komputer untuk berinteraksi di dunia maya, serta tentu berbagai aktivitas lainnya.

Berbeda dengan kalangan masyarakat pedesaan sebelum era internet datang, mereka melakukan tradisi ngabuburit dengan cara ada yang mengaji bersama di surau (mesjid). Selain itu juga, ada yang memanen hasil perkebunan untuk menu buka puasa nanti, misal seperti memetik kelapa, mencabut singkong, mencari Rebung (tunas Bambu muda), dan lain-lain. Berkaitan juga dengan bekal menu buka puasa, aktivitas lainnya yang dilakukan sebagian masyarakat pedesaan dulu adalah memancing ikan di kolam. Masih banyak aktivitas lainnya seperti bersama keluarga berkumpul di halaman rumah untuk melakukan kegiatan membuat tikar atau karya lainnya.

Perbedaan tradisi ngabuburit antara dulu pada masyarakat pedesaan dan sekarang pada sebagian masyarakat perkotaan, sangat mencolok.Perbedaan nyata itu terletak pada nilai-nilai yang terkandung pada aktivitas ngabuburit. Kalau dulu, tradisi ngabuburit berisi nilai manfaat. Dalam hal ini, nilai manfaat pada proses selanjutnya menumbuhkan nilai yang lain, yaitu pendidikan. Misal seperti kualitas pendidikan yang dihasilkan pada aktivitas ngabuburit dulu adalah menyehatkan dan menginspirasi.

Bandingkan dengan sekarang, tradisi ngabuburit benar-benar hanya menghabiskan waktu saja. Bahkan cenderung bernilai sia-sia. Salah-satu contohnya adalah jalan-jalan bergerombol mengendarai mobil atau motor, tidak ada nilai manfaat di situ malah justru tidak menyehatkan badan. Pertama, badan pengendara motor atau mobil kurang bergerak, cenderung membuat badan kaku. Kedua, hidung pengendara sering menghisap asap gas buang kendaraan bermotor.

Begitu pula dengan aktivitas berinteraksi di dunia maya, badan pengguna komputer lagi-lagi kurang bergerak. Selain itu, berinternet dapat mendatangkan nilai kemudaratan kalau pengguna mencari segala informasi yang tidak mendidik atau hanya bergunjing belaka. Nilai pemborosan juga ada di aktivitas ini kalau uang yang digunakan untuk berinternet, sebenarnya lebih dibutuhkan untuk keperluan yang lain.

Berbicara nilai pemborosan, jalan-jalan ke mall menjelang buka puasa juga rentan terhadap menghambur-hamburkan uang.Bukankah lebih baik makan di rumah daripada sering berbuka puasa di foodcourt di dalam mall? Atau ketika berada di Mall, keinginan spontan muncul untuk berbelanja barang-barang yang sebenarnya tidak perlu. Misal seperti menuruti keinginan anak yang tiba-tiba meminta ini itu. Hal itu juga pemborosan.

Pendapat Agama

Agama sendiri memandang ngabuburit sebagai tradisi di luar Islam. Tradisi ini asli bersumber dari daerah-daerah di Indonesia. Sedangkan penamaannya berasal dari daerah Jawa Barat. Awal katanya adalah burit yang berarti sore hari atau di awal malam. Kemudian burit mendapat imbuhan ngabu (seperti mendapat imbuhan me-), sehingga berarti beraktivitas di sore hari. Pada proses selanjutnya istilah ngabuburit menjadi bukan hanya milik orang-orang Jawa Barat, tapi sudah menjadi kepunyaan umum serta terkait dengan bulan Ramadhan. Yakni, berkegiatan untuk menunggu waktu berbuka puasa.

Bagaimana pendapat agama mengenai tradisi ngabuburit? Islam memperbolehkan adanya suatu tradisi asalkan tradisi itu tidak berisi perbuatan yang dilarang Allah SWT. Selain itu, agama tidak memperbolehkan tradisi yang mengalahkan kegiatan ibadah wajib, tidak ada nilai manfaatnya (sia-sia), mendatangkan nilai mudarat atau maksiat, dan tidak berlebih-lebihan dalam melakukan kegiatan tradisi.

Jika orang yang menjalankan tradisi ngabuburit melanggar beberapa prinsip yang telah disebutkan di atas (perbuatan yang dilarang Allah SWT dan lain sebagainya), maka puasa orang yang melanggar tersebut menjadi sia-sia. Hal ini sesuai dengan penegasan Nabi Muhammad SAW bahwa ‘Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.’

Ada dua penegasan lagi dari Nabi mengenai sia-sianya orang berpuasa. Pertama, tentang orang yang berdusta di kala puasa, ‘Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan. Kedua, tentang orang yang bergunjing di kala puasa, ‘Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu (perkataan sia-sia) danrofats (perkataan porno). Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.’Ngabuburit yang tidak ada nilai manfaatnya tentu rentan dengan perbuatan bohong, perkataan sia-sia, berkata porno, dan berbuat usil.

Ikuti tulisan menarik sapar doang lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler