x

Ilustrasi pejabat. Sumber foto: jamblink.com

Iklan

Septi Yadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Januari 2021

Senin, 27 September 2021 10:47 WIB

Sosok Ini Harus Memilih: Garap Tambang Emas atau Mulai Tepati Janji ke Rakyat

Baru-baru ini, salah satu sosok penting di pemerintahan Presiden Jokowi dikatakan sedang menguasai gunung emas dengan potensi menjanjikan di Blok Wabu, Papua. Apakah ini ada hubungannya dengan ketidakmaksimalan dirinya dalam menjalankan tugas-tugas utamanya kepada rakyat, sehingga ia kemudian dijuluki juga King of Angin Sorga?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Salah satu sosok penting di pemerintahan Presiden Joko Widodo menjadi buah bibir terkait tuduhan soal ‘permainannya’ di pertambangan emas Blok Wabu, Papua. Pernyataan ini dibeberkan langsung oleh Fatia Maulidiyanti (Koordinator KontraS) bersama Haris Azhar (Direktur Lokataru), dalam sebuah wawancara yang ditayangkan di kanal YouTube "NgeHAMtam" milik HA.

Membantah tuduhan tersebut, sosok ini melaporkan HA dan FM, karena telah melakukan pencemaran nama baik. Tidak hanya pidana, dirinya juga menggugat secara perdata sebesar Rp100 miliar. Dan, apabila sosok tersebut menang, Rp100 miliar akan diberikan kepada warga Papua.

Dibalik itu semua, senyatanya sosok ini memiliki segudang tugas, mulai dari Program Prioritas RPJMN 2020-2024 yang berada di bawah komandonya, permasalahan Sungai Citarum, hingga pernah menjadi ketua penanganan Covid-19 di Jawa dan Bali. Asumsi saya, akan lebih bijak jika dirinya fokus terhadap kepentingan publik, ketimbang repot dengan urusan pribadi atas dasar perlindungan nama baik. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jikalau memang tudingan kedua aktivis tersebut tidak berdasar dan tanpa bukti serta validitas yang kuat, "lho kok gitu aja harus repot?" Publik malah bertanya-tanya, apa benar dirinya ada dibalik persoalan tersebut? 

Saya pun coba melakukan kilas balik. Sosok ini pernah mendapat julukan dari petinggi Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) yaitu ‘King of Angin Sorga’. Angin sorga yang dimaksudkan di sini karena dia, yang mewakili pemerintah, kerap memberikan janji-janji kosong kepada rakyat tanpa terealisasikan. 

Sebut saja, janjinya untuk Program Swasembada Garam dan menyejahterakan petani garam di 2021. Akan tetapi yang terjadi hingga kini, keran impor garam masih terbuka dan harga garam lokal anjlok.

Atau, ketika dirinya berjanji tidak akan menaikkan tarif listrik di 2108. Namun di kuartal III 2021, pemerintah telah menyebutkan akan adanya peluang kenaikan listrik.

Bahkan di 28 program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang jelas-jelas berada di bawah komandonya, banyak tugas yang belum mempunyai progres signifikan hingga diproyeksikan tidak selesai tepat waktu. Seperti pembangunan dan pengembangan kilang minyak di Tuban, pembangunan pipa gas bumi trans Kalimantan (2.219 Km), dan pembangunan energi terbarukan B100 berbasis kelapa sawit.

Alih-alih fokus ke proker utama, dirinya sempat membuat kebijakan blunderWork from Bali’ yang malah menambah kasus penyebaran coronavirus di Bali. Alhasil, perekonomian di Bali terseok-seok. Walau akhirnya, dia meminta maaf atas nihilnya kemaksimalan pelaksanaan PPKM darurat.

Saya berharap tuduhan kedua aktivis tersebut salah. Karena jika benar, bisa jadi hal tersebut menjadi salah satu faktor mengapa sosok tersebut kurang maksimal dalam merealisasikan program serta janjinya kepada publik? Karena mungkin selama ini, Sang Tuan sibuk menuntaskan ambisi dan motif pribadinya.

Tidak perlu panjang lebar, sampai disini Anda paham kan siapa yang dimaksud dari "sosok" tersebut? Bagaimana tanggapanmu?

Ikuti tulisan menarik Septi Yadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler