x

Iklan

Kang Nasir Rosyid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 6 Juli 2021 13:26 WIB

Kronik Perjuangan Geger Cilegon 1888 (Bag 1)

Mengenang dan Menghormati pejuang rakyat Cilegon Banten dalam mengusir penjajah Belanda pada tahun 1888

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pengantar :  

Dalam rangka menghormati dan mengenang para pejuang rakyat Cilegon dalam melawan Penjajah Belanda, dimotori oleh para Kyai (Ulama) yang terjadi di Cilegon pada tanggal 9 Juli 1888, saya sajikan tulisan bersambung  yang disarikan dari buku karya Prof. Sartono Kartodirdjo Pemberontakan Petani Banten 1888.

Pemberontakan Cilegon 1888 yang terkenal dengan Geger Cilegon 1888 atau Pemberontakan Ki Wasid, telah melahirkan pejuang-pejuang anti penjajah yang revolusioner. Pemberontakan yang terjadi pada paruh kedua abad XIX itu, dipimpin dan dimotori para Kyai --ulama-- Banten terkemuka pada zamannya yakni H.Wasid --Ki Wasid--, H.Tubagus Ismail, H. Marjuki dan lainnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Semangat  memberontak  terhadap penjajah, dipompa oleh Syeikh H. Abdul Karim yang saat itu menggantikan Syeikh Hatib Sambas sebagai Mursyid  (pimpinan) Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah se dunia. Syeikh H. Abdul Karim bermukim di Makkah  satu periode dengan Ki Nawawi Al-Bantani.

Syeikh H. Abdul Karim hanya sesekali pulang ke Banten. Saat pulang  inilah beliau menyampaikan dakwahnya dan memberikan semangat anti penjajah. Beliau selalu mengatakan memerangi orang kafir adalah termasuk jihad fi sabillah.

Terahir ia datang ke Banten tahun 1872 sebelum kembali lagi ke Mekkah pada tahun 1876 dengan meninggalkan pesan tidak akan kembali lagi selama Banten masih dikuasai orang asing.

Jadi bisa dikatakan bahwa Syekh H.Abdul Karim adalah tokoh pemantik perang sabil melawan

 Keterangan : Syeikh H. Abdul Karim.

penjajah.  Syekh H.Abdul Karim juga dianggap sebagai Wali Allah dengan sebutan Kyai Agung, punya kharisma luar biasa dikalangan umat Islam, khususnya bagi pengikut tarekat Qodiriyah.

Karena pengaruhnya inilah kemudian para muridnya, seperti  H.Tubagus Ismail. Ki Wasid dan H.Marjuki, menggagas suatu gerakan pemberontakan untuk mengusir orang asing yang dianggap kafir dan telah berbuat dzalim serta menyengsarakan rakyat.

Gagasan untuk memberontak --berjuang mengusir penjajah Belanda-- ini kemudian didukung oleh murid murid Syekh H. Abdul Karim lainnya seperti H.Sangadeli Kaloran, H.Asnawi Bendung Lempuyang, H.Abubakar Pontang dan tentu saja murid murid dari para kyai tersebut.

Gerakan pemberontakan yang melibatkan elite agama dalam struktur masyarakat Banten ini, menjadi perhatian Sartono Kartodirdjo. Beliau mengadakan penelitian husus peristiwa tersebut guna kepentingan studinya dalam meraih gelar doctor di Universitas Amsterdam Belanda.

Hasil Penelitian yang dijadikan disertasi  dengan judul  The Peasants' Revolt of Banten in 1888, kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul Pemberontkan Petani Banten 1888.

Buku ini, menjadi rujukan utama ahli sejarah di Indonesia dalam mempelajari gerakan sosial hususnya yang terjadi di Banten abad XIX.

Dalam buku ini dipaparkan secara Ilmiah berdasarkan pendekatan historis yang menggambarkan situasi sosial politik ekonomi Banten sejak permulaan abad XIX setelah Kesultanan Banten di aneksasi Belanda dan resmi dijadikan sebagai bagian dari kekuasaan penjajah.

Terkait pemberontakan Cilegon 1888, dalam buku ini digambarkan secara lengkap mengenai latar belakang atau sebab sebab yang mempengaruhi  serta tumbuhnya fanatisme keagamaan dan sikap anti penjajah di kalangan masyarakat Banten sehingga terjadi pemberontakan, siapa siapa tokoh yang berpengaruh, kapan dan dimana terjadinya peristiwa tersebut  termasuk apa yang dilakukan oleh Belanda setelah terjadinya peristiwa tersebut.

Untuk mengurai seluruh peristiwa  termasuk semua tokoh tokoh pemberontakan Cilegon 1888, nampaknya  perlu membaca secara lengkap buku Pemberontakan Petani Banten 1888 agar  bisa mengetahui berdasarkan data dan fakta yang betul betul valid, tidak berdasarkan cerita atau katanya yang bisa terpotong potong informasinya.

Diantara sekian banyak tokoh yang terlibat dalam rencana pemberontakan, ada tiga tokoh yang paling menonjol sebagai pimpinan pemberontakan yakni  Ki Wasid, H Tubagus Ismail dan H.Ishak.

H. Ishak merupakan sahabat Ki.Wasid dan H.Tubagus Ismail,  sikap anti penjajahnya sangat kuat, tidak mengenal rasa takut serta berani mati bertempur meskipun hanya seorang diri melawan penjajah. Bisa jadi hubungannya sangat dekat dalam konteks perjuangan, bisa dikatakan H Ishak merupakan kaki tangan kedua kiyai diatas.

Hal ini bisa dilihat dari aktifitasnya yang selalu  bersama, dimana ada Ki Wasid atau H.Tubagus Ismail, disitu ada H.Ishak, jika ada  pertemuan untuk  membicarakan rencana pemberontakan H.Ishak selalu hadir.

Pada pertemuan yang dilaksanakan bulan April 1888 di rumah Ki Wasid, dibicarakan mengenai rencana aksi, diputuskan rencana pemberontakan akan di laksanakan sekitar bulan September 1888, bahkan diputuskan juga, H.Tubagus Ismail, Ki Wasid dan H Ishak yang akan memimpin penyerbuan Cilegon.

Untuk menindak lanjuti rencana itu, bulan Mei 1888, diadakan  pertemuan di Kaloran Serang di pimpin H. Marjuki--- murid dan utusan husus Syekh Abdul karim -- Tanara. Dalam pertemuan ini terjadi silang pendapat soal waktu, H. Marjuki menghendaki agar pemberontakan sebaiknya  jangan dilaksanakan sebelum bulan September, sementara H. wasid mengehendaki dilaksanakan pada tanggal 23 agustus 1888.

Selanjutnya tanggal 15 Juni 1888 diadakan pertemuan di rumah Ki Wasid Beji. Pada pertemuan itu disepakati perubahan tanggal pelaksanaan, yang semula di rencanakan bulan Agustus, dimajukan lagi menjadi tanggal 12 Juli 1888. Atas keputusan itu, H. Marjuki tidak setuju, alasannya masih terlalu pagi, ahirnya H.Marjuki  kembali ke Mekah termasuk keluarganya.

(Bersambung.)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler