x

timnas u23

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 29 Oktober 2021 15:50 WIB

Ayo Garuda U-23, Masih Ada Peluang

Peluang Australia memang lebih besar, tetapi tidak ada yang mustahil dan Indonesia masih ada kesempatan untuk berjuang membalikkan keadaan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat bentrok pertama timnas Indonesia U-23 versus timnas Australia U-23, saya berharap metafora David dan Goliath dapat terbukti. Yang lemah dapat mengalahkan yang kuat. Sayang, fakta tentang David dan Goliath memang banyak terjadi di dunia fiksi, khayalan. Di dunia nyata, meski tidak ada hal yang benar-benar mustahil, yang kuat tentu akan sulit dikalahkan oleh yang lemah.

Australia unggul segalanya, pelatih meremehkan

Kendati pasukan Garuda membikin kaget dunia karena berhasil kalah tipis dari pasukan Australia 2-3 di leg pertama. Lalu, ada media yang menulis tidak ada tim yang superior dan ranking FIFA tidak menjadi jaminan, tetap saja, timnas muda Australia unggul segalanya atas Bagus dan kawan-kawan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahkan, sejak kick-off dimulai di leg pertama kemarin, setiap kali kamera televisi menyorot Trevor Morgan, pelatih timnas Australia U-23, nampak jelas ekspresi Morgan yang mengesankan meremehkan timnas Indonesia. Morgan bahkan terus duduk di bench pemain sambil senyum-senyum mengunyah permen karena sangat yakin di babak pertama Australia akan menjadikan Indonesia lumbung gol.

Begitu pertengahan babak pertama, ternyata pasukannya belum mampu menciptakan gol, bahkan pinalti yang didapat pun gagal, Morgan baru nampak gusar dan mulai berdiri di pinggir lapangan kasih instruksi. Meski begitu, anak asuhnya tetap nir gol hingga babak pertama usai.

Di babak kedua, Morgan mulai lega karena akhirnya pasukanya mulai mendulang gol hingga unggul dua gol. Morgan kaget karena gawang Australia justru jebol oleh tendangan cantik Witan. Australia kembali perlebar jarak menjadi 3-1. Tetapi, lagi-lagi anak-anak Indonesia menyengat setelah Taufik bikin gol kedua hingga.kedudukan akhir 2-3.

Usai laga, Morgan pun memberikan keterangan kepada pers bahwa berdasarkan data statistik laga, Austalia unggul segalanya. Tetapi gol yang diciptkan anak asuhnya hanya tiga, barisan belakangnya pun harus ditembus dua gol oleh Indonesia. Morgan menjamin, di leg kedua, barisan depan dan belakang akan dievaluasi dan diperbaiki dan tetap yakin Australia akan melenggang masuk ke putaran final Piala Asia U-23 2022.

Australia superior, Indonesia bisa menyengat

Berdasarkan analisis data yang saya buat setelah laga pertama, saya setuju dengan pernyataan Morgan. Namun, hasil akhir yang di luar ekspetasi Morgan, adalah buah dari rasa percaya diri yang berlebihan sekaligus sikap meremehkan baik dari pelatih maupun pemain Australia di lapangan.

Karena sikap meremehkan dan menganggap enteng Indonesia, Australia yang memang unggul segalanya dari pasukan Shin Tae-yong (STy), harus tersengat dua gol yang mereka tidak duga.= Kali ini, sebagai metafor Goliath, timnas Australia U-23 memang boleh saya sebut superior di banding timnas Indonesia U-23. Catatannya yang paling mencolok adalah karena unggul postur, maka mereka akan mudah bikin gol dari bola atas dan servis bola-bola mati serta strategi jitu mencipta gol. Satu gol dari servis bola mati dan dua gol dari permainan individu dan kolektivitas tim, adalah buktinya.

Namun, pasukan STy yang kalah postur, juga punya kelebihan skill individu dan kecepatan. Inilah senjata nyata hingga Australia tersengat dua gol.

Prediksi saya, di laga kedua yang akan tetap tersaji di Stadion Republican Central Dushanbe, Tajikistan, pada Jumat (29/10/2021), bila Morgan benar-benar membuktikan ucapannya akan konsentrasi membenahi barisan depan dan belakang timnya, ancaman bagi anak asuh STy adalah akan menjadi lumbung gol dan sengatannya akan mudah dijinakkan oleh anak-anak Australia.

Padahal dengan regulasi AFC bahwa tidak ada perhitungan agreget gol tandang dan kandang, kesempatan Indonesia untuk mengajak adu pinalti terbuka lebar, minimal hanya dengan menang 1-0. Bila tak mau adu pinalti, maka minimal harus menang 2-0 atau 3-1 atau 4-2.

Yang pasti, Morgan sudah tahu kualitas tim Indonesia. Sebaliknya, STy yang sebelumnya tidak pernah kalah dari Australia saat membela Korea Selatan baik saat menjadi pemain maupun menjadi pelatih, juga sudah tahu kelebihan dan kelemahan Australia.

Bila taktik dan strategi STy tepat di leg kedua dan diterjemahkan oleh pemain dengan benar di lapangan nanti, apa pun perbaikan Morgan pada timnya, maka Australia tetap akan merasakan sengatan penggawa Garuda.

Sesuai data dan catatan statistik tentang Australia dan Indonesia, bila Australia kembali menang adalah wajar. Tetapi bila sebaliknya, Indonesia mampu menyengat dan membalikkan keadaan, metafora tentang David dan Goliath akan terbukti, karena faktanya timnas Australia U-23 memang masih lebih unggul segalanya dari timnas Indonesia U-23.

Kita tunggu, apakah ucapan Morgan yang akan terbukti dan membawa pasukannya melenggang? Atau sebaliknya, pasukan STy akan membikin tercengang dunia. Harapannya, tuah STy akan membikin Garuda tambah menyengat, dan Australia yang jewama tersingkir.

Terpenting, jangan ada pemain Indonesia yang lemah intelegensi dan personaliti hingga bikin masalah lagi di daerah pertahanan yang tidak perlu hingga lawan dapat tendangan bebas. Juga tidak ada pemain yang menonton saat lawan menggiring bola sampai membikin gol.

Peluang Australia memang lebih besar, tetapi tidak ada yang mustahil dan Indonesia masih ada kesempatan untuk berjuang membalikkan keadaan.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler