x

Iklan

Puji Handoko

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 November 2020

Kamis, 29 Juli 2021 08:53 WIB

Efisiensi yang Dilakukan Pertamina untuk Memastikannya Tetap Berjalan di Atas Relnya

Langkah Pertamina untuk melakukan restrukturisasi merupakan sinyal yang baik terhadap komitmen perusahaan pelat merah itu dalam mengemban tugasnya. Dengan berbagai penghematan yang dihasilkan, perusahaan akan semakin lincah dan memiliki daya saing tinggi. Ini penting untuk mengawal perusahaan raksasa seperti Pertamina agar tetap berjalan di rel yang semestinya.  

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pemerintah terus berupaya meningkatkan efisiensi perusahaan negara. Oleh sebab itu beberapa perombakan dilakukan, agar perusahaan negara tetap lincah dan mampu menjawab tantangan. Ini memang bukan perkara mudah, sebab masing-masing perusahaan negara memiliki karakteristik yang berbeda.

Sejalan dengan itu, masing-masing perusahaan negara juga berusaha mewujudkan cita-cita itu, untuk mewujudkan tata kelola yang baik dan sehat. Pertamina misalnya, perusahaan yang berkecimpung di bidang energi itu terus melakukan efisiensi. Apalagi di tengah pandemi yang menyebabkan jumlah konsumsi BBM menurun, dan sebelumnya harga minyak mentah juga sempat anjlok. Pertamina terbukti terus mencetakkan laba dengan berbagai upaya pemangkasan pengeluaran.

Pertamina dikabarkan telah melakukan restrukturisasi setahun terakhir ini. Pertamina telah berhasil menekan cost inventory menjadi 47,9 juta barel atau setara dengan dengan US$3,1 miliar. Jumlah yang sangat besar itu tentu bisa dialihkan untuk keperluan lain yang lebih mendesak. Sebelumnya, pada 2020 jumlah yang bisa ditekan sebesar 80 juta barel atau setara US$5,2 miliar. Dari sana terdapat penurunan biaya 40 persen atau US$2,1 miliar, jumlah itu kemudian digunakan untuk kegiatan lainnya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penghematan tersebut diperoleh dari upaya integrasi operasional yang telah berjalan di Direktorat Logistik dan Infrastruktur Pertamina di tingkat holding. Peran strategis sebagai integrator operasional tersebut untuk memastikan distribusi energi ke seluruh pelosok negeri berjalan aman dan lancar. Sebab tujuan utama perusahaan negara adalah menunaikan amanat yang dibebankan pada mereka. Penghematan tidak berarti jika itu membuat kinerja perusahaan terganggu.

Sebagai integrator operasional, seluruh penugasan-penugasan dari pemerintah ke Pertamina dipastikan berjalan baik. Misalnya pendistribusian bahan bakar Jenis BBM Tertentu (JBT) dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP), distribusi LPG 3 kg kepada masyarakat, penyaluran BBM 1 Harga. Selain itu juga terkait pembangunan infrastruktur BBM/LPG di Indonesia Bagian Timur, dan gasifikasi di 56 pembangkit PLN.

Dengan tugas tersebut, Direktorat Logistik dan Infrastruktur harus memastikan keandalan seluruh infrastruktur dan jaringan distribusi yang dimiliki holding. Dengan demikian, tugasnya tetap bisa berjalan sinergis di tengah restrukturisasi yang sedang dijalankan. Hal itu penting untuk memastikan proses yang sedang berjalan sudah sesuai perencanaan.

“Hal ini menjadi concern kami agar masing-masing subholding, anak perusahaan dan afiliasinya tidak berjalan sendiri-sendiri. Semuanya harus inline karena saat ini infrastruktur yang kami jalankan harus sesuai dengan kebutuhan market dan energy mix,” kata Direktur Logistik & Infrastruktur Pertamina Mulyono.

Keseimbangan antara layanan masyarakat dan optimasi target keuntungan untuk Pertamina harus terpenuhi, dengan cara menekan biaya, sinergi, dan optimasi di semua subholding. Hal itu tentu harus dilakukan dengan perhitungan yang cermat dan hati-hati. Jangan sampai terjadi kesalahan yang menyebabkan terbengkalainya penugasan yang telah diberikan.

Oleh sebab itu masing–masing subholding harus mandiri dan lincah untuk mengambil keputusan yang efektif dan efisien. Subholding harus fokus melakukan efisiensi, namun efisiensi ini tetap harus memberikan manfaat atau benefit bagi Pertamina Group.

Pertamina melalui Direktorat Logistik & Infrastruktur juga terus melakukan percepatan dan sinergi untuk penugasan proyek pemerintah dan pembangunan infrastruktur distribusi energi. Tak hanya cepat, proyek itu juga dipastikan harus mendukung industri dalam negeri dengan penyerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang harus sesuai target. 

“Kami juga harus memastikan penugasan pemerintah terkait penyerapan TKDN harus sesuai target. Pada 2020, target implementasi TKDN 25 persen dan 2021 sebesar 30 persen. Saat ini, Pertamina Group mampu merealisasikan TKDN di atas 50 persen,” kata Mulyono.

Langkah Pertamina untuk melakukan restrukturisasi merupakan sinyal yang baik terhadap komitmen perusahaan pelat merah itu dalam mengemban tugasnya. Dengan berbagai penghematan yang dihasilkan, perusahaan akan semakin lincah dan memiliki daya saing tinggi. Ini penting untuk mengawal perusahaan raksasa seperti Pertamina agar tetap berjalan di rel yang semestinya.

 

Ikuti tulisan menarik Puji Handoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler