x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 22 Juni 2021 12:24 WIB

Presiden 3 Periode Itu Tanggung, Kenapa Gak 5 Periode Sekalian?

Kita semua lagi mumet Covid, eh ada yang melempar wacana presiden 3 periode. Masa jabatan presiden 3 periode itu tanggung, gimana kalau 5 periode sekalian, pas satu generasi baru lahir. Jadi, dalam satu abad kita cukup punya 4 presiden saja.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Ketika rakyat banyak khawatir dengan masa depan demokrasi di Republik ini, dan lagi sibuk serta mumet habis menghadapi gempuran virus Corona, ada saja yang tanpa lelah menggaungkan Jokowi 3 periode kepresidenan. Bahkan, idenya adalah memasangkan Pak Jokowi  dengan Pak Prabowo. Pertimbangannya, bersatunya Jokowi dan Prabowo dalam satu paket pencapresan akan menghapus konflik di antara para pendukungnya. Lha dalah, memangnya negeri ini hanya ada Jokowi dan Prabowo, dan apakah yang namanya pendukung Jokowi dan pendukung Prabowo itu menjadi pendukung abadi hingga akhir zaman? Apakah rakyat tidak menginginkan wajah-wajah baru?

Lagi pula, kalaulah mau 3 periode alias 15 tahun, sebenarnya juga tanggung. Bung Karno dulu kalau dihitung per periode lima tahun, blio memerintah 4 periode (1945-1966). Pak Harto malah 6 periode (resmi 1968-1998). Pak Habibie, Pak Abdurrahman, dan Bu Megawati kurang dari 1 periode. Pak Susilo 2 periode. Jadi, yang periodenya normal sesuai amanah reformasi ya baru Pak SBY. Masa jabatan presiden lainnya tidak normal. Nah, sekarang ada yang menggulirkan wacana, entah siapa sponsor sejatinya, agar Pak Jokowi menjabat 3 periode, artinya kembali ke ketidaknormalan. Ketika rakyat banyak menghendaki stabilnya kenormalan, eh diajak kembali ke ketidaknormalan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalau keinginannya 3 periode sebenarnya tanggung sih, bagaimana kalau masa berkuasanya sekalian ditetapkan 5 periode, jadi antara lama Bung Karno dan Pak Harto berkuasa. Bahkan, perlu diupayakan secara sungguh-sungguh agar dimasukkan persyaratan penting, utama, dan pertama bahwa siapapun yang ingin maju ke pilpres 2024 harus siap dan mau menjabat 5 periode. Tiga periode kali lima tahun itu tanggung, kalau lima periode itu kan 25 tahun atau setara dengan satu generasi baru. Jadi, kalau tidak siap menjabat 5 periode, gak boleh nyapres.

Bila kesediaan menjadi presiden 5 periode itu dimasukkan sebagai syarat untuk dapat mengikuti pemilihan presiden 2024, maka siapapun yang ingin maju tidak perlu mengucapkan perkataan ‘bila rakyat menghendaki’ yang mengesankan perasaan malu-malu tapi mau. Lagi pula frasa ‘bila rakyat menghendaki’ itu jargon lama di masa Orde Baru, sehingga perlu dicarikan jargon baru yang sesuai semangat zaman—zaman internet, zaman medsos, zaman milenial, zaman Corona.

Oh ya, usulan 5 periode ini terinspirasi oleh bunyi iklan furnitur yang dulu mashur. Bunyi iklannya: “Sudah duduk, lupa berdiri.” Maksudnya, saking enak dan nyamannya duduk di kursi ini, yang duduk di situ akan enggan berdiri. Nah, hasil copy writing yang heibat itu dapat diaplikasikan ke dalam ranah kekuasaan—eh ngomong-ngomong, banyak juga loh ketua partai yang betah duduk berlama-lama di kursi ketua dan enggan berdiri walaupun sudah lebih dari dua periode. Nah, siapapun yang jadi presiden diasumsikan akan betah duduk lama, sehingga buruknya baiknya ia bukan hanya diberi jatah 3 periode, tapi juga harus siap untuk jadi presiden selama 5 periode. Mudah-mudahan kalau sudah 5 periode, ia mau berdiri dan digantikan orang lain.

Dengan masa jabatan 5 periode bila terus terpilih—dan kemungkinan besar memang terpilih terus, maka sang presiden akan semakin berumur, maksudnya bertambah tua. Kata pepatah antah berantah, makin berumur, makin suka menuntut ini itu bijaksana. Semakin lama duduk di kursi teratas, dapat ditafsirkan semakin diterima dan dicintai oleh orang banyak—atau setidaknya semakin ditakuti. Begitu pula, akan semakin banyak pula orang yang taat dan patuh kepadanya, sebab kekuasaannya semakin terkonsolidasi di tangannya—ini pengalaman historis loh. Nah, dengan begitu, negeri ini akan tenteram, damai, tidak ada gejolak apa lagi demo di jalan, tidak ada pertengkaran di medsos. Kalau ada yang tidak puas, paling pol hanya bisa bisik-bisik. Bisik-bisiknya pun tidak bisa di media sosial, sebab bisa kena semprit... Prrriiiittttt!

Jika sang tokoh ini terpilih hingga 5 periode, ia akan dianggap semakin waskita dan sakti mandraguna. Orang-orang dekatnya akan ikut senang dan semakin loyal, sebab mereka juga ikut bertahan. Sebagaimana di dalam organisasi, semakin lama menjadi ketua, semakin ia dianggap orang yang paling mengerti apa yang terbaik bagi anggota dan organisasinya. Semua keputusan penting berada di tangannya. Ini karena ia dianggap sebagai orang yang paling bijaksana, sehingga ia selalu menyatakan tidak punya keinginan dan tidak berminat untuk dipilih lagi. Tapi, kalau anggota atau rakyat menghendaki, masak menolak? Kan tidak elok, menolak kepercayaan anggota atau rakyat.

Jadi, 3 periode itu buruk tanggung, baiknya mah 5 periode, pas dengan periode satu generasi. Bisa dibayangkan, kalau pas punya presiden-baru usia kita 20 tahun, maka kita akan punya presiden-baru lagi pada umur 45 tahun dengan asumsi presiden-lama itu selalu terpilih hingga genap lima periode—dan kemungkinan itu bisa terjadi bila koor di gedung parlemen membahana hingga menggetarkan dinding-dindingnya saat menyetujui perubahan aturan main. Lalu, kalau kita menikah umur 25 tahun, maka kita akan menikahkan anak pertama kalau sudah ada presiden baru; kemudian, anak kita akan menikahkan anaknya saat ada presiden-baru juga. Keren kan pengulangan historis ini? Oh ya, anak-anak sekolah dan mahasiswa pun pasti akan senang sebab dimudahkan dalam mengingat, hapal luar kepala, dan tidak akan keliru mengisi lembar jawaban soal TWK tentang siapa presiden dari tahun sekian sampai tahun sekian. Tapi kalau ditanya siapa menteri bidang ini atau itu, mungkin mereka pusing tujuh keliling karena saking banyak orang yang masuk keluar kabinet.

Salam 2 periode, eh 5 periode! >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler