Saya minta, pembaca jangan punya interpretasi negarif dengan judul diatas. Kalimat itu betul betul pertanyaan yang saya sendiri bingung memberi jawaban yang pas. Sebuah jawaban yang bisa dicerna dan dimengerti si penanya. Pertanyaan itu dilontarkan bertepatan dengan Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni lalu.
Kejadiannya begini.
Hari itu saya nengok cucu, rumahnya hanya berjarak kurang dari 1 km dari rumah saya. Setibanya, cucu saya, Athan yang masih TK, menunjukkan rekaman video dirinya yang sedang menghafal Pancasila di kelasnya. dia mengucapkan secara lancar, runut dan tanpa kendala. Sementara teman temannya menyaksikan dan ada pula yang mengikuti walaupun tidak hafal semua.
Setelah itu, cucu saya bertanya, “Kek, Pancasila itu apa?”
Sontak saya jadi kaget, bingung mau jawab apa. Saya bukan guru yang bisa memberi penjelasan sesuai daya pikir anak TK.
Tidak mungkin saya menjelaskan pengertian Pancasila ditinjau dari aspek idiologis. Tak mungkin juga menjabarkan Pancasila dari aspek filosofis seperti diuraikan para cerdik pandai yang tergabung di BPIP atau dalam beberapa literatur atau seperti apa yang pernah saya dapat waktu ikut Penataran P4 Tingkat nasional di BP7 Pusat zaman Orde Baru dulu.
Dengan bahasa yang sederhana, ahirnya saya hanya memberi contoh yang diawali dengan pertanyaan. “Adik ngga tahu artinya Pancasila?”
“Nggak, kek,” jawab cucu
“Oke sekarang kakek nanya, adik hafal Pancasia kan?”
“Ya tadi itu hafal,, jawabnya
“Coba sebutkan lagi,” kata saya.
Dengan bangga dan dengan sikap tegap ia membaca (menghafal) sila-sila Pancasila sesuai urut urutannya hingga selesai.
Setelah itu saya jelaskan dengan maksud agar langsung dilakukan dan implementasikan dalam hidup sehari-hari.
Satu :Ketuhanan Yang Maha Esa, itu artinya adik harus rajin sembahyang lima waktu,
Dua; Kemanusiaan yang adil dan beradab, itu artinya adik jangan ngejek, menghina kalau ada temen adik yang kulitnya hitam.
Tiga; Persatuan Indonesia, kalau tanggal 17 Agustus, adik ikut upacara, ikut lomba di Sekolah.
Empat ; Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Kalau adik minta games ke mama, tapi mama bilang ngga boleh, adik harus nurut.
Lima; Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Adik kalau ada tugas dari bu guru, harus dikerjakan sendiri, kalau ngga bisa, baru nanya sama mama atau ayah.
Ya, entah bisa di cerna atau tidak, saya ngga tau juga, tapi saya berharap bisa di mengerti, karena cucu saya bilang, “Oh begitu ya kek, okelah,“ latanya.
Jawaban saya itu sebetulnya sebuah implementasi dari nilai nailai yang terkandung dalam Pancaslla itu sendiri, diantaraya, [ercaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.Cinta tanah air dan bangsa.Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.Suka bekerja keras.
Selamat Memperingati Hari Lahir Pancasila.
Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.