Mont Saint-Michel, Bukit Malaikat yang Jadi Jujugan 20 Ribu Pelancong per Hari

Sabtu, 16 Oktober 2021 08:19 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebenarnya Mont Saint-Michel. di Prancis, adalah sebuah bukit batu. Tepat di puncaknya ada sebuah biara keabasan (abbey) yang ditopang rumah-rumah kecil. Dari kejauhan, biara itu sepintas terlihat seperti sebuah kerajaan kecil. Tak salah jika imajinasi kita melayang mengingat film-film Walt Disney. Di sekeliling Mont Saint-Michel tak ada apa-apa, bahkan tak ada satu pohon pun di sana. Jika air laut sedang pasang, Mont Saint-Michel terlihat seperti sebuah pulau. Sendiri, jauh dari keramaian, tetapi penuh misteri. Bagaimana ceritanya sampai biara itu dibangun di sana?

Ketika saya ditawari pergi ke Mont Saint-Michel, sambil ditunjuki foto-fotonya (di internet), untuk mengisi satu long weekend, saya tanpa ragu-ragu menjawab yes let's go. Maka, saya pun langsung mencari informasi tentang bagaimana pergi ke sana (dari Paris) dan tip-tip penting lain. Di situ saya baru tahu bahwa ternyata Mont Saint-Michel ('bukit malaikat Mikhael') adalah salah satu tempat di Prancis yang paling banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Menurut informasi, pada high season jumlah wisatawan yang berkunjung bisa mencapai 20 ribu dalam sehari. Apa sih keistimewaan Mont Saint-Michel?

Kalau kita membaca catatan Wikipedia, disebutkan bahwa Mont Saint-Michel adalah sebuah pulau kecil (islet) berbatu granit berlingkar kira-kira 960 meter, yang terletak di sebelah timur estuari Sungai Couesnon, yang masuk dalam wilayah departemen La Mancha, prefektur Saint-Lo, region Normandi, yang berada di timur laut Prancis. Sebelum tahun 709 tempat dikenal dengan nama Mont Tombe dan sepanjang abad pertengahan orang-orang menyebutnya dengan istilah Mons Sancti Michaeli in Periculo Mari. Katanya, sejak tahun 709 tempat sudah menjadi tempat ziarah bagi penganut agama katolik.

Sebenarnya Mont Saint-Michel adalah sebuah bukit batu. Tepat di puncaknya ada sebuah biara keabasan (abbey) yang "ditopang" rumah-rumah kecil yang berdempetan dan di antara rumah-rumah tersebut ada jalan kecil yang melingkar, yang berawal dari pintu masuk utama Mont Saint-Michel dan berakhir pada pintu masuk biara. Dari kejauhan, biara itu sepintas terlihat seperti sebuah kerajaan kecil. Tak salah jika imajinasi kita melayang mengingat film-film Walt Disney, karena sebenarnya Walt Disney pun menciptakan imajinasi-imajinasi seperti itu berdasarkan fakta yang mereka temukan.

Di sekeliling Mont Saint-Michel tak ada apa-apa, bahkan tak ada satu pohon pun di sana. Desa (kota kecil) terdekat berjarak kira-kira dua setengah kilometer. Jika air laut sedang pasang, Mont Saint-Michel terlihat seperti sebuah pulau. Sendiri, jauh dari keramaian, tetapi penuh misteri. Mungkin inilah yang membuat banyak orang penasaran ingin mengenalnya.

Bagaimana ceritanya sampai biara itu dibangun di sana? Menurut cerita, pada suatu malam Aubert, uskup dari Avranches, bermimpi. Ia didatangi malaikat Mokhael (Mikail) dan diminta membuat sebuah tempat peribadahan khusu untuk mengkultuskannya. Maka, dibangunlah tempat itu, di sebuah bukit, dan karena tempat itu dibuat untuk mengkultuskan malaikat Mikhael, diberilah nama Saint-Michel.

Uskup Aubert juga memerintahkan mendirikan sebuah kapel khusus untuk mengkultuskan Santo Petrus di salah satu kaki bukit itu. Setelah itu, ia mengirim dua belas pendeta, yang mendedikasikan diri pada kultus malaikat Mikhael, untuk menetap di sana. Mereka diberi lahan dan wewenang untuk mengelola tempat suci dan lahan tersebut.

Namun, berdasarkan laporan tertulis, diberitakan bahwa pada abad ke-10 beberapa biarawan benediktin sudah menetap di sana dan tempat itu sudah menjadi situs ziarah keagamaan yang penting. Pada pertengahan abad ke-11 fase pertama pembangunan biara telah selesai (di puncak bukit), dan di kaki bukitnya sebuah desa kecil sudah mulai terbentuk.

Sementara, berdasarkan informasi yang diberikan pihak Mont Saint-Michel sendiri diceritakan bahwa pada awal abad ke-10 para adipati di Prancis adalah pemerhati gereja dan biara keabasan. Demikian juga dengan adipati Normandi. Kemudian, setelah mendapat persetujuan dari raja Prancis, ia mengganti pendeta-pendeta yang diangkat uskup Aubert dengan biarawan benediktin di bawah pimpinan Maynard.

Maynard membuat peraturan baru bahwa semua biarawan harus hidup dengan amat sederhana, hidup mereka hanya untuk beribadah, dan menutup diri dari dunia luar. Sejak saat itu, Mont Saint-Michel menjadi tempat ziarah yaang dikunjungi uskup-uskup. Mont Saint-Michel pun mendapat banyak bantuan, terutama untuk pembangunan biara. Di antaranya, didatangkanlah pendeta William de Volpiano dari Italia. Selain seorang biarawan benediktin, ia seorang pembaharu besar dan memiliki pengetahuan arsitektur yang luar biasa. Ia memoles biara keabasan Mont Sain-Michel dengan gaya arsitektur romanesque.

Ketika Roberto de Thorrigny memimpin biara Mont Saint-Michel (1154-1186), tempat ini makin dikenal. Pada tahap berikutnya, ketika Philippe II Auguste menjadi raja Prancis (1180-1223), ia memberikan dana yang sangat tinggi untuk memperbesar biara Mont Saint-Michel.

Dengan dana tersebut dibuatlah beberapa bangunan baru bergaya gotik yang begitu mengagumkan, hal yang diimpi-impikan para biarawan di sana. Yang terutama adalah dibangunnya satu set yang terdiri dari enam modul berlantai tiga, yang sampai saat ini merupakan satu keunikan di dunia. Di lantai pertama dibuat gudang untuk menyimpan makanan dan ruangan untuk menginap para peziarah biasa; di lantai kedua dibuat ruangan untuk tempat kerja para biarawan dan ruangan untuk menginap para tamu istimewa; dan di lantai ketiga dibuat klausura (cloister). Dengan tambahan bangunan bergaya gotik tersebut, biara Mont Saint-Michel sempurna menjadi sebuah mahakarya arsitertur.

Biara Mont Saint-Michel makin lama makin menjadi bagian penting dalam perkembangan agama katolik; bukan hanya di Prancis, melainkan juga di seluruh Eropa. Namun, pada abad ke-18 Prancis mengalami perubahan politik besar. Ketika revolusi Prancis meletus, tamatlah kemegahan biara Mont Saint-Michel. Apalagi, ketika pada tahun 1790 keluar sebuah dekrit yang berisi pelarangan praktek keagamaan. Biara Mont Saint-Michel lantas dijadikan penjara tahanan politik.

Pada abad ke-19 Prancis kembali mengalami perubahan besar. Romantisisme muncul. Tulisan-tulisan Victor Hugo dan Theophile Gautier menggugah emosi masyarakat. Pada tahun 1862 Mont Saint-Michel dimasukkan ke dalam daftar monumen-monumen bersejarah di Prancis. Tahun berikutnya penjara Mont Saint-Michel ditutup. Kegiatan keagamaan pun kembali diaktifkan. Dua tahun kemudian, biara Mont Saint-Michel, untuk pertama kalinya sejak ditutup, dikunjungi biarawan Coutances.

Tak lama kemudian, pemerintah Prancis pun melakukan restaurasi besar-besaran untuk mengembalikan kemegahan biara tersebut. Arsitektur Paul Gout dan sejarahwan Lucien Bely diikutsertakan dalam restaurasi itu. Biara Mont Saint-Michel kembali difungsikan sebagaimana sebelumnya. Pada tahun 1965 biarawan benediktin pertama yang kembali ke Mont Saint-Michel adalah Bruno de Senneville. Komunitas di sekitar Mont Sain-Michel juga dihidupkan kembali. Pada tahun 1979 Unesco mendeklarasikan Mont Saint-Michel, termasuk wilayah perairan di sekitarnya, menjadi situs warisan dunia.

Ada satu hal yang sangat menarik tentang wilayah perairan di sekitar Mont Saint-Michel, yang kalau air laut sedang pasang Mont Saint-Michel terlihat seperti sebuah pulau, dan ketika air laut sedang surut, permukaannya menjadi keras dan kita bisa berjalan di atasnya. Namun, jangan pernah mencoba-coba berjalan sendirian di sana. Mengapa?

Berjalan di permukaan yang keras memang tak apa-apa, tetapi berjalan di permukaan yang masih berair atau seperti lumpur, harus berhati-hati. Di sana ada bagian lumpur yang "hidup". Kalau menginjakkan kaki di sana, bisa-bisa kita ditelan lumpur.

Bagi yang tertarik dengan Mont Saint-Michel, tips berikut ini mungkin sangat berguna.

Kalau dari Paris, cara yang paling praktis dan hemat untuk pergi ke sana adalah dengan naik kereta: dari stasiun Montparnasse ke Grandville, lalu turun di Villedieu-les-Poeles (dua stasiun sebelum Granville); lama perjalanan kira-kira 3 jam. Dari Villedieu-les-Poeles naik bus khusus langsung ke Mont Saint-Michel; lama perjalanan kira-kira 40 menit. Bus akan tiba di dekat Mont Saint-Michel. Dari situ ada shuttle (gratis) yang mengantar kita sampai di depan Mont Saint-Michel. Kalau tidak mau repot, kita bisa beli tiket terusan Montparnasse - Mont Saint-Michel dengan rute yang disebutkan. Kereta pertama berangkat pukul 07:32. 

Cobalah pergi pada musim semi, karena tidak terlalu dingin ataupun panas. Untuk penginapan, ada beberapa hotel di Mont Saint-Michel. Kalau mau menginap di sana, pastikan sudah mempunyai reservasi sebelum berangkat. Sebagai alternatif, bisa menginap di desa (kota kecil) terdekat, tempat kita naik shuttle. Tentang makanan, jangan khawatir. Ada beberapa restauran yang menawarkan makanan yang cukup enak. Juga ada toko-toko yang menjual makanan kecil, minuman, dan souvenir.

Mengunjungi Mont Saint-Michel, terutama biara keabasannya, kita seperti terbang ke masa lalu, beberapa abad yang lalu. Para biarawati yang hening ketika berdoa di depan altar utama menciptakan suasana penuh magis. Mungkin ini juga yang membuat banyak orang ingin berkunjung ke Mont Saint-Michel.        

Mexico City, 12 Oktober 2021

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler