x

uang koin

Iklan

Dr Ing Salman ST MSc

Dosen Teknik Mesin Universitas Mataram
Bergabung Sejak: 31 Mei 2020

Senin, 9 Agustus 2021 10:32 WIB

Indonesia Keluar dari Resesi? Huznudzon Sajalah

Indonesia berhasil keluar dari resesi? Adakah berita bahwa ekonomi nasional kita yang tumbuh hingga 7,07% pada kuartal ke II tahun 2021 ini memiliki makna bagi rakyat kebanyakan? Rakyat kebanyakan tak mengerti makna angka-angka itu. Bagi banyak orang, apa kemudahan yang hari ini dapat dinikmati, adalah apa yang menjadi ukuran.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia berhasil keluar dari resesi? Adakah berita bahwa ekonomi nasional kita yang tumbuh hingga 7,07% pada kuartal ke II tahun 2021 ini memiliki makna bagi rakyat kebanyakan?

Tidak.

Rakyat kebanyakan tak mengerti makna angka-angka itu. Bagi banyak orang, apa kemudahan yang hari ini dapat dinikmati, adalah apa yang menjadi ukuran. Pingin makan apa hari ini bukan apa yang bisa dimakan hari ini adalah contoh sederhana bagi ukuran itu sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Faktanya, banyak dari saudara kita yang kini kesulitan. Banyak dari mereka dalam posisi bukan ingin makan apa tapi tak tahu apa yang bisa dimakan hari ini.

Mereka dirumahkan, namun bantuan yang sudah direncanakan oleh negara tak juga kunjung tiba. Regulasi tak mudah dicerna, faktanya sering hanya menguntungkan segelintir pihak. Mereka yang dapat bantuan adalah mereka yang punya.

Pingin tetap bekerja, berhadapan dengan aparat. Tak berangkat kerja, dapur tak ada lagi asap terlihat mengepul dan tangis anak kelaparan pasti bukan suara merdu ingin didengar.

"Adakah makna harapan pada angka pertumbuhan itu?"

Seperti kita menanam, tumbuh adalah berita baik. Pun tumbuh 7,07% dalam bidang ekonomi, itu pasti terkait hal baik bagi ekonomi negara kita.

Bila itu baik bagi negara, sederhana harapan rakyat adalah berimbas baik pula bagi rakyatnya. Paling tidak itu terkait dengan mudah rakyat mendapatkan pekerjaan. Sesederha itu saja.

Bukankah data berbicara bahwa tiap 1% pertumbuhan ekonomi akan mampu menyerap 110.000 tenaga kerja?

Angka ini memang jauh jika dibandingkan dengan data tahun 2011, di mana tiap 1% pertumbuhan ekonomi dapat menyerap 225.000 tenaga kerja.

Bila benar, itu tentu patut kita apresiasi. Paling tidak, resesi panjang sejak awal tahun 2020 yang lalu tak berlanjut dalam ketidakpastian. Ada harapan bahwa angka pertumbuhan positif ini mencerminkan kinerja bagus dari pemerintah.

"Bohong..!! Buktinya, kita semua hari ini justru makin sengsara, kan?"

Seperti rapor sekolah pada anak kita, merah dan hitam angka tertera di sana adalah tentang prestasi. Semakin tinggi angkanya, semakin bagus pula ukuran pencapaian anak itu.

Sama seperti rapor anak kita yang kita ambil hari ini, itu adalah perjuangan dia selama semester yang lalu, demikian pula angka 7,07% pada raport negara. Itu adalah nilai kuartal II. Itu adalah capaian negara pada bidang ekonomi untuk bulan April-Juni. Raport bagus itu baru bulan Agustus diberitahukan pada kita.

Saat ekonomi kita sedang mulai bagus pada kuartal II 2021 ini, kita justru harus dirumahkan kembali karena adanya penyebaran virus varian Delta yang dianggap sangat berbahaya dengan diberlakukannya aturan PPKM Darurat.

Itu dimulai sejak 3 Juli 2021 hingga hari ini meski sebutannya telah dirubah menjadi PPKM Level 4. Itu pula yang kini membuat kita merasa tak logis atas munculnya berita baik pertumbuhan ekonomi kita yang mencapai 7,07%.

Kenapa? Karena fakta berbicara lain. Karena pada bulan Agustus ini faktanya adalah kita sedang sangat sulit. Kita diberi kabar bahwa ekonomi kita membaik saat perut kita lapar. Itu seperti paradoks.

"Maksudnya?"

Situasi sulit yang kita rasakan hari ini baru akan tercermin dan dilaporkan sekitar bulan November nanti. Bulan Juli hingga September sebagai kuartal III dengan segala implikasinya atas penerapan PPKM Darurat dan hingga Level 4 ini dapat dilihat dari rapor yang baru akan kita terima sekitar November.

Kita tak berharap raport kuartal ke III tahun 2021 itu berwarna merah seperti rapor kita pada kuartal II, III dan IV pada tahun 2020 yang lalu hingga kuartal I tahun 2021.

Saat PSBB diberlakukan pada 1 April 2020, nilai raport kita dalam pertumbuhan ekonomi langsung terjun bebas. Pada kuartal II kita minus 5,32% dari 2,97% pada kuartal I. Kuartal III masih minus 3,49%, pun pada kuartal IV yang juga masih minus 2,19%.

Sesuai dengan kondisi ketika ekonomi sebuah negara mengalami pertumbuhan minus dua kuartal secara berturut turut maka resesi disematkan, Indonesia dan hampir seluruh negara di dunia masuk pada resesi ekonomi global pada 2020.

Ada banyak negara yang langsung tumbang bahkan sejak pada kuartal I di tahun 2020 itu. Indonesia baru mengalami pertumbuhan minus pada kuartal ke II. Tak ada negara yang selamat.

"Serius kita tumbuh 7,07%? Bagaimana dengan negara yang lain?"

Dibanding dengan Amerika Serikat, Uni Eropa dan Singapore, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang terlihat lebih kecil. Pada kuartal II tahun 2021 ini AS tumbuh sebesar 12,2%, Uni Eropa tumbuh sebesar 13,2% dan Singapore mencatat pertumbuhan 14,3%.

Namun 3 negara itu ternyata terdampak lebih parah dibanding Indonesia pada tahun 2020. Sementara Indonesia pada kuartal II tahun 2020 terjun pada minus 5,32%, AS justru minus 9,5%, Uni Eropa minus 13,6% dan Singapore minus 13,3%.

Perbandingan yoy kuartal II 2020 dan kuartal II 2021 AS dari minus 9,5% menjadi 12,2% Singapore dari minus 13,3% kini menjadi 14,3% dan Uni Eropa dari minus 13,6% menjadi 13,2% tak bisa dibilang lebih bagus dari Indonesia yang dari minus 5,32% kini menjadi 7,07%..

"Apa maknanya?"

Effort pemerintahan Jokowi dengan team ekonominya terlihat cukup tangguh. Dapat disandingkan dalam setara dengan team ekonomi negara-negara maju seperti AS, Uni Eropa dan Singapore.

Apa yang kita rasakan sebagai sulit pada bulan Agustus dengan PPKM Level 4 ini pernah kita rasakan pada tahun 2020 dan solusi itu ada. Apa yang diambil pemerintah dengan kebijakan PSBB nya pada tahun 2020 sebagai pahit ternyata menunjukkan trend positif.

Dari terjun bebas menjadi minus 5,32% pada kuartal II 2020 secara perlahan naik menjadi minus 3,49% kuartal III, naik lagi menjadi minus 2,19% pada kuartal IV, naik lagi menjadi tinggal minus 0,75% pada kuartal I 2021 dan terakhir pada kuartal II 2021 melambung pada posisi 7,07%.

Apakah pada kuartal III 2021 akan kebih baik dari kuartal II yang melonjak hingga 7,07%, realistis kita menjawab tidak. Varian Delta penyebab diberlakukannya PPKM Darurat sejak 3 Juli 2021 lalu sepertinya akan menurunkan kembali pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal III nanti.

Namun, atas cara kerjanya, dan itu sudah dibuktikan melalui data, kita yakin bahwa team ekonomi Presiden Jokowi cukup tangguh. Pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal III 2021 nanti sepertinya akan kembali terkoreksi namun tak lagi separah pada peristiwa 2020 yang lalu.

Bukan Indonesia sendirian yang akan mengalami peristiwa sulit ini. Semua negara sedang merasakannya. Di bawah kendali Presiden Jokowi kita bahkan sedikit masih lebih baik dari Hongkong misalnya. Hong Kong memang terlihat tumbuh 7,5% pada kuartal II 2021 ini dan sedikit lebih tinggi dibanding kita, namun Hongkong berangkat dari base minus 9% pada kuartal II 2020 dan kita dari base minus 5,32%.

Positif pada pikiran kita jauh lebih berguna dibanding rasa takut pada masa genting ini. Kebersamaan kita dalam satu suara Indonesia bangkit, layak kita lantangkan pada moment Indonesia Merdeka yang ke 76 tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi kita hingga 7,07% pada kuartal II ini bukan keberuntungan namun ikhtiar dari kerja keras dan pengorbanan kita bersama. Ini juga bukan karena tumbal 100 ribu nyawa versi Demokrat yang semakin hari semakin galau . Tak ada komentar pantas bagi pikiran busuk seperti itu.

Pun tak ada alasan kita mundur hanya karena sekali lagi harus dirumahkan, kecuali anda adalah pengikut Rachland Nashidik.

Anggap saja bahwa kita memang sedang butuh berhenti sejenak demi lompatan 10 hingga 100 langkah lebih maju. Kenapa tidak?

Bahwa masih ada kekurangan di sana sini terkait vaksin yang masih belum merata hingga BLT tak tepat sasaran, pemerintah pusat benar-benar harus berani tegas. Itu kritik yang harus selalu diteriakkan. Itu lemah negara dan pemerintah yang harus kita koreksi bukan kita lawan. Kita huznuzon saja. Ucapan adalah doa. 

Ikuti tulisan menarik Dr Ing Salman ST MSc lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler