x

beritalangitan.com

Iklan

Tatang Hidayat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 8 Juli 2021 06:42 WIB

Kyai dalam Kenangan : Catatan Kebersamaan Dengan Drs. KH. Muchtar Adam

Pertama kali saya mengenal Drs. KH. Muchtar Adam dimulai pada tahun 2013, kebetulan saat itu saya baru masuk menjadi santri di PPM Miftahul Khoir Bandung yang memang masih ada kaitan keluarga dengan beliau. Dalam sejarah berdirinya PPM Miftahul Khoir Bandung pun, beliau pernah tercatat menjadi salah seorang dewan asatidz dan pengajar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kyai Dalam Kenangan : Catatan Kebersamaan Dengan Drs. KH. Muchtar Adam

Oleh : Tatang Hidayat (Wakil Rois PPM Miftahul Khoir Bandung Periode 2014-2015)

Pertama kali saya mengenal Drs. KH. Muchtar Adam dimulai pada tahun 2013, kebetulan saat itu saya baru masuk menjadi santri di PPM Miftahul Khoir Bandung yang memang masih ada kaitan keluarga dengan beliau. Dalam sejarah berdirinya PPM Miftahul Khoir Bandung pun, beliau pernah tercatat menjadi salah seorang dewan asatidz dan pengajar. (Sejarah Pesantren PPM Miftahul Khoir Bandung selengkapnya bisa membaca skripsi saya di link http://repository.upi.edu/30027/ atau dalam bentuk jurnal https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/tadib/article/view/3770 dan https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/view/3653 .

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejak tahun 2013-2015, sebulan sekali saya bersama beberapa santri PPM Miftahul Khoir sering menghadiri undangan kajian bulanan di Pondok Pesantren Al-Quran Babussalam Ciburial Dago Bandung, tempat dimana kyai (begitulah kami menyebutnya) mengkhidmatkan diri dalam mendidik umat. Tema-tema kajian yang diselenggarakan Pesantren Babussalam sangat menarik dan autentik, setelah kajian sebagaimana biasa kami para santri ikut makan bersama dan ramah tamah.

Selain menghadiri undangan dari Pesantren Babussalam, perjumpaan saya dengan kyai biasanya dilakukan ketika kyai mengisi khutbah Jum’at di masjid-masjid yang ada di kota Bandung dan ketika kyai menjadi khatib di Masjid Al Urwatul Wutsqo Bandung tempat dimana saya mengkhidmatkan diri di masjid. Dengan suara yang lugas, intonasi semangat,  dan materi yang tidak membosankan bahkan tanpa teks, kyai selalu memberikan warna baru dalam setiap khutbah Jum’at sehingga jamaah tidak mengantuk.

Di samping sebagai seorang kyai, mubaligh dan cendekiawan, kyai juga dikenal sebagai penulis yang sangat produktif, sudah banyak karya-karya yang kyai telah tuangkan dalam bentuk naskah, makalah dan buku. Di sisi lain, dalam dunia organisasi pun kyai telah banyak pengalamannya dalam mengemban amanah pimpinan organisasi, sehingga bisa dikatakan kyai adalah sosok seorang pemimpin dan organisatoris yang handal.

Kyai juga seorang sosok yang humoris, tidak pelit ilmu dan tidak pelit harta, tidak jarang saya melihat dengan mata kepala sendiri, kyai sering memberikan buku-bukunya kepada sahabat-sahabatnya dan memberikan buku serta uang kepada para peserta kajian ketika memang berbarengan dengan agenda kajian. Terakhir, saya melihat kyai memberikan buku kepada  salah seorang guru saya dan sahabat kyai, Drs. KH. Ahmad Rifa’i (Dewan Nadzir PPM Miftahul Khoir Bandung) ketika kyai ada jadwal khatib di Masjid Al-‘Urwatul Wutsqo Bandung.

Teringat pertemuan terakhir dengan kyai saat pemakaman guru saya, Drs. KH. Ahmad Rifa'i pada 11 Juni 2020 menjelang Ashar, saat suasana duka pemakaman itu saya berada tepat di samping beliau dan saat sambutan beliau membahas tentang ibrah pentingnya mengingat mati dan menyapa saya beberapa kali sambil menepuk pundak menanyakan kesiapan menghadapi kematian serta setelahnya beliau langsung memimpin doa, sungguh pertemuan terakhir di dunia yang sangat indah bagi seorang santri ketika disapa dan disentuh langsung serta didoakan oleh gurunya.

Kini suasana duka saat itu yang saya rasakan pada 11 Juni 2020 kembali hadir, dada terasa sesak, bumi rasa menyempit, langit yang cerah seketika mendung bahkan runtuh, ketika mendapat kabar kyai kembali ke rahmatullah. Begitu sangat cepat informasinya, padahal masih ada hutang yang belum saya tunaikan, yakni ingin membeli buku-buku kyai dan di tanda tangan langsung serta dituliskan berbagai nasehat oleh kyai, namun takdir berkata lain, Allah Swt lebih sayang dengan kyai.

Kyai adalah seorang ahli tafsir dan penulis yang sangat produktif, tidak pelit ilmu, harta dan selalu meluangkan waktu bagi yang mau belajar, banyak pengalamannya dalam perjuangan dan besar perannya dalam dakwah. Kyai adalah seseorang yang selama hidupnya banyak berkontribusi dalam bidang keilmuan Al-Qur'an, Pendidikan dan Dakwah.

Pondok Pesantren Al Quran Babussalam adanya di Ciburial Dago Atas Bandung pada ketinggian 1.100 meter, didirikan oleh KH. Drs. Muchtar Adam pada 12 Rabiul Awwal 1401 H, bertepatan dengan 8 Januari 1981 M. Jauh sebelum itu, sejak tahun 1963 beliau sudah menjadi seorang da’i di kota Bandung, yaitu di sekitar tempat tinggalnya di kampung Cisitu. Tahun 1970 area dakwahnya merambah kawasan Bandung utara, desa Ciburial (ponpesbabussalam.com,5/9/2018).

Pak Muchtar, begitu masyarakat menyebut beliau saat itu, bersama KH. EZ. Muttaqin (Ketua MUI Jawa Barat, Rektor Unisba) bertekad mempertahankan ‘bukit Uhud’ Ciburial. Ya… Ciburial itu layaknya bukit Uhud dalam sejarah Rasulullah Saw. Bukankah, siapa yang menguasai bukit Uhud akan dapat memenangkan peperangan? Sebaliknya, jika bukit Uhud diuasai musuh maka kalahlah ummat Islam. Dalam perencanaan pak Muchtar akan mendirikan pesantren, sedangkan KH. EZ. Muttaqin mendirikan Unisba Kampus Ciburial. Rupanya Allah berkehendak lain, KH. EZ. Muttaqin meninggal dunia tahun 1981 dalam sebuah kecelakaan mobil. Sedangkan rektor yang menggantikannya tidak melanjutkan pengembangan kampus Ciburial. Jadilah pak Muchtar kehilangan kawan seiring dalam berdakwah di Ciburial (ponpesbabussalam.com, 5/9/2018).

Sejumlah cabang dari Pondok Pesantren Al-Quran Babussalam Ciburial Dago telah berdiri, disekitar Jawa Barat, dan di beberapa kota besar bahkan di daerah terpencil yang dianggap amat memerlukan dakwah, Aceh, Sulawesi dan Sumatera, serta di beberapa daerah lain cabang-cabangnya telah berdiri. Inilah jaringan Dakwah yang sudah dibangun oleh Pondok Pesantren Al-Quran Babussalam yang berpusat di kawasan Dago Atas – Bandung yang langsung dipimpin oleh sang Maestro Dakwah yaitu K.H. Drs. Muchtar Adam yang telah mendedikasikan hampir separuh hidupnya untuk malang melintang berdakwah di berbagai kepulauan di Nusantara ini. Pesantren Babussalam yang dipimpinnya pun terus mengembangkan sayap dakwahnya hingga ke kepulauan-kepulauan kecil di Nusantara, ini adalah Pondok Pesantren Al-Quran yang juga rata-rata menyediakan format Pendidikan Formal dari tingkat Taman Kanak – kanak hingga Sekolah Menengah Atas (beritalangitan.com, 12/1/2017).

Tak hanya mengembangkan dakwah dengan membangun cabang-cabang Pondok Pesantren Babussalam di banyak kepulauan di Indonesia, Kiyai yang juga mantan anggota DPR RI tahun 1999-2004 ini aktif menulis berbagai buku keislaman dengan tujuan sama yaitu berdakwah dengan media tulisan, hingga saat ini puluhan buku telah rampung di tulis dan disebarkan ke khalayak luas, bahkan tak segan-segan demi kualitas karya-karya nya ini ia seringkali melakukan penelitian hingga ke manca Negara demi validitas tulisannya, misalnya saat ia menulis buku yang berjudul “Yerusalem dari Masa ke Masa”, maka tak tanggung-tanggung ia rela beberapa kali berdiam dinegeri itu untuk menelesuri kebenaran dari karya yang ia akan tulis, itulah semangat dakwah yang luar biasa dari sosok penda’I ini kendati usianya sudah tak bisa disebut muda lagi, sebuah suri tauladan bagi generasi dakwah berikutnya, dimana bumi dipijak maka disana dakwah berkumandang (beritalangitan.com, 12/1/2017).

Kyai yang usianya sudah melalui tiga bendera yaitu Belanda, Jepang dan Indonesia ini memang kerap kali keluar masuk penjara karena pemberontakan bersama keluarganya terhadap pemerintahan kolonial Belanda maupun Jepang bahkan ketika terbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) ia bersama pejuang lainnya ia menentang dan tetap gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia seutuhnya tanpa ada campur tangan dan intervensi dari kaum penjajah. Oleh sebab itulah maka ia kerap keluar masuk penjara karena dianggap melawan kebijakan pemerintah pada saat itu, dan tetap menginginkan utuhnya Negara kesatuan yang merdeka dan berdaulat (beritalangitan.com, 12/1/2017).

“Sekarang saya melihat negeri ini sedang diserang dari berbagai penjuru baik oleh Zionis yang memang sudah bercokol sejak lama dan kini kita lihat gerakan neo komunis yang sudah mulai menggerogoti bangsa ini dengan kuatnya terutama dikalangan generasi muda”, oleh sebab itu kita harus bangkit melawan dan kembali berjuang, karena itu Babussalam selalu menjaga Wahdah dan Ukhuwah, tetap menjalin kekuatan silaturahim dimanapun berada, karena hanya dengan itu Umat ini akan tetap kuat dan mampu mengantisipasi serangan dari luar, kita lihat negera-negara yang tadinya kuat seperti Irak, Mesir dan Syiria sudah mulai jatuh satu persatu ke tangan mereka saat ini, oleh sebab itu maka kalau para pemimpin dunia islam ini tidak waspada maka tunggu saja kehancurannya, dan kita melihat hal itu sudah mulai terjadi di Indonesia, saya sudah menuangkan hal itu dalam buku saya enam tahun yang lalu yang berjudul “Kehancuran Sebuah Bangsa”, disana saya mengupas tuntas bagaimana awalnya sebuah bangsa dihancurkan oleh kekuatan ideologi Zionis dan Komunis terutama generasi mudanya (beritalangitan.com, 12/7/2017).

Kini Bandung kembali kehilangan sosok kyai sepuhnya, ulama, mubaligh, cendekiawan, guru Al-Qur'an, penulis produktif, pemimpin, organisatoris, sosok ayah bagi generasi mudanya, dan sosok pemersatu umat.

Kyai lewat mata dan hati ini aku menyaksikan kisahmu, kelak akan kukisahkan kembali kepada anak cucuku bahwa perjuanganmu dalam menyebarkan syiar Islam tidak akan dilupakan.

Sudah menjadi ketetapan dan kehendak Yang Maha Kuasa, engkau pergi terlebih dahulu untuk bertemu Yang Maha Kuasa dan meninggalkan murid-muridmu.

Saya rasa selama 2020-2021 adalah tahun kesedihan bagi umat, para kekasih-kekasih Allah dipanggil satu persatu. Satu lagi bintang terang di langit umat padam, wafatnya 'ulama adalah tercabutnya satu tonggak ilmu, tertutupnya satu pintu fiqh, tercerainya seikat simpul ajaran dan terputusnya rantai teladan, ia duka semesta. Wallohu’alam bi al-Shawab

Malam kesedihan yang sunyi saat bulan sabit malu-malu menunjukkan cahayanya

Bandung, 7 Juli 2021

Yang berduka

Tatang Hidayat

 

Biografi Singkat Drs. KH. Muchtar Adam 

Drs. KH. Muchtar Adam (lahir di Selayar, Makassar 10 September 1939, wafat di Bandung, Selasa 6 Juli 2021) adalah seorang muballigh, ulama, cendekiawan, sekaligus pendiri dan pimpinan umum Pondok Pesantren Al-Quran Babussalam di Desa Ciburial, Cimenyan, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Beliau adalah pencetus gagasan Da’wah Kedah Kahartos Karaos (Dakwah Harus Dipahami dan Dirasakan)

 

Jejak Langkah

Keluarga

Nama Muchtar merupakan pemberian dari Dr. Muchtar Lutfi, seorang intelektual dan pejuang dari Sumatra Barat sebagai teman seperjuangan ayahnya yang sering bersama-sama keluar masuk penjara pada zaman Belanda, Jepang, dan NICA. Dr. Muchtar Lutfi memberikan nama depannya kepada putra sahabat karibnya, sedang Adam diambil dari nama ayahnya. 

Ayahnya bernama Tuan Adam, seorang muballigh dan pejuang kemerdekaan di Pulau Selayar. Pengetahuan dan pemahaman agama ayahnya diperoleh hanya melalui persahabatan dengan tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan, yang saat itu terkenal dengan orang-orang pergerakan. Bahkan, Tuan Adam bisa membaca dan menulis huruf latin ketika di penjara.

Muchtar Adam lahir sebagai anak ketiga dari wanita bernama Syamintan yang merupakan istri pertama Tuan Adam. Istri kedua Tuan Adam adalah janda pejuang kemerdekaan teman seperjuangannya yang meninggal dunia. Kakek Muchtar Adam adalah seorang guru mengaji dan muballig, walaupun tidak melalui pendidikan formal, karena saat itu di kampung cukup dengan belajar mengaji, dan jadi guru ngaji di Kampung Palemba Bontobangung, Pulau Selayar.

 

Masa Muda

Muchtar Adam dilahirkan di Benteng Selayar, sebuah ibu kota Under Avdeling Selayar (saat ini telah menjadi ibu kota Kabupaten Kepulauan Selayar), pesisir di Pulau Selayar yang kental dengan etos kerja pelaut yang heroik melawan kolonial. Rumah panggungnya yang berlantai papan kayu jalotong, dijadikan tempat berkumpul dan rapat-rapat para pejuang. Hidup dalam keluarga pejuang, Muchtar Adam kecil sering menyaksikan rumahnya digeledah tentara penjajah dan melihat dengan mata kepala sendiri dimana ayahnya, Tuan Adam, ditangkap lalu dimasukkan ke penjara. 

Sebagai satu-satunya anak lelaki dalam keluarga, ia harus membantu ibunya mulai dari berjualan kaki lima sampai berladang untuk menopang kehidupan keluarga ketika Tuan Adam di penjara. Setelah menyelesaikan pendidikan SRN di kota Benteng Selayar, ia melanjutkan ke SMI Muhammadiyah di kota yang sama. Ketika belajar di SRN, ia mengikuti kepanduan Hizbul Wathan tingkat Athfal yang memberikan bekal dasar-dasar keterampilan sosial dan kecakapan hidup. Di Athfal ia mulai sebagai anggota sampai menjadi Kepala Regu. Setelah memasuki pendidikan di SMI Muhammadiyah, ia masih terus bergabung dengan Gerakan Kepanduan H.W. sampai memimpin Pasukan 150 orang.

Di Gerakan Kepanduan inilah, ia memperoleh banyak keterampilan dalam segala bidang termasuk didikan akhlak menjadi menu utama seperti kejujuran, kedisiplinan dan menolong orang lain. Ia tercatat sebagai siswa angkatan kedua yang harus mengikuti kurikulum 100% pelajaran umum setingkat SMP dan 100% pelajaran agama Islam yang semua dalam bahasa Arab dengan lama belajar selama empat tahun. Sebagai siswa SMI, ia aktif di Ikatan Pemuda Pelajar Islam Indonesia Selayar (IPPIS) dengan jabatan sebagai Ketua Bidang Tabligh dan di Pelajar Islam Indonesia (PII) Cabang Selayar dengan jabatan sebagai Ketua Seksi Penerangan di Cabang Selayar.

Ketika belajar di SMI Muhammadiyah ini pula ia mengubah sikap dan cara pandangnya dalam menapaki kehidupan karena dibina dan dibimbing langsung oleh Kyai Haji Abdul Kadir Kasim, alumni Madrasah Tawalib di Padang Panjang, Sumatra Barat. Setelah lulus SMI Muhammadiyah di Benteng Selayar, ia diantar ke Yogyakarta oleh sang kyai belajar di Madrasah Menengah Tinggi (MMT) yang terletak di depan Mesjid Agung Kauman Yogyakarta dengan beasiswa dari Baitul Maal Kabupaten Selayar. MMT adalah pendidikan lanjutan atas sama dengan SMAA (bahasa) dan pelajaran Islam semuanya menggunakan kitab-kitab bahasa Arab.

Di lingkungan MMT, ia dibina dan dibimbing oleh Kyai Basyir, Kyai Wardan, dan Kyai Mahfudz serta Guru yang lain. Setelah lulus MMT, ia melanjutkan ke Akademi Tabligh Muhammadiyah. Kendati kuliah hanya tingkat pertama saja, namun kuliah yang diberikan oleh Prof. Ahmad Salabi, Prof. Farid Ma’ruf, dan Prof. Kahar Mudzakir, Buya Hamka, K.A. Badawi, Jarnawi Hadikusumo, Jurban Wahid (Ekonomi Islam) dan lain-lain sangat mempengaruhi Muchtar Adam dalam mengimplementasikan perintah amar ma’ruf nahi munkar. Setiap libur semester, ia pergi ke Pesantren Jamsaren di Solo untuk belajar aneka ilmu tentang ke-Islaman, seperi Fiqhi, Ushul Fiqhi, Filsafat Islam dari Kyai Haji Ma’muri, Kristologi dari bapak Arkanuddin.

Ia memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (FKSS) Jurusan Sastra Arab IKIP Bandung. Muchtar Adam menikah dengan Siti Sukaesih gadis asal Bandung yang ditemui ketika masih sama-sama belajar di Yogyakarta. Siti Sukaesih sebagai alumni PGAA Muhammadiyah Kauman Yogyakarta.

 

Pemikiran

Pemikiran Muchtar Adam lebih cenderung pada upaya menghormati hak-hak manusia untuk hidup. Ia berpendapat bahwa hak hidup merupakan prinsip utama yang harus ditegakkan, selanjutnya baru hak mendapatkan pendidikan bagi seluruh manusia tanpa kecuali. Esensi pendidikan adalah sebuah proses yang hendaknya mampu menyucikan peserta didik untuk menemukan dan mempertahankan kesuciannya baik lahir maupun batin. Dengan pendidikan, manusia bisa belajar apa saja dan kepada siapa saja. 

Belajar yang salah bukan merupakan suatu tindak munafik, tidak murtad, sehingga tidak perlu ditakuti. Akal, menurutnya merupakan salah satu karunia Allah yang mulia. Allah telah menyimpan akal dalam jiwa (nafs) manusia. Akal merupakan jalan penghubung kepada Allah berupa wasilah antara jiwa manusia dengan Allah Swt. Inti ajaran Islam ialah ma’rifatullâh, yaitu mengenal, mengimani, mentauhidkan serta mencintai dan mentaati Allah Swt. Hubungan tersebut adalah sumber bagi kehidupan jiwa manusia yang dapat melahirkan akhlak mulia.

Hakikat manusia ditentukan oleh eksistensinya dalam hidup berupa suatu karya kesalehan sosial berlandaskan ma’rifatullâh, sebagai implementasi silaturrahim, sehingga muncul di tengah-tengah masyarakat sebagai rahmatan li al-‘alamin, rahmat bagi semesta alam. Karena didikan ma’rifatullah, bekerja adalah satu kemulian untuk memperoleh hak memiliki dari hasil usaha yang halal. Sebab inti ajaran Islam adalah ma’rifatullâh, inti ma’rifatullah adalah akhlak, dan inti akhlak ialah silaturahim dan inti silaturrahim adalah menggembirakan orang lain.

Jadi pendidikan Islam harus berintikan kepada ma’rifatullah agar anak didik menjadi anak soleh, pewaris para nabi, dan meraih status khalifah fil ard. Dalam bukunya Tazkiyah: Mensucikan Jiwa, Meredam Hawa Nafsu yang terbit Dzulqo’dah 1429 H, November 2008, Muchtar Adam memandang hidup ini melalui upaya tazkiyah, setiap orang dapat mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Suci.

Tazkiyah merupakan upaya yang sangat efektif untuk mengembalikan manusia kepada hakikatnya sebagai hamba Allah, karena manusia telah diberikan wadah kesucian (fitrah). Orang-orang yang seperti inilah kemudian yang disapa oleh Sang Maha Penguasa Semesta dengan panggilan yang luar biasa indah

 

Praksis

Bagi Muchtar Adam, dakwah dilaksanakan sebagai satu gerakan dengan materi dakwah terencana berbasis kebutuhan umat. Sehingga dakwah berlanjut menjadi al tarbiyah wa al ta’lim, pendidikan dan pengajaran, yang bertitik tolak dari Al-Quran.  Untuk mengimplementasikan ayat tersebut yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam berdakwah, didirikanlah Pondok Pesantren Al-Quran Babussalam di Desa Ciburial, Bandung, pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1401 H (18 Januari 1981 M) dengan tujuan melaksanakan pengkajian al-Quran, penelitian masalah dakwah, pendidikan kader dakwah, penyebaran informasi wawasan al-Quran, pengembangan warga pedesaan dalam bidang aqidah, ilmu, sosial, dan ekonomi guna ikut serta mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt.

Di pesantren ini, santrinya banyak dari kaum miskin, kaum tertindas dan kaum terpinggirkan oleh politik dan kepentingan pejabat yang berkuasa. Santri yang datang dari kalangan tersebut dibebaskan dari biaya hidup dan biaya pendidikan. Ia mengkritik sekolah yang hanya menampung anak-anak IQ tinggi dari kalangan kelas menengah keatas, tanpa peduli terhadap anak-anak IQ rendah dari kaum dhu’afa dan kaum mustadh’afin. Di pesantren ini, Islam diperkenalkan kepada santri melalui lintas mazhab dengan harapan saling memahami, menghargai dan berujung kepada silaturahim.

Ketika santrinya berada di tengah umat bisa menjelaskan dan mendamaikan perselisihan masalah paham fikih, sehingga umat Islam dalam melaksanakan amal ibadah tidak perlu mempermasalahkan perbedaan mazhab karena semua ada dasarnya. Pemikiran inilah yang kemudian ditulis oleh Muchtar Adam dalam bukunya Perbandingan Mazhab dalam Islam dan Permasalahannya.

Menurut Prof. Dr. Mohammad Askin, S.H., salah satu karya monumental Muchtar Adam dalam bidang pendidikan terhadap bangsa Indonesia adalah andilnya dalam pembahasan RUU SISDIKNAS yang kini sudah menjadi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Ia sebagai anggota Komisi VI DPR RI turut aktif dan berjuang mengawal RUU SISDIKNAS dari nol sampai ditetapkan menjadi UU.

Umat Islam Indonesia yang merupakan penduduk mayoritas, untuk pertama kalinya setelah Indonesia Merdeka selama 58 tahun, pesantren dan majelis taklim baru diterima sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 setelah gerakan reformasi berhasil menumbangkan rezim Orde Baru yang diktator dan korup.

 

Karya Tulis

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1980). Metode Praktis Membaca dan Menulis Al-Qur’an (Sistem 9 Jam). Bandung: LPTQ Bandung.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1985). Tafsir Isti’adzah. Banda Aceh: Gua Hira.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1986). Klasifikasi Ayat-ayat Al-Quran. Bandung: Babussalam.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1992). Al-Adzkar: Bimbingan Doa dan Dzikir menurut Al-Quran dan Sunnah. Bandung: Babussalam.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1993). Tafsir Ayat-ayat Haji: Telaah Intensif dari Pelbagai Mazhab. Bandung: Mizan.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1994). Tafsir Ayat-ayat Jenazah: Tinjauan dari 5 Mazhab tentang Salat Jenazah. Bandung: Pesantren Al-Quran Babussalam.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1994). Do’a Ibadah Haji: Berdasarkan Al-Quran dan Al-Sunnah. Bandung: Pesantren Al-Quran Babussalam.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1994). Jalan Menuju Wahdah Islamiyah Penuh Onak dan Duri: Catatan Perjalanan Ke Iran Mengikuti Muktamar Islam se-Dunia VII untuk Kesatuan Dunia Islam. Bandung: t.p.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1995). Tafsir Salat Safar Lintas Mazhab. Bandung: Babussalam.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1995). Adab-Adab Safar. Bandung: Penerbit Babussalam.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1996). Tafsir Ayat al-Tajhiz. Bandung: Babussalam.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1997). Khuruj: Mengunjungi Tempat Bersejarah Umat Islam di Mesir, Sudan, Suriah dan Iran. Bandung: Babussalam.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1997). Al Ahraz Ahlul Bait Dan doa Penangkal Sihir. Bandung: Babussalam.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2002). Al-Masih al-Dajjal. Bandung: Babussalam,.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2003). Perbandingan Mazhab Dalam Islam Dan Permasalahannya. Bandung: Babussalam.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2004). Ijtihad: Antara Teks dan Konteks. Bandung: Babussalam.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2005). Al-Ta’qibat: Doa-doa Harian dan Doa-doa Ba’da Shalat. Bandung: Babussalam.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2005). Al-Hushun al-Mani’ah: Benteng Kekuatan Doa. Bandung: Penerbit Babussalam Press.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2006). Tafsir Ayat-ayat Qunut: Menggapai Hakikat Penghambaan. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2006). Membuka Tujuh Pintu Surga Menutup Tujuh Pintu Neraka. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2006). Istighatsah: Menyingkap Ruang-ruang Spiritual. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2007). Kehancuran Bangsa: Menguak Sebab-sebab Kehancuran Satu Bangsa. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2007). Ma’rifaturrasul: Kenali Dan Cintai Nabi-Mu Pasti Tidak Akan Sesat Dan Menyesatkan. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2008). ‘Ulum al-Quran: Studi Perkembangan Ilmu-ilmu Al-Quran. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2008). Tazkiyah: Mensucikan jiwa, Meredam Hawa Nafsu. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2008). Samudra Cahaya: Mengungkap Hizb al-Bahar Imam Abu al-Hasan al-Syadzily. Bandung: Makrifat Media Utama.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2008). Ma’rifatul Malaikat: Bersahabat dengan Malaikat. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2009). Ma’rifat al-Rusul: Jejak Cahaya Para Rasul. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2010). Zionis Dalam al-Quran: Peran Syas bin Qais Menghancurkan Islam. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2010). Ramalan Prabu Jayabaya Dan Prediksi Nabi Tentang Kehancuran. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2010). Doa-Doa Kesehatan. Bandung: Makrifat Media Utama.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2011). Mu’jizat Pengobatan Dalam al-Quran dan Hadits. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2011). Khutbah-Khutbah Penggugah Semangat: Kumpulah Khutbah ‘Idain. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2011). Tafsir Mustahik Zakat Lintas Mazhab. Bandung: Makrifat Media Utama.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2011). Dinamika Perbandingan Madzhab. Bandung: Makrifat Media Utama.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam. Oleh-oleh Haji Tidak sama dengan Oleh-oleh Mekah/Madinah. Bandung: Makrifat Media Utama t.th.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2012). Sejarah Kurban. Bandung: Makrifat Media Utama.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2012). Bersahabat Dengan Al-Quran. Bandung: Makrifat Media Utama.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2012). Kiat-kiat Mengendalikan Hati Manusia: 40 Sihir Halal. Bandung: Makrifat Media Utama.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2013). Ma'rifat al-Rusul: Nabi Ibrahim 'a.s. Bandung: Makrifat Media Utama.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2013). Yerussalem Dari Masa Ke Masa. Bandung: Makrifat Media Utama.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2014). Memantapkan Syahadatain (Dua Kalimah Syahadat). Bandung: Makrifat Media Utama.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam. Tiga Jalan Menuju Sukses. Bandung: Makrifat Media Utama, t.th.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam. Al 'Ilaj bil Quran: Pengobatan dan Penyembuhan dengan Al-Quran. Bandung: Makrifat Media Utama, t.th.

Masih ada beberapa karya tulis Drs. KH. Muchtar Adam yang belum tercatat

 

Naskah

Ma’rifat al-Rusul jilid II –Shalih ‘a.s.-Ibrahim ‘a.s.-Luth ‘a.s.-Ismail ‘a.s-Ishaq ‘a.s.- Lahirnya Bangsa-Bangsa /Bahasa Dunia .

Haji Dalam al-Quran Berdasarkan Riwayat Ahlu al-Sunnah dan Ahlu al-Bait ‘am.s.

Prinsip-Prinsip Pokok Dalam Khuthbah Wada’ Rasulullah Saww.

Ciri-Ciri Dekatnya Kiamat ( Yang sudah terjadi ).

Khashâis Ummat al-Muhammadiyah.

Tolaklah Bala dan Bencana dengan Shilah al-Rahim.

Bohong di Dunia ( Tafsir 332 ayat / 69 surah Masalah Bohong)

Tafsir Lengkap Basmala.

Doa-Doa Dalam al-Quran.

Tafsir Klasifikasi Ayat-Ayat al-Quran.

Tafsir Syu’ab al-Imana ( Cabang-Cabang Keimanan).

Ma’rifat al-Rasul jld II ( Rumah Tangga Rasulullah Saww.).

Ta’dzim al-Quran –

Prinsip-Prinsip Pokok Khutbah Wada Rasulullah Saww –

Atlas Mufassir –

Ma’rifat al-Rusul – Ibrahim ‘a.s. Bapak Nabi-Nabi –

Pola Tafsir 30 Ayat –

Keistimewaan Muhammadiyah (Ummat Muhammad Saw)

Masih masih banyak karya tulis Drs. KH. Muchtar Adam dalam bentuk naskah yang belum tercatat

 

Kolaborasi

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam & Kyai Haji Abdul Kadir Qosim. (1992). Safari Rohani Ayatul Hirz. Bandung: Pesantren Al-Quran Babussalam.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam & Fadlullah Muhammad Said (2004). Ma’rifatullah: Membangun Kecerdasan Spiritual, Intelektual, Emosional, Sosial, dan Akhlak Karimah. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam, Haji Ujang Tatang W., Lc., dan Fajruddin M. (2006). Marhaban Ya Ramadhan: Persiapan Bathiniah Menjemput Ramadhan mulai Rajab dan Sya’ban. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam & Fitri ER. (2008). Mengais Hikmah: Cermin-cermin Spiritual Memberdayakan. Bandung: Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam & Anna Rosdiana, S.Ag. (2009). Membina Generasi Qurani. Bandung: Penerbit Makrifat.

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam & Agus Suryaman, S.S. (2011). Ilmu Gharib al-Quran: Bacaan-Bacaan Langkah dalam al-Quran. Bandung: Makrifat.

Masih ada beberapa kolaborasi terbaru karya tulis Drs. KH. Muchtar Adam yang belum tercatat

 

Kontribusi

Bagir, Haidar; Basri (Ed.), Syafiq. (1988). "Ijtihad: Antara Teks Dan Konteks", Ijtihad Dalam Sorotan. Bandung: Mizan.

SF (Ed.), Qamaruddin. (2000). "Muraqabah: Merasakan Kehadiran Allah", Zikir Sufi: Menghapiri Ilahi Lewat Tasawuf, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Ramli Bihar Anwar (Ed.), Cecep. (2001). "Rahasia Adab Makan: Wujud Nyata Ma’rifatullah", Hidup Penuh Berkah Melalui Ibadah yang Paling Mudah. Jakarta: Penerbit IIMaN dan Penerbit Hikmah.

K.D. (Ed.), Sukardi. (2001). "Meraih Salat Khusyu", Salat dalam Perspektif Sufi. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

K.D. (Ed.), Sukardi. (2002). "Sekali Lagi Al-Quran", Belajar Mudah ‘Ulum Al-Quran: Studi Khazanah Ilmu Al-Quran. Jakarta: Lentera.

Sanny (Ed.), Teuku Abdullah. (2008). "Wawasan Al-Quran Tentang Gempa Bumi & Tsunami di Aceh", Tsunami Aceh. Yogyakarta: Multi Solusindo Press.

Masih ada beberapa kontribusi terbaru karya tulis Drs. KH. Muchtar Adam yang belum tercatat

 

Sumber :

beritalangitan.com, 12/1/2017

ponpesbabussalam.com, 12/9/2018

wikipedia.org

Roslianti, Neny; Agusti, Titin (2007). Muchtar Adam Meretas Jalan Menuju Ma’rifatullah. Bandung: Makrifat.

 

Ikuti tulisan menarik Tatang Hidayat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler