x

Iklan

Kris Ibu

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 November 2021

Sabtu, 6 November 2021 13:04 WIB

Literasi Digital bagi Anak

Di tengah perkembangan teknologi dan komunikasi saat ini, literasi digital menjadi sebuah kemendesakan agar setiap orang yang berkecimpung di dalamnya tidak serta merta menjadi orang-orang yang berselancar tanpa pijakan yang baik dan benar. Dengan literasi digital, anak menjadi cakap dalam bermedia sosial.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Literasi digital tidak sekadar kemampuan mengorperasikan secara teknis perangkat digital, tetapi juga kompetensi yang berkaitan dengan keterampilan kognitif, emosional, dan sosial karena perangkat digital tidak hanya berisi aplikasi, tetapi juga informasi.

Rahma Sugihartati (Media Indonesia, 14/06/20)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Dunia saat ini tengah berada dalam pusaran pandemi Covid-19. Pandemi ini menembusi batas teritotial manusia: etnis, agama, kaya-miskin, orangtua-anak muda. Selain itu, berbagai sektor yang menopang kehidupan sebuah negara mengalami kebingungan dan kalang kabut (bahkan ambruk) berhadapan dengan virus baru ini.

Dunia pendidikan juga mengalami hal yang sama. Sektor pendidikan dihadapkan pada situasi baru di mana pertemuan face to face, tatap muka, tidak menjadi satu-satunya opsi paling efektif untuk melaksanakan proses pembelajaran. Proses transfer pengetahuan tidak terjadi dalam wadah tatap muka. Sebaliknya, pendidikan jarak jauh dengan memanfaatkan media digital menjadi hal yang mendesak. Guru dan siswa dituntut dengan porsi yang sama untuk terampil dalam menggunakan teknologi digital. Singkatnya, pandemi Covid-19 memaksa dunia pendidikan kita untuk merombak cara belajar dengan memaksimalkan teknologi digital.

Hal ini tentu sebuah kemajuan. Ketika dunia berada dala era 4.0, kita mencemplungkan diri di dalamnya. Ini mau menandakan bahwa kita turut ambil bagian dalam persaingan global. Ketika setiap pembelajaran dilakukan secara online, ketika tugas dikerjakan dari rumah dan dikirim via online, bukan tak mungkin anak didik akan merasa kerasan menggunakan media digital. Di titik inilah, ketika pendidik dan orangtua lengah dan kecolongan, anak didik akan dengan seenaknya berselancar di dunia digital. Dengan perkataan lain, ketika anak didik sudah merasa kerasan dengan penggunaan media digital serentak pada saat bersamaan orangtua dan pendidikan tidak mengambil peran dalam mengontrol dan memberikan pendidikan nilai, tak dapat dimungkiri, penyalahgunaan media digital bisa saja terjadi.

Hal ini beralasan, peserta didik berada dalam masa pubertas; masa di mana pencarian identitas begitu bergelora; masa di mana libido keingintahuan akan suatu hal begitu tinggi. Tanpa penanaman nilai-nilai etis dan moral, penyimpangan akan nampak.

M Hasan Chabibie dalam artikelnya menulis demikian: “Akses informasi yang tanpa batas menjadikan anak didik mengalami keberlimpahan data. Orangtua dan pendidik mempunyai kewajiban untuk mendampingi anak didik menyaring informasi agar menjadi pengetahuan” (pusdatin.kemdikbud.go.id, 5 Mei 2020).

Untuk mencapai tahap penyaringan sebuah informasi menjadi pengetahuan, anak didik perlu mendapat literasi digital. Anak didik mesti diberi pengetahuan yang luas tentang apa itu media digital dan tujuan dari penggunaan media digital; tentang pentingnya berpikir kritis dan menggunakan penyaring rasional ketika membaca sebuah berita; tentang pentingnya membuat pembedaan dalam membuka konten-konten yang sesuai dengan usia. Anak didik mesti diberi edukasi tentang kelebihan dan kekurangan dari media digital. Mereka mesti dibekali dengan pemahaman yang memadai tentang bagaimana memanfaatkan media digital.

Seperti penegasan Rahma Sugihartati sebelumnya, kemampuan memilah informasi yang benar dan mengkritisi berbagai berita yang ada di media digital merupakan kecakapan yang mesti dimiliki oleh anak didik. Dan, kesadaran maca inilah yang mesti bercokol dalam diri pendidik dan orangtua. Itulah literasi digital.

Muaranya jelas, anak didik tidak salah dalam memanfaatkan media teknologi dan pendidikan tetap menghasilkan sumber daya manusia yang berdaya saing global.***

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Kris Ibu lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler