x

timnas

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 9 Juni 2021 16:53 WIB

Sebabnya Sederhana, Timnas Digilas Vietnam

Pada kesempatan ini, saya tak akan menanggapi apa yang menjadi perbincangan publik maupun alasan STy yang terus disiarkan di berbagai media massa maupun media sosial. Tetapi, saya justru punya analisa yang sangat sederhana mengapa Evan Dimas dan rekan akhirnya tercatat dalam sejarah, untuk pertama kalinya kalah telak dari Vietnam 4-0.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seperti sudah saya ulas selepas pasukan Shin Tae-yong (STy) berhasil menahan imbang Thailand dalam lanjutan babak kualifikasi Piala Dunia 2022 di Uni Emirat Arab, sejenak publik sepak bola nasional sedang dilanda euforia. Terlebih, STy yang oleh publik sepak bola nasional dianggap akan tetap kukuh  pendiriannya dengan memainkan skema andalannya 4-4-2, ternyata luluh dan menerapkan formasi 4-2-3-1 untuk timnas senior.

Namun, euforia itu benar langsung terhenti tatkala publik sepak bola nasional terhenyak setelah pasukan STy bahkan kalah telak. Lebih buruk dari hasil pertemuan di Jakarta yang kalah 1-3 dari Vietnam.

Berita menghujat dan negatif


Tak pelak, sejak peluit akhir dibunyikan oleh wasit tanda laga usai untuk kemenangan Vietnam 4-0, hingga detik ini, publik sepak bola nasional, Asia Tenggara, Asia, hingga publik dunia masih terus menyoroti dan membincang kekalahan telak yang dianggap tak masuk akal.

Pasalnya, 4 gol Vietnam tercipta dengan begitu mudah, padahal di babak pertama kedudukan imbang 0-0.

Pada kesempatan ini, saya tak akan menanggapi apa yang menjadi perbincangan publik maupun alasan STy yang terus disiarkan di berbagai media massa maupun media sosial. Tetapi, saya justru punya analisa yang sangat sederhana mengapa Evan Dimas dan rekan akhirnya tercatat dalam sejarah, untuk pertama kalinya kalah telak dari Vietnam 4-0.

Dari kekalahan itu, justru saya mengajak kepada siapa saja yang masih membincang kekalahan dari sudut negatif dan tak memberikan masukan  solusi dan  kritik membangun dari sisi publik?

Timnas di tangan STy, memang urusan mutlak STy dalam hal teknis, namun bila publik memberikan masukan dan saran yang membangun, tidak ada salahnya.

Persoalan masukan dan saran diakomodir, diterima, bahkan dijadikan tonggak perbaikan oleh STy atau tidak, itu urusan belakangan. Terpenting, publik telah memberikan saran dan masukan membangun dan bukan sok tahu, apalagi sok menggurui.

Catatan sederhana saya

Bagi saya, kekalahan yang diderita pasukan STy pangkal masalahnya sangat sederhana. Saya melihat awalnya STy melakukan 3 perubahan komposisi pemain karena terkait strategi dan sadar diri akan kemampuan fisik pemain timnas dan kemampuan skill lawan.

Karenanya, STy menurunkan 11 pemain pertama di babak 1 berbeda dengan saat menghadapi Thailand, adalah sebagai strategi yang jitu.

Sebab, dengan strategi itu, Evan Dimas cs ternyata berhasil menahan imbang Vietnam yang nyatanya lebih berbahaya dari Thailand.

Namun, meski berhasil menahan imbang di babak 1, perubahan komposisi pemain sayap kanan dan kiri serta satu gelandang bertahan, tak mampu membuat timnas ke luar dari tekanan sepanjang babak 1, karena pemain gelandang bertahan yang baru diturunkan tak mampu mengimbangi rekan lain.

Setali tiga uang, pemain sayap kanan dan kirinya juga tak mampu menunjukkan skill  yang dibutuhkan. Jadi, hemat saya,  3 pemain yang diturunkan di babak 1 kelasnya berbeda dengan 3 pemain yang disimpan. Sehingga kalah dan tak mampu menjadi filter serangan lawan sebelum masuk kotak pinalti, dan kalah kelas ketika menguasai bola, karena kontrol dan passingnya saja terus salah.

Gelandang bertahan ini menjadi titik terlemah timnas, karena tak mampu mematahkan serangan lawan dan mengubahnya menjadi serangan balik yang mematikan. Di tambah pemain sayap yang juga bermain di bawah performa yang dibutuhkan.

Sayangnya, STy seolah tidak melihat kepincangan itu, dan tetap membiarkan pemain yang lebih layak terus duduk di bangku cadangan hingga babak 1 berakhir.

Di babak 2, pergantian pemain di sayap kiri dan sayap kanan pun, setali tiga uang. Tak mampu menjadikan serangan balik timnas Garuda menjadi berbahaya, karena pemain yang baru masuk tentu butuh adaptasi, sementara kondisi lawan tak memberi kesempatan pemain pengganti kita cepat beradaptasi.

Menghadapi Vietnam yang jelas lebih berat dari Thailand, mengubah komposisi pemain dengan kemampuan skill yang berbeda, memang harus dibayar mahal oleh STy dan pasukannya.

Strategi STy dengan menyimpan Egy dan Witan, bisa dipahami, namun menyimpan pemain gelandang bertahan yang lebih andal adalah kesalahan fatal.

Seharusnya, di babak kedua, timnas bermain utuh dengan memasukkan Egy, Witan, dan Kadek bersamaan. Lihat, meski STy protes terhadap gol pertama  Vietnam yang menganggap penyerang Vietnam hands ball terlebih dahulu, tapi lihat fakta, proses arah bola sebelum berujung gol. Dan, melahirkan 3 gol berikutnya.

Itulah analisis sederhana saya, mengubah komposisi gelandang bertahan dan pemain sayap di saat laga genting dengan lawan yang tak sebanding, jangan dianggap remeh.

Masuknya 4 gol Vietnam, adalah kesalahan STy karena tak mengubah dan tak menyegarkan komposisi gelandang bertahan yang sudah keteteran sejak babak pertama.

Bukannya mengubah komposisi gelandang bertahan atau pemain belakang, STy malah memasukkan 2 pemain penyerang setelah terlambat memasukkan Egy dan Witan. Di situlah, gol-gol dengan mudah lahir dari kaki pemain Vietnam.

STy memang bukan tukang sulap. Dengan etos yang di bawa dari Korea, proses instan membentuk timnas dengan muka baru, bukan pekerjaan mudah.

Jadi, sementara kembali terbukti, siapa pun pelatihnya, lokal mau pun asing, tak mudah menjadi nakoda di timnas Garuda, yang sepak bolanya memiliki masalah kompleks yang sudah menjadi benang kusut dan sulit diurai karena pengurus federasinya masih dipilih dengan cara yang sama. Tahu kan, cara yang sama maksudnya bagaimana?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler