x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 12 Juli 2021 17:44 WIB

Ketimbang Ngebong, Mending Bantu yang Isoman dan Belum Bisa Jualan Nasgor

Bila dijejer, banyak banget orang yang butuh pertolongan di musim Corona ini. Jadi, bagi yang tajir mlintir dan bingung mau diapain duit yang menggunung itu di saat gak boleh kemana-mana, ya lebih baik menyalurkannya ke saudara-saudara kita yang belum bisa buka warung nasgor. Jauh lebih berfaedah kan ketimbang ngebong dan bengong: mau diapain ya duit ini?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Salah gak jika kita membayangkan bahwa para sultan yang tajir mlintir dalam keadaan sangat aman sentosa dari kemungkinan terpapar virus Corona dibandingkan kebanyakan orang. Mereka tinggal di rumah-rumah besar yang memungkinkan jaga jarak antar penghuni rumah. Mereka jarang berbelanja ke pasar tradisional sehingga terhindar dari risiko bertemu kerumunan yang sedang menawar sayur dan cabe.

Jika ingin berbelanja, mereka tinggal menyusuri online-mall sembari rebahan atau nonton American football; jika bosan, ya buka-bukan Netflix. Ingin santap siang atau malam, jika tak memungkinkan keluar karena kota sedang di-pe-pe-ka-em darurat, mereka tinggal menyusuri menu-menu yang diminati di aplikasi gofood atau grabfood.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika gak ada makanan luar yang cocok atau lagi bosan, mereka mampu menyewa chef untuk memasak di dapur sendiri sembari ikut-ikut mengupas wortel atau kentang. Juga sembari beraksi di depan kamera buat ngisi vlog. Tak peduli mesti menggaji tinggi, asalkan tetap bisa makan enak dan puas kreasi chef pesohor.

Bayangkanlah, saat beraksi di dapur, chef-chef ini harus memakai sarung tangan yang disterilkan lebih dulu. Bahan-bahan masakan, termasuk daging, kentang, wortel, bawang merah bawang putih, semua harus dibersihkan dengan cara tertentu. Pemasok bahan makanan disortir harus sanggup memenuhi kriteria kebersihan. Begitu ada sayuran busuk terkirim, pemasok akan langsung masuk daftar hitam.

Para sultan ini tak tergoyahkan oleh wabah, mereka bahkan semakin tajir, semakin nyultan, karena investasi bertebaran, jika satu merosot, masih ada lainnya yang mendongkrak. Ekonom Faisal Basri berkata, seperti dikutip media, jumlah yang kaya dan meningkat jadi superkaya bertambah. Jangan bayangkan mereka kehabisan masker nomor satu, oksigen supermurni, oximeter dan thermogun paling akurat, bahkan tokonya pun mereka bisa peroleh dalam sekejap.

Dengan ketajiran yang melimpah ruah itu, lalu mengapa masih perlu ngebong? Pertanyaan ini sebenarnya beraroma naif juga, sebab jika diubah menjadi sudah gak tajir ngebong pula? Tapi, biarpun berbau naif, itu mungkin jadi pertanyaan orang kebanyakan yang umumnya membayangkan bahwa ketajiran dan kesultanan berbanding lurus dengan kebahagiaan.

Dalam kondisi normal, yang gak tajir pasti berbahagia manakala bisa bekerja di pabrik atau menjadi kurir walaupun diterpa panas dan hujan, atau berjualan kopi atau nasi goreng di kaki lima, lalu dilanjutkan setiba di rumah berkumpul dengan keluarga. Bahagia walaupun tubuh lelah. Dalam kondisi normal, yang tajir mungkin mencari kebahagiaan di tempat-tempat yang hanya sedikit orang bisa mengunjunginya atau menggelar party-party [mestinya parties ya?]. Begitulah, rasa kebahagiaan itu mungkin berbeda-beda bagi yang tajir dan yang tidak, walaupun kebahagiaan yang sejati mestinya sama; mestinya loh...

Apakah ngebong itu mendatangkan kebahagiaan bagi yang tajir? [ah, ini pertanyaan naif yang diajukan yang tidak tajir dan tidak ngebong]. Ataukah ngebong itu pelarian yang dieksploitasi oleh pebisnis yang menangguk cuan dari peredaran narko? Katakanlah, pelarian karena selama pandemi tak bisa party-party, tak bisa ke Raja Ampat, tak bisa sarapan pagi di Macao lalu makan malam di Illa Tagomayo atau Maldives. Lantas buat apa jika ketajiran yang berlimpah tak bisa dinikmati? Barangkali begitu mikirnya, barangkali loh..

Tapi, sejujurnya dari sudut pandang yang tidak tajir, ketimbang ngebong memang lebih baik membantu yang sedang isoman—banyak yang tertampung di Wisma Atlet atau Asrama Haji maupun tempat-tempat lain. Mau isoman di rumah serba susah sebab ukuran hanya 35 atau 48 meter persegi padahal gak tinggal sendirian. Belum lagi mereka yang tak bisa jualan nasi goreng, sebab jam 7 malam kaki lima tak boleh berdagang. Ditambah lagi yang dibujuk agar tinggal di rumah sementara waktu, sampai pabrik boleh beroperasi lagi.

Bila dijejer, banyak banget orang yang butuh pertolongan di musim Corona ini. Jadi, bagi yang tajir mlintir dan bingung mau diapain duit yang menggunung itu di saat gak boleh kemana-mana, ya lebih baik menyalurkannya ke saudara-saudara kita yang belum bisa buka warung nasgor. Jauh lebih berfaedah dan mendatangkan kebahagiaan ketimbang ngebong dan bengong: mau diapain ya duit sebanyak ini? Bisa beli sembako, bermacam-macam vitamin, telor ayam, sampai masker dan oksigen, membuka dapur umum, lalu dibagi-bagi gratis kepada masyarakat yang membutuhkan. Dengan begitu, wahai para sultan, maka kalian pun bahagia dan akan jadi pahlawan kemanusiaan. >

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler