x

CR7

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 31 Juli 2021 16:36 WIB

Pandai Bersyukur dan Pandai Berterima Kasih ala CR7

Pandai bersyukur dan pandai berterima kasih ala CR7, menjadi teladan yang wajib tumbuh dan dirawat dalam pikiran dan hati setiap manusia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menarik. dalam ibadah Salat Jumat, 30 Juli 2021, di Komplek Perumahan saya, dengan protokol Covid-19 ketat, khatib menyampaikan khutbah yang berisi pesan-pesan moral dengan mengambil keteladanan seorang pesepak bola, Cristiano Ronaldo yang dikenal oleh publik dunia dengan sebutan CR7.Lebih menariknya lagi, CR7 yang menjadi idola para pesepak bola mulai dari usia muda, milenial, hingga orang dewasa di seluruh penjuru dunia ini, diungkapkan sisi keteladanannya yang pandai bersyukur dan pandai berterima kasih ini dari hasil jerih payahnya sendiri, hasil kerja dengan keringatnya sendiri, bukan dengan harta orang lain, apalagi harta rakyat. Juga bukan model berterima kasih para pejabat pemerintah dan parlemen di Indonesia, karena faktor kepentingan dan bagi kue kekuasaan, dan uang rakyat.

Karenanya, dari keteladanan CR7, yang hanya bekerja sebagai pesepak bola profesional, lalu menjadi bintang iklan dll, dapat disimpulkan bahwa di tengah pandemi corona yang berkepanjangan, saya kembali diingatkan bahwa dalam kondisi apa pun, sebagai manusia biasa, rasa syukur dan pandai berterima kasih, wajib terus melekat pada diri saya, sebab pandai bersyukur dan berterima kasih itu akan sangat mudah luntur oleh sesuatu dan keadaan yang mempengaruhi dan menghimpit manusia di alam dunia.

Lihatlah ucapannya, jangan lihat orangnya

Sepanjang kehidupan saya, sejak kecil, lalu bersekolah di TK, SD, SMP, SMA, PT, dan saat mengikuti kegiatan keagamaan di berbagai tempat, menyoal menjadi manusia yang pandai bersyukur dan pandai berterima kasih ini, entah sudah berapa kali saya dengar, namun meski sudah tak bisa dihitung berapa kali pesan agar saya menjadi seseorang yang pandai bersyukur dan pandai berterima kasih ini, sering sekali mudah luntur bila tak terus dirawat dan dijaga dengan kecerdasan otak dan kecerdasan emosi.

Menyangkut pesan tentang pandai bersyukur dan pandai berterima kasih ini, bahkan akan terus merasuk dalam pikiran dan hati, meski dilontarkan atau diingatkan oleh orang tua, guru, khatib, bahkan oleh siapa pun, sebab sejak kecil, saya juga sudah terbiasa dengan nasihat:

Perhatikanlah ucapannya jangan memperhatikan yang mengucapkan!

Oleh sebab itu, setiap ada pesan dan nasihat agar saya menjadi orang yang pandai bersyukur dan berterima kasih ini, siapa pun yang menyampaikan, selalu saya ambil hikmahnya, bahwa pandai bersyukur dan pandai berterima kasih adalah sebuah kebenaran dan kebaikan untuk kehidupan manusia di dunia yang balasannya akan diperhitungkan di duniaNya kelak

Jadi, bila kita menerima pesan dan nasihat kebenaran dan kebaikan yang datang, walaupun berasal dari orang jauh, orang yang mungkin kita tidak suka atau bisa jadi kita benci dll, maka lihatlah, dengarlah pesan dan nasihatnya, jangan lihat orangnya.

Sebaliknya, kita harus menolak pesan dan nasihat yang batil,  walaupun berasal dari orang dekat atau orang yang kita cintai dan sayangi sekali pun.

Mengapa saya ungkap menyoal perhatikanlah ucapannya jangan memperhatikan yang mengucapkan?

Pertama, saya sering berbagi dalam bentuk tulisan. Bila dalam tulisan yang saya bagikan ada hal yang baik, ada hal kebenaran dan kebaikan dari Nya untuk manusia, maka bagi siapa saja yang tahu betul dan mengenal siapa diri saya, khususnya bagi yang tidak suka atau benci kepada saya, maka lihatlah saja hal kebenaran dan kebaikan dari Nya saja, bukan melihat diri saya.

Namun, bila dalam tulisan-tulisan saya ada hal yang jauh dari kebenaran dan kebaikan, bagi teman dan sahabat tercinta, tolong abaikan pesan dan hal yang tidak benar dan tidak baik.

Kedua, pesan dan nasihat yang dijadikan teladan oleh Khatib, kebetulan CR7 dengan segala kebenaran dan kebaikan berdasarkan fakta-fakta dan data. Bisa jadi, ada publik atau masyarakat yang tidak menjadikan CR7 sebagai idola baik secara pribadi dan hal lainnya, untuk itu bagi yang tidak mengidolakan dan tidak suka atau bahkan benci kepada CR7, maka jangan lihat CR7nya, lihatlah saja jejak teladan dan kebaikannya.

Ketiga, pesan dan nasihat tentang keteladan CR7, kebetulan juga disampaikan oleh Khatib dalam mimbar Jumat. Maka, mungkin saja ada pihak yang tak berkenan, merasa tersindir, dan lain sebagainya, maka janganlah lihat sosok Khatibnya, lihatlah apa isi pesan dan amanah khutbahnya.

Dengan demikian, minimal kita sudah menjadi bagian orang-orang yang pandai bersyukur dan pandai berterima kasih, sebab sudah diberikan pengingatan untuk charger, pengisi daya untuk hati dan pikiran kita agar terus dapat menjaga dan merawat sifat, sikap, dan karakter dalam diri kita untuk menjadi manusia yang tahu bersyukur dan tahu berterima kasih.

Keteladanan CR7

Masyarakat Indonesia, tentu banyak yang tak asing dengan CR7, pasalnya, dia pernah berkunjung ke Aceh untuk memberikan dukungan dana dan moral kepada masyarakat Aceh yang terkena musibah tsunami saat itu? Bahkan,  di Aceh dia dipertemukan dengan Martunis bocah berusia 8 tahun yang selamat dari gelombang tsunami setelah bertahan di atas pohon selama 21 hari.

Kebetulan saat itu, Martunis memakai kostum timnas Portugal dengan nama Diego Costa. Hal ini pun menarik CR7 untuk mengangkat Martunis menjadi anak angkatnya.

Dalam khutbah, Khatib juga menyampaikan hal yang saya yakin sudah banyak diketahui oleh publik sepak bola dunia menyoal karakter CR7 seperti tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol.

Mengapa CR7 tak merokok dan tak minum minuman beralkohol? Ronaldo memiliki pengalaman menyakitkan. Ayahnya, Jose Diniz Aveiro, meninggal karena efek keranjingan mengonsumsi minuman beralkohol. Atas kepergian ayahnya karena alkohol, Ronaldo pun bersumpah tak akan meneguk alkohol dan juga tak akan merokok selama hidupnya. Atas sumpahnya tersebut, CR7 pun menjadi semakin kuat dan cepat karena menginvestasikan waktunya dan energinya untuk berlatih.

CR7 juga tak ikut-ikutan merajah tubuhnya dengan tato. Hal simpatik ini juga dilandasi oleh alasan demi bisa terus mendonorkan darahnya kepada yang membutuhkan. Karena bila  bertato akan memengaruhi kebiasaannya dalam menyumbangkan darah, dan juga mencegah terhadap kontaminasi silang dan penyakit seperti hepatitis dll.

“Saya tidak punya tato karena sering mendonorkan darah,” kata Ronaldo kepada Diretta News.

Lebih dari sekadar tak merokok, tak minum minuman beralkohol, dan tak bertato, CR7 juga memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi.

CR7 pernah melelang sepatu emasnya seharga 30 Milyar, selanjutnya dana hasil lelang sepatu tersebut diberikan kepada sekolah-sekolah di Gaza. Para pendukung Palestina kemudian lebih menghormati CR7 karena sang superstar Portugal itu secara terbuka mendukung perjuangan mereka. Dan, jiwa sosial CR7 lainnya, selama ini juga telah dikupas di berbagai media massa dunia.

Terkait pandai bersyukur dan tahu berterima kasih dari sosok CR7, Khatib juga menyampaikan hal yang bisa jadi belum banyak diketahui masyarakat dunia dan Indonesia, khususnya menyoal langkah awal CR7 merintis karir hingga menjadi pesohor dunia.

Untuk hal pandai bersyukur dan pandai berterima kasih CR7 ini bisa dipetik dari kisah nyata yang dapat diakses di media online dengan hanya mengetik persahabatan Ronaldo dengan Albert Fantrau.

Kisah singkatnya, CR7 sangat berterima kasih kepada teman lama saya Albert Fantrau atas kesuksesannya. Saat mereka bermain bersama untuk tim yang sama di liga U-18 dan saat ada seorang scout datang berkunjung, lalu scout  mengatakan bahwa siapa pun yang mencetak gol paling banyak akan bergabung dengan akademinya.

Ternyata dalam laga itu tim CR7 menang 3-0 hasil dari 2 gol yang dicetak CR7, yaitu gol pertama dan ketiga, sementara gol kedua dibikin Albert. Khusus untuk gol ketiga, ini sangat mengesankan. Albert yang saat itu berada dalam posisi satu lawan satu dengan kiper, lalu dia mampu menipu kiper dan saya berlari di belakangnya. Ternyata Albert lebih memilih mengoper bola ke CR7. Padahal Albert tak sulit menceploskan gol ke gawang yang kosong. Di tambah ada garansi dari scout, siapa mencetak gol terbanyak akan masuk ke akademinya.

Tetapi, dengan kebesaran dan kerendahan hati, serta kesadaran dan sikap tahu diri, tahu mengukur diri, bola justru dioper ke CR7 dan CR7 lah yang akhirnya memenangkan membikin 2 gol dan mendapat tempat, pergi ke akademi.

Setelah pertandingan CR7 pun menemuinya dan bertanya mengapa? Albert menjawab karena Anda (Ronaldo) lebih baik dari saya.

Atas kisah ini, wartawan media massa pun ingin memastikan bahwa cerita bukan sekadar hoaks. Lalu, ada wartawan yang pergi ke rumah Albert dan bertanya apakah ini kisah nyata. Albert pun bilang ya. Albert juga mengatakan bahwa karir bermainnya selesai setelah pertandingan itu dan dia sekarang menganggur.

Wartawan pun menyelidik dan bertanya, bagaimana Albert memiliki rumah yang menakjubkan dan punya mobil. Terlihat seperti orang kaya, dapat menjaga dan menghidupi  keluarga. Albert pun dengan bangga menjawab: Ini dari Ronaldo.

Tahu bahwa dirinya tahu

Sikap Albert yang berbesar hati, rendah hati, tahu dan mengukur diri pun diganjar hal setimpal yang tidak pernah terbayang dan terimpikan  sebelumnya.

Bila di dunia ini, disebut ada 4 golongan manusia seperti
1. Tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu
2. Tidak tahu bahwa dirinya tahu
3. Tahu bahwa dirinya tidak tahu
4. Tahu bahwa dirinya tahu

Maka, Albert adalah sosok manusia yang tahu bahwa dirinya tahu, yaitu dia tahu kemampuannya tidak sehebat CR7, maka saat kesempatan itu diberikan kepada orang yang lebih baik dan lebih kompeten dari dirinya, maka akan mendatangkan kemasalahatan, kebaikan dan keuntungan untuk dirinya dan berbagai pihak.

Atas kebenaran dan kebaikan yang disematkan oleh sahabat bernama Albert, Ronaldo pun sukses dan lebih dikenal sebagai CR7. Kini 2021, CR7 masih hidup dan masih membela Klub hebat di tanah Italia dan masih akan memperkuat Portugal di Piala Dunia Qatar 2022.

Atas kehebatan dan kerendahan hati Albert pun, CR7 bersyukur dan berterima kasih, karena CR7 ibarat kacang, dan Albert adalah kulitnya. Itulah kisah keteladanan CR7 yang pandai bersyukur dan berterima kasih dan keteladanan Albert yang rendah hati.

CR7 berterima kasih kepada orang yang telah mengantar dan membantu kesuksesannya di dunia, dengan jerih payahnya, dengan kerja hasil keringatnya. Bukan dari uang keluarga, saudara, teman, sahabat, apalagi uang yang bukan haknya atau uang rakyat dan hasil dari korupsi. Juga bukan sekadar bagi-bagi rezeki karena ada kepentingan-kepentingan.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler