x

7 Tokoh Masyarakat yang kritik bisnis PCR Luhut. Sumber foto: Indonesiana/Septi Yadi

Iklan

Septi Yadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Januari 2021

Jumat, 5 November 2021 13:34 WIB

Ramai-ramai 7 Tokoh Masyarakat Ini Kritik Kasus Bisnis PCR Luhut

Penurunan harga tes PCR yang diikuti dengan kebijakan pemberlakuan tes PCR di semua moda transportasi nyatanya malah membongkar fakta baru bahwa ada kepentingan bisnis tes PCR di balik semua itu. Lebih kagetnya lagi, Menko Marves RI, Luhut Binsar Pandjaitan yang selama ini tampil membuat kebijakan dan mengatur penanganan penyebaran virus Covid-19 di Tanah Air menjadi salah satu dari deretan pebisnis PCR. Geram, kemudian para tokoh masyarakat ini ramai-ramai melemparkan kritik pedas atas kasus dugaan keterlibatan Luhut di bisnis tes PCR yang bisa dulang triliunan rupiah tersebut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Turunnya harga tes PCR oleh pemerintah karena titah Presiden Jokowi sedang menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Kini harga tes PCR yang sebelumnya pada awal pandemi diketahui mencapai Rp1,5 juta menjadi Rp275 ribu pada saat ini. 

Namun ternyata, belum lama masyarakat merasa lega atas penurunan harga tes PCR, kebijakan pemerintah lainnya mengikuti yaitu pemberlakuan tes PCR di semua moda transportasi. Hal ini sontak menuai reaksi dari berbagai tokoh. Salah satunya datang dari publik figur yang lumayan terkenal di masa pandemi Covid-19 yaitu dr. Tirta.

Dalam cuitan di akun Twitter-nya, @tirta_cepeng, dr. Tirta mengatakan kebijakan ini aneh, “Peraturanmu wagu,” sambil me-mention akun Twitter Kementerian Perhubungan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lebih lanjut, dr Tirta menambahkan, “Mencegah mobilitas ya naikan aja level PPKM-nya,”

Lambat laun, penurunan harga tes PCR yang diikuti dengan kebijakan pemerintah yang tiba-tiba itu nyatanya membuat masyarakat mencurigai adanya bisnis PCR. Benar saja, tak lama kemudian, terkuak pernyataan bahwa ada kepentingan bisnis di balik ini semua. Yang membuat publik tambah terkejut, ada pejabat negara yang ikut andil dalam hal ini yaitu Luhut Binsar Pandjaitan.

Melalui juru bicaranya, Jodi Mahardi, Luhut menegaskan bahwa dirinya tidak mencari untung atau bermaksud untuk membisniskan tes PCR selama pandemi Covid-19 berlangsung. 

Tokoh Masyarakat Lainnya yang Berkomentar Soal Bisnis PCR

1,. Rocky Gerung

Pengamat politik, Rocky Gerung ikut angkat suara. Tak hanya Luhut, Rocky juga menyoroti Presiden Jokowi dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi.

Rocky mengatakan, seharusnya jika isu tersebut benar, ketiganya harus memberi tahu dari awal kepada publik. Dengan mereka yang memilih diam dan tidak angkat bicara justru malah membuat  masyarakat curiga jika mereka juga dapat keuntungan (cashback) dari bisnis PCR tersebut.

2. Refly Harun

Refly Harun, ahli dan pakar hukum tata negara pun menanggapi terkait dengan hal tersebut. Menurut Refly jika memang perusahaannya tidak mencari untung mengapa biaya PCR-nya bisa mahal?

Menurut Refly, persoalan ada pada Luhut yang memasuki ranah bisnis saat dirinya menjabat, apalagi jabatannya tersebut terkait dengan kebijakan penanganan Covid-19. Seharusnya Luhut dapat memisahkan antara kepentingan kekuasaan dan kepentingan bisnis. Kekuasaan di tangan kanan, sementara bisnis di tangan kiri.

3. Said Didu

Sementara, mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu juga turut mengutarakan kecurigaannya terhadap bisnis PCR. Melalui cuitannya di Twitter, Said Didu menilai bahwa selama ini tes PCR telah dijadikan sebagai ladang bisnis. 

"Jika sekarang bisa dengan harga Rp300 ribu, artinya biayanya di bawah Rp300 ribu ," jelas Said Didu.

Setelah mengkritik tajam mengenai biaya tes PCR, Said Didu lalu mengajak masyarakat untuk menghitung keuntungan yang didapatkan sejumlah pihak dari mahalnya harga tes PCR sebelum diturunkan. 

"Mari menduga berapa untung yang sudah mereka nikmati dibalik aturan selama ini?" pungkasnya.

4. Denny Siregar

Berbeda dengan Said, Denny Siregar justru menyebut bahwa Luhut telah membongkar boroknya sendiri. Menurutnya, persoalan ini terjadi akibat ego sektoral para menteri karena mencoba mencari keuntungan sendiri-sendiri.

“Kalau serakah, jangan salahkan rakyat yang bikin saluran komunikasi sendiri, yang bisa membongkar semua yang tersembunyi rapat-rapat. Saya bela pemerintah soal kebijakan, tapi saya nggak bela oknum pejabat demi keuntungan pribadi,” tambahnya.   

5. Yan Harahap

Deputi Strategi dan Kebijakan Balitang DPP Partai Demokrat menyebut Luhut dengan julukan 'Pengeng' yang artinya Penguasa merangkap Pengusaha. Lebih lanjut, Yan Harahap juga menilai bahwa dengan keterlibatan ini, Luhut sengaja memanfaatkan kekuasaannya di pemerintahan sekaligus untuk meraup keuntungan, "Meraup untung besar di atas 'derita rakyat', nikmatkah?", ujarnya.

6. Nicho Silalahi

Aktivis Nicho Silalahi juga berkomentar lewat cuitan di akun Twitter-nya @Nicho_Silalahi , "Pemerintah Harus Bertanggung jawab atas kesehatan rakyatya, bukan malah menjadikan sektor kesehatan sebagai ajang bisnis," pada Selasa (26/11).

Tak lupa, Nicho pun meminta agar mafia-mafia alat kesehatan dapat diberantas.

Itulah kompilasi komentar para tokoh publik yang geram dengan terkuaknya kasus bisnis PCR. Bagaimana komentarmu?

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Septi Yadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler