x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Kamis, 6 Mei 2021 06:03 WIB

Sepenggal Kisah Guru Buta Aksara di Kaki Gunung Salak jadi “Ramadan Heroes”

Hari gini masih ada kaum buta aksara? Inilah sepenggal kisah berantas buta aksara di Kaki Gunung Salak Bogor yang jadi "Ramadan Heroes" NET TV. Siapa guru buta aksaranya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tim Tonight Show NET TV datang dan melangkah ke Gerakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Untuk tayangan “Ramadan Heroes” tentang kisah orang-orang berbagi kebaikan kepada sesame. Pengambilan gambar dan kisah yang akan ditayangkan NET TV ini memberi pesan bahwa “selalu ada setitik cahaya di ujung terowongan gelap untuk kaum buta aksara bila mau tetap melangkah bersama-sama".

 

Kaum buta aksara nyata dan ada di era digital yang canggih ini. Mereka kian tidak diperhatikan. Bila tidak mau dibilang terpinggirkan. Tidak bisa membaca, tidak bisa menulis. Bahkan, mulut dan lidahnya sulit menyebut huruf. Tangannya pun kaku diajak menulis. Maka di situ, butuh keberanian guru dan warga belajar uta aksara untuk tidak merasa takut untuk tetap melangkah ke depan. Memberantas buta aksara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Sebut saja Abu Arniati, salah satu ibu yang berada di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor, di Kaki Gn. Salak yang hanya 70 km dari Jakarta. Dia buta huruf, tentu bukan karena tidak punya kesadaran belajar. Tapi akibat budaya dan lingkungan yang membesarkannya saat dulu. Tidak punya akses untuk diajar membaca dan menulis. Tidak bisa menulis nama sendiri, tidak bisa tanda tangan. Bahkan menariknya, dia tidak tahu kapan tanggal lahirnya? Namun punya KTP yang ber-tanggal lahir. Siapa yang membuatnya?

 

Ibu Arniati adalah salah satu warga belajar yang kini tergabung dalam GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBER BURA) Lentera Pustaka. Satu dari 10 ibu-ibu buta aksara yang jadi warga belajar gerakan sosial untuk memberantas buta huruf yang dipelopori oleh Syarifudin Yunus, dosen Universitas Indraprasta PGRI Jakarta dan Pendiri TBM Lentera Pustaka. Syarif, begitiu panggilannya, sekalipun tinggal di Jakarta namun setiap minggu datang untuk mengajar kaum buta aksara. Motivasinya hanya satu, ingin membantu kaum buta aksara untuk melek huruf, bisa membaca dan menulis. Dan setelah berjalan 3 tahun, kini kaum buta aksara pun sudah bisa membaca walau masih mengeja dan mampu menulis kalimat sederhana.

 

"Saya terpanggil untuk membuktikan kepedulian secara nyata untuk membebaskan kaum buta huruf di kampung kecil di kaki Gunung Salak Bogor ini. Mereka tidak ada yang mengajar, maka saya turun langsung untuk membantunya. Karena kepedulian harus diikuti aksi nyata. Untuk membebaskan mereka dari belenggu buta huruf, apalagi di zaman digital dan canggih seperti sekarang. Agar mereka lebih bermartabat dan berdaya di mata anak-anaknya" ujar Syarif.

 

Memang tidak mudah, mengajar baca-tulis kaum buta aksara. Mereka tidak punay rapir, tidak ada kenaikan kelas. Harus ada trik dan cara khusus mengajar mereka. Karena mereka rentan untuk "tidak datang lagi" dan berhenti belajar baca-tulis. Seorang guru buta aksaram hanya berdoa untuk dipinjamkan sedikit kekuatan untuk terus melangkah. Punya komitmen dan istiqomah yang sepenuh hati.

 

Hingga Tonight Show NET TV pun hadir dan melangkah ke kaki Gunung Salak. Melihat langsung dan memberi apresiasi atas praktik baik yang ada di GEBERBURA TBM Lentera Pustaka. Agar semangat belajar warga belajar buat aksara tetap berkobar, si guru buta aksara pun tetap konsisten.

 

Saksikan kisah “guru buta aksara” di kaki Gunung Salak di Tonight Show Ramadan NET TV malam ini, Rabu 5 Mei 2021 pukul 21.30 WIB. Salam literasi #GeberBura #TBMLenteraPustaka #BerantasButaAksara #GuruButaAksara #TonightShow #NetTV

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB