: untukmu perempuan berwajah duka
Aku telah memaknai dukamu dalam puisi
asap-asap tebal, pekat
senantiasa memanteli tubuhmu
entah kemana ragamu harus melepaskan penat
pembaringan malam selalu saja tak bersahabat
Aku menatap langit seakan ingin bicara kepada Tuhan
bait-bait sajakku tak sebagus doa
rembulan pun tak pernah tahu
pantai selatan mengatup bisu
ketika anakmu menahan lapar
rembulan itu terus bergelayut di langit malam
seakan mendekap kerutan wajahmu, perempuan
Malam kian larut, "marilah kita tidur"
itu bisikanmu pada anakmu
biarkan buah hatimu menanti cahaya pagi
memeluk mimpi yang selalu ingkar
mungkin jiwamu tergores pada doa
ingin sajakku menjadi diksi indah di wajahmu
meski waktu yang akan menjawabnya
dan garis-garis pantai selatan
serupa malaikat yang mencumbu anganmu
Malang, 2021
Ikuti tulisan menarik Vitto Prasetyo lainnya di sini.