x

memuji diri

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 15 September 2021 07:18 WIB

Ini lho Caranya Agar Tak Narsis, Suka Memuji dan Membanggakan Diri

Selamat tinggal narsis, suka memuji diri, membanggakan diri bila kita terus merawat dan mengembangkan kecerdasan otak dan emosi, ada penilai atau juri dan penasihat dalam kehidupan kita, selalu instrospeksi dan merefleksi diri, serta menjadi diri sendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mengapa kita sering menjumpai orang yang narsis dan suka memuji diri sendiri? Padahal orang yang narsis dan suka memuji diri sendiri itu, ibaratnya dapurnya sudah diketahui oleh orang lain. Dapurnya itu seperti kebiasaannya, karakternya, keadaan sosial-ekonominya, keadaan tingkat kecerdasan otak dan emosinya, hingga sampai ke bagian-bagian pribadinya.

Namun, meski orang lain sudah tahu latar belakang kehidupan aslinya, si narsis dan si tukang memuji diri sendiri itu tetap sangat percaya diri dengan aksi narsis dan memuji dirinya, hingga sampai menilai orang lain seolah jauh dalam berbagai hal dibandingkan dirinya yang tersendiri dalam sikap lisan maupun tulisan.

Gemes rasanya, melihat akting si narsis dan si pemuji diri sendiri, terus merasa bahwa apa yang telah diperbuatnya, bak pahlawan. Sementara orang lain hanya pecundang. Pasalnya, aksi si narsis dan si pemuji diri sendiri ini bahkan ditebar pesonakan dalam dunia maya, media sosial, hingga media massa.

Mengapa narsis dan memuji diri?

Mengapa ada orang yang suka narsis dan memuji diri sendiri, membanggakan diri sendiri? Coba mari kita kupas mengapa ada orang yang suka narsis dan suka memuji dan membanggakan diri sendiri.

Pertama, bisa jadi orang tersebut tidak ada yang mengingatkan atau menasihati. Sehingga setiap langkah sikap perbuatannya tidak ada saringan. Asal njeplak karena tidak ada yang mengerem. Bila si narsis dan si.pemuji diri sendiri sudah berkeluarga, seharusnya, keluarganya adalah pengingat dan penasihat, sekaligus berfungsi sebagai rem agar sikap narsis dan suka membanggakan dirinya ada yang menyaring dan terus mengawal.

Artinya, tukang narsis dan pemuji diri sendiri harus ada yang mengawal dan menyadarkan bahwa sikapnya tidak membikin orang lain merasa nyawan. Sebab orang lain juga sudah banyak yang tahu rahasia dapur atau latar belakangnya.

Jadi untuk apa narsis dan membanggakan dirinya sendiri hanya untuk kamuflase. Narsis berbeda dengan pede (percaya diri). Narsis lebih ke objek yang jadi kebanggaan, fisik, khususnya wajah. Sementara pede lebih ke kemampuan.

Sejatnya narsis bermakna mencintai diri sendiri, tetapi sekarang sudah mengalami pergeseran makna, yaitu perilaku yang senang membanggakan diri sendiri.

Kedua, seorang menjadi narsis karena demi menutupi kekurangan dirinya. Ketiga, seorang menjadi narsis karena tidak ada yang memuji. Ketiga, seseorang menjadi narsis karena sering dipuji. Jadi orang itu ketagihan dan saat dia butuh pujian tetapi tidak ada yang memuji, maka dia narsis dan memuji diri sendiri.

Mencegah tak narsis dan tak memuji diri

Agar diri kita tidak menjadi orang yang narsis dan suka memuji diri sendiri, maka:

Pertama, terus rawat dan kembangkan intelektual dan emosional kita. Buka lebar-lebar wawasan dan perkembangan sosial dan wawasan perikemanusiaan. Dengan hal itu, kita sendiri adalah orang pertama yang menjadi filter penyaring terhadap sikap dan perbuatan narsis dan suka memuji diri yang bila dipikirkan, cukup memalukan.

Kedua, jadikan keluarga, teman, sahabat atau orang dekat penilai dan penasihat diri kita. Sebelum kita melakukan hal yang memilukan, mintalah saran atau diskusikan dulu sikap kita. Apalagi bila sikap kita kontennya melulu hal yang narsis dan suka memuji diri atau membanggakan diri, tentu orang yang dimintai saran atau pendapat akan memberikan nasihat terbaik bahwa hal ini pantas atau tidak. Atau hal itu hanya akan mempermalukan diri sendiri. ,

Ketiga, seringlah instrospeksi dan merefleksi diri. Janganlah terus merasa di atas bumi, menjadi langit, merasa hebat, merasa pahlawan, padahal di atas langit masih ada langit.

Keempat, jadilah diri sendiri karena orang yang sudah menjadi diri sendiri itu sangat mengenal siapa dirinya, apa kelemahan dan kekuatannya, maka dia akan mudah berbagi dalam mengutarakan isi hati dan pemikirannya baik untuk diri dan orang lain,, demi kemaslahatan, kebaikan bersama dengan bahasa lisan atau tulisan yang elegan, berimbang, obyektif, tak memihak karena cerdas otak dan emosi.

Jadi, selamat tinggal narsis, suka memuji diri, membanggakan diri bila kita terus merawat dan mengembangkan kecerdasan otak dan emosi, ada penilai atau juri dan penasihat dalam kehidupan kita, selalu instrospeksi dan merefleksi diri, serta menjadi diri sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler