x

IHSG Melorot

Iklan

Johanes Sutanto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 8 Juli 2021 13:58 WIB

Bagaimana, sih , Menganalisis Saham yang Benar-benar Sedang Murah?

Menentukan saham yang benar-benar sedang murah dan yang ke depannya berpotensi cuan itu tak semudah membalikkan telapak tangan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Strategi paling jitu dalam investasi saham adalah membeli saham yang memang sedang murah. Namun, menentukan mana saham yang benar-benar sedang murah dan yang ke depannya berpotensi cuan itu tak semudah membalikkan telapak tangan.

Umumnya di tengah kemudahan investasi saham yang sudah serba online saat ini semisal dengan aplikasi IPOT besutan sekuritas karya anak bangsa dengan tagline #SemuaBisaInvestasi yakni Indo Premier Sekuritas, investor awam hanya menjadikan harga saham nominal sebagai acuan mahal atau tidaknya suatu saham. Padahal, murah tidaknya saham tak melulu mengacu pada harga tersebut.

Ada dua indikator paling mudah yang bisa dijadikan acuan untuk menghitung murah tidaknya suatu saham. Kedua indikator tersebut adalah Price to Earnings Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun sebelum menghitung Price to Earnings Ratio (PER), investor tentu perlu mengetahui Earnings Per Share (EPS) atau laba bersih per lembar saham terlebih dahulu. Jika nilai EPS positif, ini sama artinya perusahaan sedang mendulang profit. Sedangkan kalau negatif maka perusahaan tersebut sudah dapat dipastikan sedang merugi. Adapun cara menghitung EPS yakni dengan membagi laba bersih perusahaan dalam setahun dengan jumlah saham yang beredar.

Dapat pula dikatakan semakin besar angka EPS berarti laba perusahaan semakin baik. Namun demikian, EPS yang tinggi tidak selalu mencerminkan laba perusahaan yang besar karena hal itu juga bisa dipengaruhi oleh sedikitnya jumlah saham yang beredar.

Selanjutnya rasio Price to Earnings Ratio (PER) menunjukkan perbandingan harga saham sekarang dengan laba bersih perusahaan per lembar sahamnya (EPS). PER ini penting karena memberikan informasi terkait nilai wajar suatu perusahaan. PER yang rendah kerap memikat investor untuk segera mengoleksinya karena PER yang rendah menunjukkan laba yang tinggi bila dibandingkan dengan harga sahamnya. Adapun rumus PER berasal dari Harga Saham Terakhir di bagi EPS.

Nah, sebagai investor yang cerdas tentu juga tidak boleh mengabaikan rasio Price to Book Value (PBV) untuk menentukan nilai wajar sebuah saham. Namun sebelum PBV, perlu dihitung Book Value Per Share (BVPS) atau nilai ekuitas yang dimiliki perusahaan per lembar saham. Cara menghitung BVPS yakni ekuitas perusahaan yang terakhir dibagi jumlah saham yang beredar. Jika BVPS negatif ini sama artinya emiten lagi menderita defisiensi modal. Adapun rumus PBV yakni Harga Saham Terakhirdi bagi Nilai buku per lembar sahamnya.

Biasanya indikator untuk mengukur saham sedang murah dari sisi PER yakni PER < 100.0x dan PBV < 2.0x. Namun, ukuran ini juga tidak perlu kaku-kaku amat karena ukuran tiap industri juga pada dasarnya tidak sama. Oleh sebab itu, ada baiknya membandingkan valuasi ini dengan emiten lainnya di industri yang sama dan membandingkan dengan valuasi emiten tersebut di tahun-tahun sebelumnya untuk mendapatkan analisis yang komprehensif.

 

 

Ikuti tulisan menarik Johanes Sutanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB