x

cover buku Jokowi Satrio Piningit Penerus Soekarno

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 29 Juni 2021 06:58 WIB

Jokowi Satrio Piningit Penerus Soekarno

Paparan Jokowi sebagai Satrio Piningit penggenapan ramalan Joyoboyo dan Jokowi sebagai anak ideologi Soekarno. Buku ini sangat menarik karena tema yang diangkat sangat Jawa, tetapi kedua penulisnya bukan orang Jawa. Bagaimana dua penulis itu menggambarkan sosok tokoh dari perspektif Jawa? Buku ini diberi pengantar oleh Suhardiman dan Dahlan Iskan yang paham budaya dan filsafat Jawa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Jokowi Satrio Piningit Penerus Soekarno

Penulis: Valentino Barus dan Mario P. Manalu

Tahun Terbit: 2014

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Lestari Kiranatama     

Tebal: xvi + 102

ISBN: 978-602-7739-56-7

 

Buku ini saya dapat sebagai bonus saat membeli buku di lapak online. Meski bonus tetapi buku ini sangat menarik. Menarik karena tema yang diangkat sangat Jawa, tetapi kedua penulisnya bukan orang Jawa. Valentino Barus jelas bermarga Karo dan Mario P. Manalu adalah bermarga Batak Toba. Jadi sangat menarik bagaimana dua penulis yang tidak berlatar belakang budaya Jawa menulis tentang sosok tokoh dari perspektif Jawa. Untunglah buku ini diberi pengantar oleh Suhardiman dan Dahlan Iskan yang paham budaya dan filsafat Jawa.

Benar saja, hal tentang Satrio Piningit memang hanya muncul dari pengantar Suhardiman. Sedangkan isi dari buku ini lebih banyak menunjukkan kesamaan antara Jokowi dengan Soekarno. Maklum penulisnya memang bukan orang Jawa yang memahami budaya dan filsafat Jawa.

Dari judul dan tahun terbitnya saya langsung tahu bahwa buku ini adalah bagian dari alat kampanye saat Joko Widodo – atau lebih sering dipanggil Jokowi, dicalonkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai Presiden Republik Indonesia dalam kontestasi pemilu 2014 lalu. Sasaran pembacanya tentu saja orang Jawa yang jumlahnya sangat signifikan sebagai pemilih.

Judul “Jokowi Satrio Piningit Penerus Soekarno” jelas mengarahkan kepada pembaca bahwa Jokowi adalah penggenapan dari ramalan Joyoboyo yang diulang oleh Ronggowarsito. Dalam ramalan tersebut – demikian Suhardiman menyampaikan, dikatakan bahwa Presiden ke-7 adalah Satrio Piningit (xi). Satrio Piningit hadir setelah Satrio Kinunjoro (Soekarno) dan Satrio Mukti Wibowo (Soeharto). Sedangkan Dahlan Iskan lebih tertarik melihat Jokowi sebagai seorang biasa yang mempunyai talenta yang memadai untuk memimpin negeri. Dahlan Iskan menyoroti cara kerja Jokowi yang gigih, penuh perhitungan dan teliti. Pengalaman Jokowi sebagai seorang pengusaha dan berlatar belakang sarjana kehutanan dianggap akan mampu membawa negeri ini kepada kemajuan seperti yang diharapkan oleh rakyat banyak.

Valentino dan Mario menjelaskan proses yang panjang sampai kemudian Ibu Megawati berketetapan untuk mengajukan Jokowi mejadi Calon Presiden dari PDIP. Meski sudah didaulat untuk membacakan Dedication of Life dari Bung Karno, tetapi Jokowi belum dideklarasikan sebagai Calon Presiden saat Rakernas PDIP di Ancol 9 September 2013. Baru menjelang pendaftaran calon dari partai, Megawati mengumumkan Jokowi sebagai calon dari PDIP pada tanggal 14 Maret 2014 (hal. 15).

Kedua penulis yang bukan orang Jaw aini menggambarkan perjalanan karir Jokowi, termasuk saat memasuki dunia politik. Mengawali karir politik sebagai Walikota Solo bersama FX Hadi Rudiatmo, Jokowi kemudian naik menjadi Gubernur DKI Jakarta bersama Ahok alias Basuki Tjahaya Purnama.

Selain dari penggambaran Jokowi sebagai pemimpin yang merakyat, suka blusukan dan menyelesaikan masalah dengan cara dialog, Jokowi juga digambarkan sebagai anak ideologi Soekarno. Framing Jokowi sebagai anak ideologi Soekarno ini sangat penting karen sesungguhnya Jokowi bukanlah trah Soekarno dan bukan bagian dari elite partai. Dengan menunjukkan bahwa Jokowi adalah anak ideologi Soekarno, maka keragu-raguan para pengikut Soekaro akan hilang.

Bukan hanya dari sisi ideologi, buku ini juga memuat kesamaan Jokowi dengan Soekarno. Diantaranya adalah tanggal lahir Jokowi 21 Juni bertepatan dengan tanggal wafatnya Sang Proklamator. Baik Jokowi maupun Soekarno sama-sama berzodiak Gemini. Dijelaskan bahwa zodiac Gemini mempunyai kecerdasan, kebijaksanaan dan kaya akan ide (hal. 84). Dilihat dari astrologi China, Jokowi dan Soekarno sama-sama ber-shio kerbau. Orang yang ber-shio kerbau diyakini sebagai orang yang mau bekerja keras, jujur, mempunyai tekad yang kuat serta gigih dalam memperjuangkan cita-cita. Sifat-sifat itu ada pada Soekarno dan juga pada Jokowi. 604

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler