hanya sepasang ilalang
tumbuh di ingatanku
lahir serupa susunan abjad
mendera di jejak zaman
tumpang-tindih, hujan dan kemarau
seperti dahaga musim
tak henti-hentinya berbenah diri
masih saja puisiku membaca rerumputan
hidup liar, matanya buta
jika saja aku terlahir
dari sepasang cahaya
menghunjam sinar
seruncing panas senja
yang tumpahkan gelisah
langit tak perlu membakar rindu
biarkan cahayanya mencumbu sungai
mengalir tanpa hilir dan hulu
karena sembab telah merapuh
dan engkau bagai bianglala
yang membakar puisiku
dengan bara api yang memijar absurd
ada derai air bening
mengalir di pelupuk senja
tak berbingkai, sesatkan cakrawala
nyanyikan senandung kasmaran
menjelma diri di geligi malam
bagai sepasang bidadari senja
yang sempurnakan diksi bait-baitku
hingga puisiku terkapar
di ringkih waktu, yang tak pernah fana
adalah tatapan matahari berpijar indah
di larik senja dalam kesendiriannya
Malang, 2021
Ikuti tulisan menarik Vitto Prasetyo lainnya di sini.