x

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 28 Oktober 2021 08:55 WIB

Mitos Huruf O Nama Presiden Berdasarkan Ramalan Joyoboyo

Sampai saat ini sebagian besar bangsa Indonesia masih percaya kepada hal-hal yang bersifat mistis, seperti misalnya ramalan orang pintar, baik yang bersifat hasil olah batinnya sendiri, maupun yang berdasarkan ramalan peninggalan zaman tempo dulu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sampai saat ini sebagian besar bangsa Indonesia masih percaya kepada hal-hal yang bersifat mistis, seperti misalnya ramalan orang pintar, baik yang bersifat hasil olah batinnya sendiri, maupun yang berdasarkan ramalan peninggalan zaman tempo dulu.

Bagi orang Jawa misalnya, urusan nama Presiden pun selalu dikaitkan dengan ramalan salah satu raja Kediri yang dikenal dengan nama prabu Joyoboyo, atau Jayabaya.

Maharaja Jayabhaya adalah Raja Kediri yang memerintah sekitar tahun 1135-1157. Nama gelar lengkapnya adalah Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Konon sebagaimana yang tersurat dalam ramalannya yang disebut Jongko Joyoboyo, bahwa nama-nama pemimpin negara ini tidak akan lepas dari nama yang memiliki ahiran No-To-No-Go-Ro. Dan ramalan itu diyakini mereka dengan apa yang terjadi selama ini. 

Seperti halnya yang pernah diungkapkan oleh mantan wakil ketua umum partai Gerindra, Arief Poyuono beberapa waktu lalu.

Buktinya, Poyuono menjelaskan, Presiden pertama RI, namanya Soekarno, lalu Soeharto, Yudhoyono, Joko Widodo (waktu lahir bernama Muljono). Lha, bukankah selain itu ada Habibie, Megawati, dan Abdurrahman Wahid? 

Betul, tapi boro-boro dua periode, ketiga nama yang disebut terakhir tidak sampai satu periode masa kerjanya. Begitu kira-kira mereka berkilah. Seperti Habibie yang menjabat sebagai Presiden hanya satu tahun lima bulan (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), lalu Gus Dur menjabat sebagai Presiden hanya satu tahun sepuluh bulan (20 Oktober 1999 - 23 Juli 2001), dan Megawati sejak 23 Juli 2001 - 20 Oktober 2004.

Lalu, kalau begitu harus yang sesuai dengan ramalan Joyoboyo? Pastinya, kalau negara ini mau tetap bertahan dan maju dalam wadah NKRI, ya harus begitu. Mematuhi sebagaimana diramal ingkang sinuhun Prabu Jayabaya. 

Jadi kalau begitu, kandidat yang tidak memiliki nama sebagaimana diramal raja Kediri itu, tidak akan memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin di negeri ini, atau kalau memiliki kesempatan pun bakal bernasib sama seperti Habibie, Gus Dur, dan Megawati.

Oleh karena itu kemungkinan besar kandidat yang memiliki nama yang berahiran huruf'O' saja yang dianggap bakal memiliki kans untuk meraih ambisinya dalam Pilpres 2024 yang akan datang, seperti Sandiaga Uno, Airlangga Hartarto, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo. Sehingga bagi kandidat yang namanya kebetulan tidak berahiran huruf 'O', sebaiknya mundur saja secara teratur. Kecuali kalau hanya untuk sekedar ikut meramaikan pesta demokrasi lima tahunan itu akan lain ceritanya. 

Begitulah kira-kira.

Waduh, tapi ngomong-ngomong, bagaimana kalau kebetulan ada orang Papua, atau suku bangsa yang lain yang kebetulan punya nama yang berahiran huruf 'O'? Terlebih lagi dengan orang di zaman sekarang banyak yang memberikan nama anaknya dengan meniru nama-nama pesohor dari seberang barat sana, seperti misalnya Ronaldo, Antonio, Romeo?

Entahlah. Soal nama kata Juliet pun, dalam lakon Romeo dan Juliet karya William Shakespeare, "What's in a name? 

Pokoknya yang penting, siapa pun orangnya, mau berasal dari Aceh, atau juga Papua, sepertinya yang bersangkutan harus memiliki kapabilitas dan integritas yang mumpuni, juga mampu memelihara dan mengayomi ke-bhineka tunggal ika-an. Tidak boleh ada sekat mayoritas dengan minoritas (apa lagi sampai dijadikan narasi isu kampanye sebagaimana yang terjadi di sono), misalnya isu agama masih dijual demi syahwat kuasanya. 

Bukankah Gus Dur saja pernah berkata: Gitu aja kok repot. Hehehe...***

 

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler