x

Kebodohan

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 30 September 2021 06:47 WIB

Kecerdasan yang Mengabdi pada Kekuasaan

Godaan terbesar yang dihadapi kaum cendekiawan Indonesia saat ini ialah kekuasaan.  Hasrat akan kuasa mampu menutupi mata hati cendekiawan, sehingga bagi mereka tidak lagi penting memilah antara kebenaran dan bukan, keadilan dan bukan, kejujuran dan bukan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Godaan terbesar yang dihadapi kaum cendekiawan [intelektual] Indonesia saat ini ialah kekuasaan.  Hasrat akan kuasa mampu menutupi mata hati cendekiawan, sehingga bagi mereka tidak lagi penting memilah antara kebenaran dan bukan, keadilan dan bukan, kejujuran dan bukan. Garis pembatas di antara dua dunia itu mereka terjang oleh karena kekuasaan dinilai lebih penting. Bahkan mereka sanggup menyerahkan integritas sebagai ilmuwan dan akademisi demi mengabdi kepada kekuasaan.

Padahal, kecendekiaan mengajarkan pada mereka untuk bersikap jujur, adil, serta benar; dan integritas dalam kejujuran, keadilan, serta kebenaran inilah yang menjadikan golongan terdidik cendekia sebagai tempat masyarakat bertanya dan mengadu. Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa kita, kaum cerdik cendekia menjadi perintis sekaligus pemimpin yang membawa rakyat menuju kebebasan. Kaum cerdik cendekia menjadi suar bagi masyaraatnya, yang menunjukkan jalan yang benar, bukan jalan yang sesat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di masa sekarang, ketika kekuasaan bagaikan tidak memiliki penyeimbang agar mau mendengarkan suara rakyat banyak, kaum cendekiawanlah yang jadi tumpuan. Kaum cendekiawan tak boleh mengabaikan tanggungjawab untuk menerangkan secara jernih berbagai masalah pelik yang dihadapi masyarakat. Di sinilah fungsi kecerdasan yang dianugerahkan kepada mereka, dan tidak seharusnya mereka menggunakan kecerdasan itu untuk mengingkari masyarakatnya.

Sungguh tragis apabila kaum cendekiawan memanfaatkan kecerdasannya untuk membenarkan kekuasaan sekalipun kekuasaan itu melenceng dari kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Terlebih lagi ketika cendekiawan terjun ke dunia politik berbekal ambisi kekuasaan. Bagi cendekiawan ini, kebenaran, kejujuran, dan keadilan tidak penting lagi diperjuangkan. Mereka menjadi pendukung kekuasaan tanpa peduli apapun kebijakan yang dibuat. Setelah berada di dalam lingkar kekuasaan, mereka tidak ingin keluar.

Sedangkan cendekiawan yang masih berada di luar lingkar kekuasaan tidak akan lelah mendekati kekuasaan sekalipun bila harus menggunakan cara-cara yang melanggar integritas akademis yang sebelumnya mereka junjung tinggi. Bagi cerdik cendekia ini, integritas akademis bukan lagi acuan moral yang perlu dipertahankan. Sebagai wacana, kebenaran dan keadilan sesekali memang perlu diucapkan, tapi sebagai cita-cita akademis standar itu telah mereka abaikan.

Sekalipun mereka menyaksikan ketidakberesan dalam praktik demokrasi, kaum cendekiawan ini lebih suka menutup mulut atau pura-pura tidak tahu. Sebagian di antaranya bahkan menyokong praktik itu dengan argumentasi yang berusaha membenarkan praktik tersebut. Kecerdasan mereka digunakan untuk menyusun alasan-alasan pembenaran meskipun mereka tahu bahwa itu bertentangan dengan keyakinan mereka sebagai akademisi. Hasrat akan kuasa telah mengaburkan penglihatan mereka.

Mereka secara sadar menyingkirkan moralitas akademis agar bisa masuk ke dalam lingkar kekuasaan. Bila sebelumnya moralitas akademis dan moralitas keilmuan menjadi batas yang mengingatkan cendekiawan agar tidak melangkah lebih jauh, kini batas itu diterabas dan dianggap tidak penting. Banyak cerdik cendekia yang kini menempatkan kekuasaan di atas segalanya. Mereka memisahkan diri dari masyarakat dan meninggalkan masyarakat tanpa lentera penerang. Mereka sibuk dengan ambisi pribadi memenuhi hasrat akan kuasa untuk kuasa. Hasrat inilah yang membedakan mereka dengan kaum cendekiawan yang merintis kelahiran Republik ini. Inilah tragedi cendekiawan kita di masa sekarang. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB