Puisi, perjalanan, dan segala entah

Roberto Mancini yang Membuat Football Coming Home

Senin, 12 Juli 2021 14:30 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Beberapa jam lalu semua itu telah tercapai ketika Italia menjuarai Euro 2020. Pada saat itulah Mancini sebenarnya juga membuat football coming home, sepak bola kembali ke filosofi sebermula-nya. Bal-balan adalah soal permainan beregu. Bukan tentang keunggulan individu. Forza!

Roberto Mancini bersedia menjadi pelatih timnas Italia, pada 5 tahun lalu, karena tidak ada orang lain yang mau. Kegagalan Italia menembus putaran final Piala Dunia 2018, membuat jabatan allenatore jadi kursi panas. Tak seorang pun punya nyali menggantikan pelatih pecatan Gian Piero Ventura.

"Banyak yang takut masuk ke dalam situasi sulit, namun sepakbola juga terbentuk dari momen-momen seperti ini. Kamu hanya perlu memiliki sedikit rasa percaya diri dan keyakinan pada kualitas pemain-pemain muda," kata Mancini memberi alasan.

Mancini masuk dan ia melakukan revolusi. Gaya permainan Gli Azzurri ia putar arahnya 180 detrajat. Dari sepakbola bertahan, menjadi sepakbola menyerang. Dan agar revolusi tidak mati muda, dia melakukan penyegaran pasukan. Banyak talenta anyar ia rekrut, seperti Vincenzo Grifo, Sandro Tonali, Stefano Sensi, Jorginho, Federico Chiesa, Nicolo Zaniolo, dan lain-lain.

Rumus Mancini lainnya adalah tak ada kasta diantara pemain. Pesepakbola bintang dan mereka yang belum punya caps (jam terbang di timnas), berpeluang sama masuk permainan awalan (starting eleven). Tak ada pemain utama dan pelapis. “Semua adalah pemain utama,” kata dia. Sepakbola Mancini adalah permainan tim, mereka yang paling siap memainkan skema itu, masuk lapangan untuk bertempur!

Itu sebabnya Mancini tak ragu memanggil pemain macam Zaniolo, yang di klub-nya, AS Roma, lebih banyak duduk di bangku cadangan. Di Timnas Zaniolo memberikan bukti, dan ia kemudian jadi bintang baru di klubnya.

Mancini juga tak ragu mengirim pulang pemain yang gagal memenuhi harapannya. Dan itu tidak hanya menimpa satu-dua pemain saja. Total ada 61 punggawa bal-balan yang keluar masuk selama Mancini memimpin timnas.

Hanya satu tujuan Mancini melakukan itu semua, yakni mengembalikan marwah sepak bola Italia ke tempat terhormat. Ia ingin membangkitkan para tifosi yang merasa terlunta-lunta, dengan rentetan kemenangan di lapangan hijau.

Ia ingin  lagu kebangsaan Italia Fratelli d'Italia dikumandnagkan lagi dengan penuh kebnaggan, termasuk saat sampai pada lirik Stringiamoci a coorte, siam pronti alla morte (mari bersatu, kami rela mati) …

Beberapa jam lalu semua itu telah tercapai ketika Italia menjuarai Euro 2020. Pada saat itulah Mancini sebenarnya juga membuat football coming home, sepak bola kembali ke filosofi sebermula-nya. Bal-balan adalah soal permainan beregu. Bukan tentang keunggulan individu.

Forza!

Bagikan Artikel Ini
img-content
Tulus Wijanarko

Editor Indonesiana

1 Pengikut

img-content

Menjejak Puncak Lawu Setelah 35 Tahun

Minggu, 6 Oktober 2024 08:19 WIB
img-content

Karena Kami Jijik Kepadamu

Kamis, 22 Agustus 2024 05:58 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Viral

Lihat semua