x

Iklan

Johanes Sutanto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 10 Agustus 2021 06:20 WIB

Cut Loss Saham Bukan Keputusan Mudah, Bisa-bisa Bikin Sakit Hati

Melakukan cut loss atau stop loss itu tidak menyenangkan karena ada perasaan gagal di dalamnya. Saham yang digadang-gadang dan telah dianalisis dengan matang mendatangkan cuan, justru berbalik arah. Hal yang begini bisa bikin sakit hati. Bagi mereka yang tidak kuat bisa-bisa putus asa dan ogah terjun lagi ke pasar saham. Tapi trader atau investor yang siap rugi biasanya bijak menyikapi setiap kerugian.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tujuan utama seseorang melakukan investasi atau trading saham adalah memperoleh cuan besar. Namun dalam praktiknya, tujuan ini selalu tercapai. Ada kalanya investor atau trader dengan terpaksa menelan pil pahit karena menderita kerugian.

Saham yang digadang-gadang akan mendatangkan cuan, justru berbalik arah menjadi merugi. Dihadapkan pada fakta saham-saham yang sedang merugi (merah) di luar harapan, investor atau trader biasanya menjadi dilema.

Khususnya bagi para trader yang memang mencari keuntungan dalam waktu singkat, keadaan begini membingungkan antara cut loss atau tetap mempertahankannya. Tak mengherankan, pada akhirnya tak sedikit trader yang justru memutuskan tidak menjualnya dan tiba-tiba menjadi investor dengan harapan sahamnya akan kembali naik di kemudian hari.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi beda hal bagi investor yang orientasi investasinya untuk jangka panjang, saat saham yang dimiliki anjlok atau nilai portofolio menurun maka justru bisa mengakumulasi sahamnya atau melakukan metode Dollar Cost Averaging (DCA).

Dengan DCA ini maka total modal yang dikeluarkan untuk membeli saham akan berkurang dan itu akan terasa secara nominal ketika profit takini di masa depan. Namun kalau itu ternyata saham lama yang selama ini dipertahankan maka dilema antara cut loss atau tetap hold kembali mencul.

Bicara soal cut loss ini sebenarnya erat kaitannya dengan manajemen risiko untuk menghindari kerugian yang lebih parah. Bagi trader atau investor, cut loss atau stop loss ini tindakan yang tidak disukai.

Melakukan cut loss atau stop loss itu tidak menyenangkan karena ada perasaan gagal di dalamnya. Saham yang digadang-gadang dan telah dianalisis dengan matang mendatangkan cuan, justru berbalik arah. Hal yang begini bisa bikin sakit hati. Bagi mereka yang tidak kuat dengan ini, bisa-bisa menjadi putus asa dan ogah terjun lagi ke pasar saham.

Fakta yang terakhir ini biasanya dialami oleh mereka yang tidak siap dengan kerugian. Padahal yang namanya investasi saham itu harus siap cuan, tetapi pada saat yang sama juga harus siap rugi.

Trader atau investor yang siap rugi tersebut biasanya bijak dalam menyikapi setiap kerugian yakni dengan disiplin melakukan cut loss atau stop loss. Menutut pengalaman para trader pada umumnya, batas kerugian yang dipatok yakni di kisaran 3-10 persen. Artinya, jika sudah menderita kerugian di persentase yang dipatok maka konsisten melakukan cut loss atau stop loss.

Konsistensi begini yang membedakan mereka dengan trader saham pemula yang ketika sahamnya turun maka tiba-tiba berubah jadi investor dengan harapan harga sahamnya akan naik lagi di masa mendatang.

Padahal cut loss atau stop loss juga sangat penting untuk menghindari saham-saham makin nyangkut semakin dalam. Toh, cut loss atau stop loss saat ini sudah sangat mudah dilakukan secara otomatis dengan fitur khusus, seperti Robo Trading yang ada di aplikasi IPOT milik sekuritas karya anak bangsa dengan tagline #SemuaBisaInvestasi.

Adapun kelebihan cut loss atau stop loss otomatis dibanding manual yakni tak adanya keterlibatan emosi yang justru akan menghambat eksekusi cut loss seperti pada versi manual. Yang sering terjadi adalah trader yang mengandalkan cut loss manual tidak berani menutup posisi tradingnya yang rugi karena faktor emosi.

Beda halnya jika sudah otomatis maka faktor emosi tidak terlalu memengaruhi eksekusi. Eksekusi cut loss pun mudah dilakukan tanpa banyak mikir lagi sehabis dipasang di fiturnya.

Ikuti tulisan menarik Johanes Sutanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu