x

Iklan

Mizan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Oktober 2019

Selasa, 18 Mei 2021 13:24 WIB

Liberalisasi Negeri Islam Berkedok Modernisasi

Semenjak menormalisasi hubungannya dengan Israel, kehidupan. UEA menjadi liberal. Ini yang menurutnya merupakan reformasi syariat Islam yang progresif dan moderen.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Liberalisasi Negeri Islam Berkedok Modernisasi

Oleh Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP)

Amerika Serikat sangat berkepentingan untuk menjadikan dunia Islam bisa ramah dengan national interestnya. Israel dicangkokkan di jantung dunia Islam. Ibarat penyakit, Israel dipeliharanya guna menghadang kebangkitan dunia Islam. Oleh karena itu kebijakan AS di era Biden di Timur Tengah menggunakan pendekatan keamanan dengan kompensasi penegakkan HAM.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keberadaan Israel di dunia Islam harus dibarengi dengan adanya jaminan keamanan. Negeri-negeri Islam tidak mengusik Israel. Langkah penting yang ditempuh adalah menormalisasi hubungan dunia Islam dengan Israel.

Langkah ini sudah dimulai pada era Trump. Sedangkan Joe Biden hanya melanjutkan. Di titik ini antara Biden dan Trump terdapat kesepahaman.

UEA pertama kali yang melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Alibi yang dipakai di antaranya perlu ada reformasi formalisasi syariah Islam yang lebih progresif. Maksudnya, pola pikir konservatif yang mendudukkan Israel ataupun AS sebagai musuh muhariban fi'lan harus diupayakan pembaruan. Dengan begitu Islam yang progresif berkemajuan sesuai perkembangan jaman bisa dinikmati menghasilkan pola-pola sosial yang moderen.

Maka tidak mengherankan bila keadaan UEA pasca normalisasi betul-betul liberal. Hubungan diplomatik dengan Israel dibuka. Hal ini ditandai dengan adanya kedutaan Israel di UEA dan begitu pula sebaliknya.

Tidak hanya berhenti di sini, bahkan orang-orang Israel bisa melakukan perjalanan bebas visa masuk wilayah UEA. Di momen tahun baru saja, ada sekitar 8000 imigran Israel di UEA. Jangan ditanya soal ada atau tidaknya alkohol, ganja dan mariyuana. Di kalangan orang-orang Israel, Dubai dikenal sebagai Las Vegas-nya Timur Tengah. Artinya Dubai telah menyediakan hiburan seksual terbesar yang pernah ada di dunia Islam. Bagi para pelaku bisnis esek-esek, Dubai ibarat rumah bordil terbesar. Pelacur dari berbagai negara disediakan, termasuk layanan seksual di mobil.

UEA sendiri mengakui bahwa di era pandemi tahun 2020, ekonominya sempat mengalami kontraksi. Harga minyak mentahnya turun drastis. Maka UEA melonggarkan beberapa aturannya. Dalam tajuk word expo, ditargetkan sekitar 25 juta pengunjung ke Dubai. Semuanya dilakukan guna menarik investasi sebesar-besarnya.

Aturan kohabotasi (hidup bersama dengan lawan jenis tanpa ikatan pernikahan) diperbolehkan bagi warga ekspatriat. Ekspatriat adalah sebutan bagi warga asing di UEA. Rata-rata mereka bisa menghabiskan 1800 hingga 2000 dirham saat pulang dari Dubai. Termasuk pula kelonggaran aturan pemakaian alkohol dan narkoba. Hanya yang berumur di bawah 21 tahun akan diberi sangsi bila ketahuan menggunakan alkohol dan narkoba. Begitu pula bagi yang belanja alkohol dan narkoba bagi pengguna berumur di bawah 21 tahun.

Sebagai negara teluk kaya minyak, UEA menjadi pemasok utama minyak mentah ke Israel. Demikianlah hasil normalisasi hubungan UEA dengan Israel. Dan demikian juga yang akan dipetik hasilnya oleh negeri-negeri Islam lainnya yang berniat menormalisasi hubungannya dengan Israel. Ya tentunya dengan skala dan kondisi sosial yang berbeda. Akan tetapi satu hal yang harus digaris-bawahi adalah hasil normalisasi tersebut berupa liberalisasi negeri-negeri Islam.

Oleh karena itu, dalam rangka menghadapi strategi normalisasi dengan Israel tersebut, diperlukan sikap konsisten yang harus dimiliki oleh negeri-negeri Islam. Memposisikan Israel termasuk AS harus sesuai dengan garis-garis yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Bahwa tidak ada hubungan diplomatik, ekonomi dan perdagangan serta yang lainnya dengan negara yang memerangi kaum muslimin.

Islam telah menetapkan hubungan kaum muslimin dengan negara-negara yang memerangi Islam adalah berupa hubungan perang. Tidak ada lagi perdamaian perdamaian semu yang sejatinya mereka menari-nari di atas penderitaan dan kekalahan telak kaum muslimin, baik secara militer, politik, ekonomi dan sosial budaya. Dengan begitu negeri-negeri Islam bisa independen dalam bersikap. Bersikap sesuai tuntutan agamanya.

Di samping itu, kaum muslimin termasuk para penguasa dunia Islam memiliki kesadaran politik yang mumpuni akan track recordnya AS. AS sejak awal adalah negara yang berideologi Kapitalisme. Bergilirnya presiden di AS hanyalah asam garamnya rasa Kapitalisme. Dengan kesadaran demikian, kaum muslimin akan segera bergerak untuk menggalang kekuatan bersama dalam ikatan ukhuwah Islamiyyah. Syariat Islam dilaksanakannya dengan teguh dan konsisten. Saat demikianlah AS dengan ideologinya harus menghadapi tandingan dalam skala global yang akan mampu menggeser kepemimpinannya di dunia. Kepemimpinan Islam akan menggantikan kepemimpinan rusak Kapitalisme, termasuk menghapus liberalisasi kehidupan dengan penerapan Islam secara paripurna.

#17 Mei 2021

Ikuti tulisan menarik Mizan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

2 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB