Lunpia Cik Me Me, Sejarah hingga Otentisitas Rasa

Minggu, 23 Mei 2021 06:02 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Meski lidah terkadang bisa saja berdusta tapi untuk kelezatan cita rasa sudah pasti yang namanya lidah tidak akan pernah dusta”

Sesuai sejarahnya, lunpia Semarang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Nasional Tak Benda. Jenis panganan ini dipelopori oleh pasangan suami istri Tjoa Thay Joe dan Mbok Wasi sejak tahun 1870. Dalam perjalannnya yang begitu panjang kini sang maestro Chef Tan Yok Tjay keturunan asli sang pelopor dari generasi ke-2 lunpia Mataram dan generasi ke-4 lunpia Semarang telah berkolaborasi dengan Cik Me Me, putrinya untuk menghidangkan kesempurnaan cita rasa lunpia asli Semarang yang tiada tandingannya.

Cik Me Me atau Meliani Sugiarto merupakan generasi ke-3 lunpia Mataram dan generasi ke-5 lunpia Semarang yang tidak pernah berpangku tangan demi meningkatkan daya saing jajanan kuliner tradisi budaya anak bangsa khususnya Lunpia Semarang. Lunpia Cik Me Me terletak di Jalan Gajahmada 107, Semarang merupakan toko Lunpia yang dibuka sejak 2014 yang meneruskan resep tradisi keluarga.

Lunpia atau spring rolls merupakan makanan yang dilapisi adonan tepung tipis yang didalamnya berisi rebung, telur, udang atau daging ayam yang kemudian dilipat dan digulung. Lunpia sendiri tidak hanya ditemukan di Semarang tapi di beberapa negara lain di Asia seperti Tiongkok. Sebab, asal dari Lunpia itu sendiri berasal dari Tiongkok yang aslinya “loen bing” kemudian menjadi resep keluarga secara turun temurun sehingga terciptalah Lunpia Semarang.

Diciptakan pertama kali oleh pasangan Tjoa Thay Joe dan Wasi pada tahun 1870. Pasangan keturunan Tionghoa dan pribumi ini meracik lunpia dengan perpaduan rasa Tiongkok dan Jawa. Lunpia Semarang berisi irisan rebung atau tunas bambu muda. Selain rebung juga dikombinasikan dengan daging ayam, udang, telur, bawang putih, kecap asin, dan kecap manis. Sedangkan adonan kulitnya dibuat dari tepung terigu dan air yang dicetak bundar tipis.

Lembaran kulit ini kemudian diisi oleh isian lunpia tadi yang kemudian dilipat dan digulung menjadi berbentuk silindris. Lunpia biasanya disajikan dengan pelengakpnya berupa saus, adonan tepung kanji, gula merah, dan bawang yang kental, lengket, dan manis. Tidak lupa juga ada acar, daun bawang, dan cabai rawit. Lunpia itu sendiri ada dua jenis yaitu digoreng atau dimakan segar.

Orang-orang yang mengunjungi LCM

Cara menikmati lunpia adalah dengan cara dicocol dengan saus racikan khusus yang kental tadi kemudian disuap dengan acar, kemudian cabai rawit dan terakhir daun bawang. Cara makan daung bawang tersebut dimulai dari  bonggolnya terlebih dulu lalu sampai ke ujung daun bawang. Inilah cara memakan Lunpia autentik ala Semarang.

Lunpia memang bisa ditemukan dimana-mana, tetapi rasa dari Lunpia Semarang berbeda dengan lunpia lainnya. Rasa istimewa khas Lunpia Semarang memadukan rasa gurih, asin, dan manis. Meskipun, menurut saya rasa manisnya lebih mendominasi karena komposisi rebungnya yang paling banyak dibandingkan bahan lain. Saya memesan dua jenis lunpia original goreng dan basah. Untuk lunpia goreng rasanya renyah karena kulit tepungnya dan manis. Untuk lunpia goreng sendiri aroma rebungnya tidak terlalu tercium sedangkan lunpia basah aroma rebungnya cukup tercium. Meskipun demikian, rasanya tidak berbeda juh.

Tekstur lunpia basah sendiri lembek dan lembut sehingga lebih mudah dikunyah. Lunpia ini akan lebih nikmat jika disajikan hangat. Sayangnya, saat saya membeli di toko secara langsung rasa lunpia tersebut menjadi berkurang karena sudah dingin.

Kebetulan, saya pernah menemukan makanan serupa lunpia di negara lain yaitu Vietnam dan Laos. Kedua negara ini juga memiliki lunpia versinya sendiri. Pada dasarnya lunpia dari Laos sendiri mereplikasi dari Lunpia Vietnam karena lokasi negaranya yang berdekatan. Isi dari Lunpia Laos dan Vietnam itu sendiri adalah Ini adalah bahan segar seperti bihun, nasi, bumbu segar, dan daging pilihan (udang). Semuanya dibungkus rapat dengan kertas nasi tipis.

Kemudian, saus sambal yang dipadukan dengan kacang membuat hidangan ini semakin spesial. Selain lumpia segar atau Yall Dib, Laos juga memiliki spring rolls musim panas yaitu Cheun Yaw atau Cha Gio yang dilengkapi dengan daging dan sayuran yang digulung dengan kertas beras dan digoreng hingga garing. Sedangkan untuk rasa sausnya sendiri lebih ke asam dibandingkan gurih serta ada rasa pedas sedikit. Mirip seperti di Semarang, di Laos dan Vietnam juga ada lunpia basah dan goreng.

Kesuksesan Lunpia Cik Me Me

Saat ini Lunpia Cik Me Me telah berkembang dengan banyak rasa selain original seperti lunpia kepiting, ikan kakap, kambing jantan muda, dan jamur nusantara. Selain itu Cik Me Me juga menyajikan fenomena baru dengan menghadirkan “keripik lunpia” yang diolah dan diracik dari bahan baku lunpia Semarang, spesial hanya diproduksi lunpia Semarang.

Merupakan resep keluarga yang dilestarikan turun temurun, maka lunpia Cik Me Me ini juga memiliki kekerabatan dengan lunpia Gang Lombok yang lebih dulu berdiri pada 1960, kemudian lunpia Pemuda, lunpia Mataram, dan yang terbaru lunpia Cik Me Me. Masing-masing dari warung lunpia ini memiliki cita rasa khas tersendiri yang sedikit dimodifikasi oleh pemiliknya. Meskipun demikian, wisatawan yang berkunjung ke Semarang tidak boleh melewatkan untuk makan lunpia karena rasa lunpia Semarang yang benar-benar otentik dan tidak dapat ditemukan di tempat lain.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
ivana chrisnaulie

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Travel

Lihat semua