x

Iklan

Muhammad Prasetyo Lanang

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2020

Minggu, 9 Mei 2021 07:14 WIB

Korban Gempa di Malang Memilih Tinggal di Kandang Kambing

Korban Gempa Di Desa Jogomulyan Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang Memilih Tinggal di Kandang Kambing Nyaris Kehilangan Cucu, Berharap Aliran Bantuan, Rumah hancur, tinggal di kandang kambing untuk jaga barang

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tiga hari sebelum bulan suci Ramadan tiba, masyarakat Kabupaten Malang khususnya harus merasakan petaka. Gempa 6,1 magnitudo mengguncang dan meluluhlantakkan ribuan rumah warga di 32 kecamatan. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya menjalankan ibadah dengan khusyuk, saat ini warga korban terdampak gempa harus meratapi kemalangan rumahnya rusak tak sedikit yang tak bisa ditempati. Tragedi pilu ini membuat warga harus mencari tempat berteduh, tidur, dan memasak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Iswahyudi salah-satuya, pria 58 tahun itu rumahnya saat ini hanya tersisa-puing puing yang setiap harinya ia bersama sang isteri mengais batu bata dan material yang sekiranya masih dapat digunakan kembali. Ia memilih untuk tinggal di kandang kambing berukuran 1,5×2,5 meter milik tetangganya. Meski bau kotoran kambing kadang mengganggu kenyamannanya. Ia seorang diri meninggali 'kamar darurat' miliknya itu. Sementara sang anak bungsunya bernama Yogi tinggal di bawah tenda terpal disamping kandang kambingnya bersama barang perabot rumahnya yang masih dapat diselamatkan. Sementara sang isteri, anak dan dua cucunya tinggal di tenda pengungsian yang dibangun oleh BPDB Kabulaten Malang.

Iswahyudi mengaku memilih tinggal di kandang kambing mengingat ia ingin menjaga barang harta benda yang ia miliki dan masih tersisa. Tampak dari luar beberapa pakaian diletakkan di gantungan dalam kandang kambing uang ia tinggali. Kandang itu terletak disangga kaki kayu setinggi 50 sentimeter. Dibelakang temoat ia tidur, terdapat tiga kambing milik tetangganya. Semula sebelum ia seorang, dirinya dsn keluarga juga mencari tempat berlindung sementara sambil menunggu bantuan datang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Sejak gempa itu saya tinggal di kandang, karena tenda terpal aja nggak ada awalnya," kata Iswahyudi. Ia rela berbagi tidur dengan kambing lantaran ia masih berupaya menjaga sisa harta benda miliknya.

Mengenang kejadian gempa yang merenggut rumahnya itu ia bercerita, saat guncangan terjadi dirinya sedang berada di ladang bekerja sebagai buruh tani. Kaget lantaran ada getaran, ia heran dan lari menuju rumahnya, tak ayal ia sontak terkejut dengan rumah yang ia diami perlahan ambruk. Saat itu, hanya dua cucunya Tasya, 8 tahun dan Rere, 4 tahun yang sedang berada di rumah. Sementara sang isteri Suwarni 47 tahun, sedang mencari daun singkong yang biasa dijual ke pasar.

Lantaran ingat dengan sang cucu ia khawatir, dan memanggil-manggil ke rumah, Tasya sang kakak mendapati adiknya tidur pulas langsung membangunkan saat terjadi guncangan dan keduanya berupaya lari keluar namun saat menuju pintu keluar, dinding depan rumahnya ambruk ke dalam. Rere yang berada di depan nyaris tertimpa dinding, namun sang kakak sontak menarik kuat kuat tubuh adiknya ke belakang sehingga tak tertimpa runtuhan.

Keduanya berhasil keluar usai melewati celah rumah usai pintu depan ambruk dan mendapat pertolongan dari tetangganya. Rumahnya yang berada di atas petak seluas 5x9 meter itu rusak berat. "Kalau lari ke belakang nggak tau nasibnya, apa lagi nggak ada kakaknya yang narik, untungnya masih selamat," tuturnya.

Usai kejadian dua hari berselang tak kunjung datang bantuan, akhirnya kelompok relawan memberikan makan untuk keluarganya. Hingga saat ini banguan terus mengalir, baik kebutuhan pokok mauoun selimut dan terpal. ia bersyukur dapat memasak makanan dan terkadang mendapat kiriman makanan dari dapur umum. Ia dan isteri hanya mengandalkan bantuan yang datang saat ini.

Ia sering melamun meratapi apa yang telah terjadi. Tak tersisa kecuali beberapa perabot selerti kursi tamu, almari, kasur dan sebagainya. Beruntung dokumen penting dapat diselamatkan usai ditemukan.

Pria tiga anak ini mengaku pasrah, sekaligus bersyukur saat kabar baik pembangunan rumah semi permanen akan dioeruntukkan bagi korban gempa di desanya Jogomulyan. Cucunya diketahui sempat alami trauma dan sering menangis di malam hari saat mengingat gemla yang hampir menghilangkan nyawanya itu.

"Saya pasrah, asalkan bisa berteduh seandainya ada rejeki mungkin diperbaiki, tapi nggak mungkin, karena saya nggak punya apa-apa, belum tentu tiap harinya dapat uang," tuturnya sembari pecah tangis dimatanya.

Saat ini sehari-hari ia masih mengais bekas bangunan rumahnya seperti bata merah utuh. Ia belum bisa bekerja seperti sebelumnya lantaran masih harus membersihkan puing bangunan serta pekerjaan sebagai buruh tani yang tak selalu dijumpai dan ada yang hendak memakai jasanya. Ia bersyukur masih dapat menjalani hidup dengan mengharap bantuan selagi berupaya untuk bekerja kembali maupun membuka usaha.

"Mudah-mudahan wakil daerah dan pusat bisa membantu, meringankan beban saya," tuturnya. 

Ikuti tulisan menarik Muhammad Prasetyo Lanang lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu