x

Talent digital di era disrupsi

Iklan

Dr Ing Salman ST MSc

Dosen Teknik Mesin Universitas Mataram
Bergabung Sejak: 31 Mei 2020

Selasa, 3 Agustus 2021 00:21 WIB

Berakhlak di Dunia Digital

Sebuah kesadaran yang menopang iklim baik sangka, pikiran positif, dan proaktivitas pada kemaslahatan. Khusunya kemampuan pengendalian diri dalam memanfaatkan layanan teknologi informasi yang kian canggih. Inilah Akhlak Digital. Segenap perangkat, sistem, teknologi, jaringan, dan platform digital, difungsikan semata-mata untuk menebar kemaslahatan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Arus utama Revolusi Industri 4.0. yang berbasis digital ditandai oleh minimal empat karakter dasar. Real time, akselerasi, virtualitas, dan disrupsi. Dua yang pertama terkait dengan efisiensi waktu dan efektivitas perencanaan. Sedangkan dua yang terakhir berhubungan dengan pergeseran fungsi dan pergantian peran.

Yang pertama, memanjakan manusia sebagai pengguna perangkat teknologi informasi. Layanan serba cepat dan akurat bukan hanya dinikmati, tapi juga menopang sebuah gaya hidup baru era milenial. Yang kedua, bagai pisau bermata dua. Khususnya jika ditilik dengan perspektif yang sederhana. Di satu sisi, menopang integrasi sistem yang menghadirkan kemudahan layanan multidimensi dan sekaligus multimedia. Terutama tele-manajemen yang harus menekan peluang risiko dan mengedepankan manfaat yang terukur.

Baik benda umum maupun orang, semuanya dihadirkan secara maya (virtual, seolah nyata) dengan segenap karakter yang dimiliki oleh obyek yang sebenarnya. Hal ini akan memudahkan pengembangan sistem untuk mengantisipasi dinamika tantangan kebutuhan manusia. Karena apapun kondisinya, layanan tetap harus berkualitas. Customer is the king. Pelanggan adalah raja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan mempertimbangkan keamanan dan akurasi kendali, manusia kadang harus diganti dengan algoritma program. Atau bahkan oleh robot, demi memenuhi target yang terukur. Itulah disrupsi. Karena itu, pada sisi yang lain, virtualisasi dan disrupsi menggeser peran dan fungsi sumberdaya manusia pada bidang tertentu. Jika kurang kreatif, fenomena ini bisa diklaim sebagai biang pengangguran. Padahal itu semua tidak lain adalah sebuah gerak revolusi teknologi digital. Kehadirannya sangat dibutuhkan sehingga kecenderungan imbas negatifnya perlu dikelola secara manusiawi.

Akhlak Digital perlu diserap formula substansialnya. Lalu dikemas dalam merespon Revolusi Industri 4.0. Seiring waktu, perilaku manusia kian ditantang untuk makin dewasa dan arif. Khususnya ketika menghadapi sedikit gangguan atas kenikmatan gaya hidup yang dijalaninya.

Bersyukur ketika layanan real time dengan akselerasi tinggi menghadirkan kebutuhannya tepat waktu. Sebaliknya, pun perlu bersabar saat pihak pelayanan jasa sedikit mengalami kendala. Terutama yang disebabkan oleh trouble sistem telekomunikasi yang berada di luar keinginan semua pihak.

Respons positif juga penting atas terobosan baru. Yang menjadikan sistem layanan makin apik, terkendali, dan produktif, karena ditetapkannya virtualisasi dan disrupsi. Inspirasi dan motivasi perlu mengawal kreativitas, sehingga setiap sosok sumberdaya manusia tidak akan kehabisan inovasi dan kiat kontribusi. Dibutuhkan kesadaran sosial baru untuk menyambut penerapan Revolusi Industri 4.0.

Sebuah kesadaran yang menopang iklim baik sangka, pikiran positif, dan proaktivitas pada kemaslahatan. Khusunya kemampuan pengendalian diri (self control) dalam memanfaatkan fasilitas layanan teknologi informasi yang kian canggih. Inilah Akhlak Digital. Sebentuk tindak lanjut dari misi suci Nabi. Misi tunggal yang dideklarasikan sekitar 14 abad silam. "Sesungguhnya aku tidak dibangkitkan kecuali untuk menyempurnakan perilaku yang mulia".

Menyempurnakan perilaku mulia. Tepat sekali, dan sangat signifikan. Nabi hanya bertugas melakukan penyempurnaan. Karena pada diri setiap insan hakikat dasar kemuliaan itu sudah ada. Yakni pada anasir Fitrah. Selalu menyertai kehadiran setiap manusia yang dilahirkan ke muka bumi. Paket substansi nilai yang seyogianya mewarnai setiap kiprah manusia. Fluktuasi masalah dan variasi dilema kehidupan mestinya bisa diamankan dengan menghadirkan nuansa fitrah sebagai perisainya. Mustika insani yang harus mengemuka dalam kemuliaan perilaku.

Penyempurnaan dibutuhkan senantiasa. Karena, hanya dengan begitu maka manusia memiliki ketangguhan beradaptasi. Tampil solutif dalam segala situasi. Selalu berkomitmen mengedepankan yang terbaik. Kapan pun dan di mana saja.

Kini, amanah penyempurnaan perilaku mulia itu perlu ditunaikan. Dengan mengemas dan merawat Akhlak Digital, merespons dinamika milenial. Sebuah kesadaran kontributif menyikapi Revolusi Industri 4.0. Bukan sebaliknya. Mengumbar celoteh galau sarat prasangka negatif karena miskin kreativitas.

Dengan mengembangkan Akhlak Digital, bukan hanya manusia akan makin eksis di tengah jagat informasi. Tapi juga makin terdepan menebar manfaat bagi sesama. Ini pesan lain terkait dari Nabi akhir zaman itu. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.

Berminat menjadi manusia eksis? Terapkanlah Akhlak Digital. Meneladani Nabi: santun dan bijak penuh empati dalam segala situasi. Memfungsikan segenap perangkat, sistem, teknologi, jaringan, dan platform digital, semata-mata untuk menebar kemaslahatan. Menjunjung tinggi kemuliaan martabat manusia. Dengan begitu, anda tidak hanya berpeluang memiliki bargaining position yang kuat. Namun juga, siap menyerap syafa'at Nabi di akhirat nanti. Insyaa Allah, semoga!.

Ikuti tulisan menarik Dr Ing Salman ST MSc lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu