x

Iklan

Puji Handoko

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 November 2020

Sabtu, 8 Mei 2021 07:40 WIB

Melangkah Bersama Menuju Masa Depan dengan Energi yang Ramah Lingkungan

Penggunaan kendaraan listrik dan kompor induksi merupakan salah satu contoh perubahan paradigma yang harus dimotori oleh masayarakat. Sebab jika masyarakat sebagai konsumen menghendaki adanya perubahan gaya hidup dan pola pemakaian energi, maka dengan sendirinya pihak-pihak terkait harus menurutinya. Namun untuk mewujudkan kesadaran kolektif semacam ini memang tidak mudah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Target untuk meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 memanglah berat. Menimbang masih banyaknya sumber energi yang bertumpu pada fosil. Apalagi masyarakat secara umum masih nyaman dengan penggunaan energi fosil. Mereka merasa berat untuk mengubah kebiasaan itu. Namun upaya itu harus dilakukan demi masa depan keenergian yang lebih ramah lingkungan.

PLN sebagai salah satu ujung tombak perusahaan energi di Indonesia telah melakukan berbagai upaya agar target bauran EBT itu tercapai. Misalnya, PLN akan menghadirkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Hybrid berkapasitas 1,3 Mega Watt peak (MWp) di Desa Parak, Kecamatan Bontomanai, Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Pembangkit itu diupayakan beroperasi pada Desember 2021, PLTS ini memiliki nilai investasi sebesar Rp39 miliar.

Kehadiran PLTS Hybrid ini menjadi wujud komitmen PLN dalam menghadirkan energi yang ramah lingkungan, khususnya di wilayah Sulselrabar. Sebelumnya, telah ramai tersiar, PLN juga sedang membangun PLTS terapung terbesar di Asean yang terletak di bendungan Cirata Purwakarta berkapasitas 145 MWp. Juga PLTS-PLTS lain yang telah dibangun sebelumnya. Hal itu menunjukkan komitmen PLN untuk menggenjot bauran EBT secara signifikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"PLN akan terus bergerak maju dengan melakukan transformasi guna menyiapkan kebutuhan listrik masa depan. Melalui Transformasi 'Power Beyond Generations', PLN berupaya menambah pembangkit yang ada di wilayah Sulselrabar, dengan penggunaan green energy, seperti penggunaan pembangkit melalui angin, air dan sinar matahari," ujar General Manager PLN Unit Induk Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (PLN UIW Sulselrabar), Awaluddin Hafid.

Hingga kini, sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan juga banyak dipasok oleh pembangkit yang berasal dari EBT, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso berkapasitas 315 MW, PLTA Bakaru berkapasitas 126 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap berkapasitas 60 MW, PLTB Tolo berkapasitas 70 MW.

Adapun bauran energi baru terbarukan di sistem kelistrikan Sulbagsel sebesar 29,8 persen dengan total kapasitas sebesar 861,42 MW. Dalam waktu dekat, PLTA Malea ditargetkan juga akan beroperasi sehingga kembali menambah bauran EBT pada sistem kelistrikan Sulbagsel.

Di sisi lain, hadirnya PLTS Hybrid turut meningkatkan keandalan pasokan listrik dan perbaikan tegangan pelayanan pada pelanggan eksisting yang berada di sekitar lokasi tersebut. Selain itu, pembangkit ini dapat menjadi pasokan tambahan untuk melayani 27.892 pelanggan di Kabupaten Selayar.

"Dengan adanya PLTS Hybrid, diharapkan dapat mendatangkan manfaat besar untuk lingkungan dan perekomomian masyarakat sekitar sekaligus mendorong para investor untuk dapat berinvestasi dalam pengembangan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi baru terbarukan," ujar Awaluddin.

Ini memang merupakan bagian dari langkah panjang untuk menggeser kebiasaan lama dalam menggunakan energi fosil. Seiring dengan terbitnya kesadaran masayarakat global untuk membuat langkah nyata guna mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim. Perubahan mendasar tentu tidak bisa diwujudkan oleh pemerintah atau PLN saja, namun juga harus disertai kemauan masyarakat Indonesia untuk berubah.

Penggunaan kendaraan listrik dan kompor induksi merupakan salah satu contoh perubahan paradigma yang harus dimotori oleh masayarakat. Sebab jika masyarakat sebagai konsumen menghendaki adanya perubahan gaya hidup dan pola pemakaian energi, maka dengan sendirinya pihak-pihak terkait harus menurutinya. Namun untuk mewujudkan kesadaran kolektif semacam ini memang tidak mudah.

Sekali lagi, poros utama untuk menggerakkan masyarakat agar berubah itu tidak lain juga harus dimulai dari keseriusan pemerintah dan komitmen dari perusahaan energi negara, untuk segera mempersiapkan proses peralihan. Jika kedua pihak bersinergi dan melangkah seirama, maka masa depan EBT Indonesia akan semakin menjanjikan. Kita akan menjadi bagian dari negara-negara maju yang beradab dan memiliki cita-cita luhur untuk merawat planet bumi sebagai satu-satunya rumah yang bisa kita huni.

 

Ikuti tulisan menarik Puji Handoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler