x

Hati Bersih

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 14 Mei 2021 05:35 WIB

Jadikan Setiap Hari Adalah Idul Fitri, Jadi Pengendali Hati yang Bersih

Perbuatan benar dan baik, selalu datang dari hati yang bersih dan otak yang cerdas. (Supartono JW. ditulis ulang 13052021)

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perbuatan benar dan baik, selalu datang dari hati yang bersih dan otak yang cerdas. (Supartono JW. ditulis ulang 13052021)

Banyak beribadah dan beramal, tidak menjamin menjadi ahli surga, bila hatinya kotor. Itulah satu pesan singkat yang disampaikan khatib di mimbar Salat Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah di lingkungan saya tinggal yang diselenggarakan dengan protokol Covid-19 ketat.

Saat mendengar pesan singkat dalam khutbah, rasanya hal itu selama puluhan tahun sangat merasuk mendarah daging dalam pikiran dan hati saya. Sebab, bicara tentang hati yang kotor, sudah saya abadikan dalam quote yang saya tulis di tahun 2000an. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hari ini, 13 Mei 2021 adalah perayaan Hari Raya Idul Fitri yang ke-76 bagi umat Islam di seluruh Indonesia sejak Indonesia merdeka. Perayaan Hari Raya Idul Fitri perdana di Indonesia pasca kemerdekaan adalah pada tahun 1366 Hijriah. Dan, di perayaan yang ke-76 ini, ternyata menggema kembali pesan tentang hati manusia, percuma banyak ibadah dan beramal bila hatinya kotor.

Sifat akhlakul karimah

Allah membimbing manusia dengan mewajibkan beribadah kepada-Nya agar rohani manusia selalu bersih dan bening. Bila rohani bersih dan bening, maka jasmani manusia akan dapat terkendali. Lalu, di mana tempat bersemayamnya rohani manusia? Adalah hati menjadi tempatnya. 

Karenanya, kebersihan hati, menentukan buruk-baiknya seseorang. Dalam Alquran surat al-Hajj ayat 46, Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.

Buta hati disepadankan dengan hati yang kotor, hati tanpa nurani. Apabila dalam diri manusia hatinyq bersih, maka akan lahir akhlak yang terpuji. Bila sebaliknya, maka akhlak tak terpuji.

Dari hati yang bersih, akhlak terpuji, akan melahirkan watak terpuji, seperti keikhlasan, kejujuran, kesederhanaan, simpati, empati, peduli, tahu diri, rendah hati, besar hati. Selain itu, watak terpuji (sifat akhlakul karimah) juga memiliki sifat optimis, ikhlas, sabar, menepati janji, pemaaf, jujur, amanah, hemat, dan lemah lembut, serta assyaja'ah (berani menegakkan kebenaran).

Sedangkan hati kotor, tak suci tanpa nurani akan melahirkan watak tak terpuji yang sifatnya kebalikan dari sifat watak terpuji. Bila hati kita bersih, maka akan mampu mengontrol dan dapat mengoreksi  diri, serta mengendalikan diri. 

Quote tentang perbuatan benar dan baik, selalu datang dari hati yang bersih dan otak yang cerdas sudah saya tulis di tahun 2000an. Saat saya menulisnya, itu  adalah hasil endapan di hati dan pikiran saya tentang potret kehidupan khususnya manusia Indonesia mulai dari rakyat jelata hingga para pemimpin bangsa.

Quote tersebut sesuai identifikasi masalah dan analisisnya, mustahil dapat dibantah atau diperdebatkan kebenarannya. Sebab, perbuatan yang benar dan baik, pasti datang dari hati yang bersih dan otak yang cerdas.

Namun, dalam potret kehidupan yang nyata, juga dapat dibaca, perbuatan yang benar dan baik juga banyak yang datang dari otak yang cerdas, tapi bersumber dari hati yang kotor, hati yang jahat.

Percuma berilmu tinggi, tapi ilmunya digunakan untuk hal yang buruk dan jahat. Percuma berpangkat jabatan tinggi, menjadi pemimpin, bila tak hatinya kotor dan tak amanah.

Atas itu semua, maka di hari yang fitri ini pun, seluruh rakyat Indonesia dapat merefleksi tentang siapa dirinya, keluarganya, saudaranya, tetangganya, temannya, sahabatnya, rekannya, hingga siapa para orang kaya, siapa para elite partai, dan siapa para pemimpin negeri, hingga siapa para pengikut dan penjilat di negeri ini.

Siapa yang hatimya bersih, siapa yang hatinya kotor, dan mengapa ada yang hatinya terus bersih, pun ada yang hatinya terus kotor.

Andai saja Hari Raya Idul Fitri itu setiap hari, mustahilkah semua manusia hatinya bersih? Sebab Hari Raya Idul Fitri datangnya setiap tahun sekali, maka agar kita dapat mengontrol dan mengendalikan diri agar hati kita tak kotor, maka tancapkan dalam diri dan jadikan Idul Fitri itu setiap hari. Maka, hati kita akan selalu suci, fitrah setiap hari, setiap waktu.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler