x

Iklan

Choirul Amin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 September 2020

Senin, 9 Agustus 2021 10:37 WIB

Merawat Jati Diri Kebinekaan dalam Gotong Royong

Kebinekaan Indonesia ini adalah jati diri bangsa. Jati diri dalam keberagaman bangsa yang semestinya bisa dibanggakan selama-lamanya, dimanapun dan dalam situasi apapun.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ilustrasi memaknai kepahlawaban dalam kebinekaan (dokpri) 

MASIH ingatkah kita, arak-arakan anak-anak dengan pakaian adat Nusantara yang berbeda-beda saat perayaan hari besar nasional? Saat peringatan pitoelasan, di bulan kemerdekaan Republik Indonesia, kita menemui banyak pawai busana adat seperti ini. Saat pentas seni di sekolah, kerap pula ditemui penampilan pelajar dengan pernak-pernik adat dan budaya berbagai daerah. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Begitu halnya, ketika acara ruwatan atau ritual di desa-desa, tidak pernah sepi dari khazanah tradisi budaya. Perayaan tradisi lokal yang juga sarat apresiasi seni-budaya dan pelestarian nilai-nilai tradisi warisan para leluhur bangsa. Sebagai tradisi Jawa, acara ruwatan tak jarang memunculkan kekhasan budaya lain, seperti Bali, Aceh hingga Papua. Semua lengkap dengan atribut dan busana masing-masing. 

Semua contoh di atas sejatinya adalah cerminan kebanggan pada kekayaan kebinekaan yang dimiliki bangsa ini. Juga, sebagai ekspresi rasa syukur dan menghargai kearifan lokal, yang terus dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi. 

Hampir dua tahun terakhir, nuansa kebinekaan Nusantara ini tak bisa dirayakan dalam riuh euforia pawai karnaval. Situasi pandemi memang membatasi ruang bagi perayaan seperti ini. Bangsa Indonesia kini lebih banyak mengenal kebinekaan Indonesia dari narasi atau konten dalam literatur atau platform media. 

Lalu, apakah hal ini lantas menjadikan lunturnya pemaknaan kebinekaan kita? Terbatasnya interaksi sosial-budaya masyarakat kini, apakah juga serta merta bisa menghilangkan kekayaan kearifan lokal bangsa ini? 

Terlalu naif sekiranya mengamini begitu saja pertanyaan-pertanyaan di atas. Akan tetapi, bukan berarti tidak ada sama sekali kekhawatiran ancaman bagi kekuatan kebinekaan bangsa kini. Terlebih, bagi generasi anak-cucu bangsa kelak, tidak berlebihan sekiranya kita juga khawatir atas rasa bangga dan cinta kebinekaan Indonesia masa mendatang. 

Sebagai anak bangsa, kita semestinya sadar dan bisa memaknai kebinekaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kebinekaan dalam arti sebenarnya sebagai kenyataan kemajemukan bangsa, dengan ras, bahasa, agama dan adat-istiadat budaya yang berbeda-beda. Kemajemukan bangsa ini sudah disepakati para tokoh pendiri bangsa, menjadi bagian falsafah dan dasar negara: 'Bhinneka Tunggal Ika', yang artinya 'Berbeda-beda, namun Tetap Satu Kesatuan.' 

Bahkan, kebinekaan Indonesia ini adalah jati diri bangsa. Jati diri dalam keberagaman bangsa yang semestinya bisa dibanggakan selama-lamanya, dimanapun dan dalam situasi apapun. 'Bhinneka Tunggal Ika' yang sebenarnya ikrar kesetiaan bangsa, sehingga akan senantiasa saling menyadari keberagaman, dan tetap menjaga persatuan dalam berbagai perbedaan yang ada. 

Maka, memaknai kebinekaan Indonesia bukanlah sempit, sekadar jargon simbolik yang hanya bisa diwakili gambar atau penampilan berbeda-beda berbagai suku bangsa. Akan tetapi, kebinekaan yang kaya perbedaan, yang harus saling dihargai satu sama lain dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. 

Kebinekaan kita kerap menghadapi tantangan dan ujian. Demokrasi melahirkan alam kebebasan, dan bisa berdampak kehidupan sosial-kemasyarakatan bangsa. Masalah kesenjangan kesejahteraan masyarakat misalnya, akan mudah mengganggu stabilitas kemajemukan bangsa ini. Kemakmuran yang tak berkeadilan, bisa memperlebar kesenjangan dan memunculkan kecemburuan yang berakibat perpecahan bangsa. 

Masa sulit pandemi kini, mudah saja menjadikan bangsa ini terpuruk dan lemah. Maka, gotong royong dalam kebinekaan adalah jawaban yang bisa menguatkan. Gotong royong yang melahirkan empati dan solidaritas, serta membangkitkan kerja sama, tolong menolong dan kerelawanan semua bangsa dan antar sesama. (*)

Ikuti tulisan menarik Choirul Amin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler