x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Rabu, 28 Juli 2021 12:27 WIB

Standar Ganda, Mau Menghakimi Orang tapi Tidak Mau Dihakimi

Zaman begini banyak orang menuntut orang lain menerima pendapatnya. Tapi dirinya tidak mau menerima pendapat orang lain. Orang berstandar ganda, aneh

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apakah Hidup Kamu Ber-standar Ganda? Silakan Cek

Katanya, minat baca orang Indonesia itu rendah. Tapi kata yang lain, akses buku bacaan yang tidak tersedia di banyak tempat. Jadi yang benar apa? Minat rendah atau akses buku tidak ada? Bingung kan.

Ada lagi contoh. Ada orang yang menuntut orang lain untuk menerima pendapatnya. Tapi di saat lain, dirinya sendiri langsung menolak pendapat yang bertentangan dengan pikirannya. Bingung lagi kan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Banyak orang bilang dirinya open minded. Tapi giliran berbeda pendapat ditolak. Berbeda pilihan langsung bikin “garis pembatas”. Katanya pikiran terbuka. Tapi pendapatnya mau diterima orang lain. Giliran pendapat orang lain yang berbeda buru-buru dibantah lalu dicari alasan ilimiahnya. Pasti bingung lagi kan.

Saat masih miskin. Selalu menuding orang kaya itu egois. Tidak mau menolong orang miskin. Orang disebut kapitalis, menumpuk harta dilarang dalam agama. Eh, saat sudah kaya. Justru orang miskin yang dituding sebagai orang malas. Tidak mau kerja keras, dianggap kaum yang maunya ditolong. Makin bingung lagi kan.

Zaman boleh maju, era boleh digital. Tapi di saat yang sama, kualitas orang-orangnya belum tentu jadi lebih baik. Karena terlalu percaya pada pikirannya sendiri. Hidupnya ber-standar ganda.

Standar ganda itu sikap. Orang yang tidak tidak konsisten dalam menilai sesuatu. Bilangnya objektif tapi nyatanya lebih memihak pada pikiran dirinya sendiri. Standar ganda itu bisa disebut hipokrit. Lebih umum lagi disebut orang munafik. Bermuka dua dalam menetapkan standar.

Kenapa banyak orang ber-standar ganda?

Karena mereka lebih gemar dan terbiasa ‘menakar dan mengukur’ orang lain pakai takaran pikirannya sendiri. Kerap menilai orang lain dari ‘sudut pandang’ dirinya sendiri. Dan tidak mampu memahami orang lain dari sudut pandang yang berbeda.

Maka standar ganda itu persoalan literasi. Gagalnya orang memahami realitas. Tidak berani berbeda dan hanya mau menang sendiri. Orang-orang ber-standar ganda. Hanya mau menuntut orang lain bersikap dan berbuat seperti yang dia mau. Tapi dirinya sendiri tidak mau melakukannya untuk orang lain.

Apa artinya standar ganda?

Artinya sederhana. Bila tidak mau dihakimi maka jangan menghakimi orang lain. Bila mau dimaafkan saat berbuat salah maka jangan menghukum orang yang salah. Tapi berani memaafkan orang yang bersalah.

Maka tantangan gerakan literasi itu sangat berat. Bukan hanya sekadar soal minta membaca atau akses bacaan. Tapi mengubah cara berpikir banyak orang agar tida ber-standar ganda. Karena standar terbaik dalam hidup itu harusnya bukan bersandar pada pikiran sendiri. Tapi fokus menghitung jumlah orang yang telah dibantu oleh kita. Seberapa manfaat kita untuk orang lain.

Hindari standar ganda. Jauhi mau menag sendiri. Agar jangan sampai, kita sujud tapi tidak tahu kenapa kita harus sujud? Salam literasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler